"Sudah mulai berani Istrimu itu, kurang ajar memang...! sungut Bu Windarti saat mereka Tengah sarapan.
"Biarin saja lah Mah, yang penting Niken sudah membuatkan sarapan untuk kita...!"kata Ihsan sambil memakan sarapan yang ada di hadapannya.
"Tapi lain kali aku tidak mau ya mau masak lagi, aku mau jadi istri keduamu itu supaya aku itu bisa enak, bukan malah menjadi babi seperti ini...!"bikin bersungut karena masih tidak rela jika dirinya memasak.
"Kayak babu bagaimana toh dek? lowongan pekerjaan rumah saja tadi yang mengerjakan Suci loh...! kamu loh cuma buat sarapan buat kita bertiga saja...!"Ikhsan menimpali perkataan dari Niken.
"Tapi kan emang Mbak Suci itu keterlaluan, masak membuat masakan hanya buat dirinya sendiri? aturan itu sekalian buat kita semua...!"ini kan berkata dengan mengerucutkan bibirnya.
"Lagian mana coba art nya kok nggak datang-datang? jangan-jangan Mbak Suci cuma PHP saja...!"kata Niken lagi meragukan apa yang dikatakan oleh Suci kemarin.
"Ya sabarlah dek, ini juga baru pukul berapa...! kita tunggu saja art itu datang, setelahnya kan kamu enak, mau apa tinggal nyuruh saja...!"kata Ikhsan lagi.
"Benar itu Niken, Kamu nanti tidak usah capek-capek lagi, kamu fokus dengan kehamilanmu saja, jaga dengan baik-baik dedek bayi yang ada di perutmu...!"kata Ibu Windarti menasehati menantunya.
"Ini nanti acara 7 bulanan bagaimana ma? Uangnya pakai uang siapa?"Tanya Niken yang sempat dijanjikan akan mengadakan acara 7 bulanan yang meriah.
"Ya acara 7 bulanan kita laksanakan di sini, tentang uangnya kan gampang nanti bisa minta sama si suci, hitung-hitung biar dia juga cepat ketularan untuk bisa mengandung...!"kata ibu Windarti.
"Tapi mah, mana mau suci membiayai acara 7 bulanannya Niken? emang mama lupa kalau kemarin dia juga mengatakan kalau dia tidak mengizinkan jikalau acara 7 bulanan dilaksanakan di sini?" Kata Ihsan mengingatkan apa yang diucapkan oleh Suci kemarin.
"Ya dia harus mau, Mama tidak memberikannya pilihan, Mama ini memberikan perintah...!"kata Windarti tak tahu diri.
"Siapa bilang aku mengizinkan Mama untuk melakukan acara 7 bulanannya Niken di sini? lagian juga aku juga tidak mau memberikan apa yang Mama mau...! yang hamil siapa? yang repot siapa? Ogah banget...!"kata suci tiba-tiba yang tentu saja membuat ketiga orang tersebut kaget.
Sangking fokusnya sama obrolan mereka sendiri sampai-sampai tidak menyadari jika Suci lewat di hadapan mereka.
"Setuju tidak setuju, suka tidak suka kamu harus tetap menuruti apa yang Mama katakan, lagian jadi perempuan itu jangan pelit-pelit amat sama perempuan yang lain, apalagi kondisinya sedang hamil seperti ini...!"jawab Bu Windarti ketus.
"Bodo amat...! berani melaksanakan acara 7 bulanan di sini? angkat kaki saja sekalian semua dari rumahku...!"kata Suci kemudian.
"Dek...!" kata Ihsan tertahan dan tak menyala lanjutkan kata-katanya.
"Apa..? mau protes?" Tanya Suci dengan sinisnya.
"Sudah lah Mah, tak penting juga acara 7 bulanannya, yang penting debay dan mamahnya sehat-sehat saja, tidak ada acara 7 bulan juga tidak apa-apa...!"kata Ihsan.
Sementara nikah yang mendengarnya pun langsung naik pitam, perdebatan kembali terjadi di antara ketiganya, dan itu membuat suci gerah, Dia kemudian melangkahkan kakinya pergi untuk meninggalkan mereka semua yang ada di sana.
Suci lebih memilih untuk melanjutkan membuat bab untuk n****+ yang akan dia up hari ini.
"Nggak penting...!"kata suci dalam hatinya.
Sementara di dalam kamar, Suci memasang earphone di telinganya, dengarkannya musik lewat earphone tersebut untuk menenangkan pikirannya yang tengah kacau.
Di kamarnya memang dia mendesain sebuah ruangan khusus untuk dia menulis, ruangan kecil yang cukup kedap suara yang mana Di sana dia meletakkan sebuah kaca bening besar yang bisa tembus sampai keluar ruangan, kaca yang hanya bisa nampak dari dalam saja, sementara dari luar tidak nampak apa-apa kegiatan yang ada di dalam.
Tempat favorit Suci itulah yang digunakannya untuk mencari ide untuk dituangkan ke dalam cerita-ceritanya. kebanyakan ceritanya memang tidak berkerangka dan selalu mengalir begitu saja tanpa di rencanakan.
***
Di sore harinya ternyata Endang sudah bangun dari tidurnya, dia keluar dari kamar dan berpapasan dengan suci yang tengah sibuk di dapur.
"Selamat sore bu Suci, Ibu sedang membuat apa?"Endang menyapa Suci kemudian menanyakan apa yang sedang dilakukan oleh bosnya tersebut.
"Lagi pengen makan mie instan...! kamu mau? Biar sekalian aku buatkan...!"Suci Menawari Endang.
"Saya juga lapar sih Buk, kalau begitu biar saya saja yang membuatnya...!"Endang menawarkan diri.
"Kalau kamu mau kamu duduk saja, kamu tidak menolak sayuran kan?" tanya Suci kepada Endang.
Akhirnya Suci pun membuat Mi instan 2 porsi, satu untuk dirinya dan satunya lagi untuk Endang.
Di meja makan tempat mereka makan masih berantakan karena ulah dari Niken Bu Windarti dan juga Ikhsan tadi pagi. untuk itu mereka lebih memilih makan di ruang TV sambil menonton acara televisi.
Sedangkan asyik menikmati mie instan, tiba-tiba saja ada suara yang menggangu acara makan mereka.
"Enak bener ya, makan berdua kayak orang sedang ngedate saja...!" hardik Bu Windarti.
"Ma, itu meja makan berantakan, di beresin ya Ma?" Suci justru malah membahas meja makan yang berantakan.
"Kamu nyuruh Mama? nggak sopan banget kamu ya?" jawab Bu Windarti tak terima.
"Oh ya jangan lupakan dapur yang seperti kapal pecah, aku tidak suka ya mah, tadi pagi aku sudah membereskan semuanya, tolong di buat rapi kembali...!" lanjut Suci yang lagi-lagi tak menanggapi perkataan Ibu mertuanya.
"Kamu kan nganggur, kenapa tidak kamu saja yang membereskan?" Tanya Ibu Windarti.
"Lagian siapa dia? Kenapa ada di sini?" pandangan Bu Windarti jatuh kepada Endang yang berada di samping suci, seketika itu juga Bu Windarti langsung menduga kalau dia adalah ART yang di maksud oleh Suci kemaren.
"Kamu pasti Art di sini kan? cepat sana bersihkan meja makan dan dapur, setelah itu buatkan makan malam untuk kami, Suci tidak usah, dia kan baru saja selesai makan Mie bareng kamu!" kata Bu Windarti yang langsung memberikan perintah kepada Endang.
Suci sengaja membiarkan Sang Ibu mertua berkata sekehendaknya, Ia ingin tahu sejauh mana sang Ibu mertua akan bersikap semaunya.
"Tapi kan tugas saya baru mulai besok pagi Bu, bukan begitu kan Bu Suci?" Endang berkata dengan sambil meminta dukungan majikannya.
"Betul itu Mah, hari ini dia masih free...! lagian ya mah, tugas Suci itu hanya untuk melayani saya saja. Bukan melayani kalian...!" kata Suci dengan santainya.
"Enak saja...! dia kan ART di rumah ini, jadi ya harus melayani kami semua...!" protes Ibu Windarti.
"Kalau Mama mau ikut membayar...!" kata suci menggantung.
"Bisa di pertimbangkan...!" lanjut Suci kemudian.
"Baiklah, karena hari ini aku sedang baik hati, aku akan membereskan kekacauan yang kalian buat, tapi tidak untuk besok...! sekali kalian membuat kekacauan, tak ada tempat lagi untuk kalian...!" Suci berkata dengan tegasnya.