keributan Pagi

1072 Words
Keesokan harinya, art yang dipesan oleh Suci pun datang tepat di jam 04.00 pagi. Suci pun melakukan Penataran kepada calon ART nya tersebut. Dia mulai memberitahukan tentang tugas-tugas yang harus di kerjakannya, Ia pun menekankan bahwa hanya perintah darinya saja yang wajib di patuhinya. "Kamu faham kan maksud saya?" tanya Suci setelah dia menjelaskan panjang lebar tentang apa yang boleh dan tak boleh di lakukannya. "Berarti tugas utama saya disini adalah bersih-bersih seluruh ruangan kecuali kamar dekat dengan kamar saya?" tanya Art tersebut yang bernama Endang. Suci mengangguk membenarkan. "Selain itu saya hanya melayani Ibu Suci saja? untuk mencuci dan membuat makanan juga hanya tentang Ibu saja...?" tanya Endang lagi. "Intinya tugasmu disini hanya melayaniku saja...! untuk urusan yang lain, kamu tak perlu memikirkannya, dan inget...! kamu tidak perlu bantu mereka sedikitpun. Kalau kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu, maka kamu lebih baik di kamar atau keluar rumah saja bergabung dengan ART yang lain di sekitar komplek...!" jelas Suci kemudian. "Baik Bu...!" Jawab Endang. "Sekarang kamu istirahat saja...! nanti siang kalau kamu sudah cukup beristirahat, kamu bisa langsung beberes rumah...!" kata Suci. "Tapi kalau mau memulai pekerjaanmu besok juga tidak apa-apa. istirahatlah...!" kata Suci memberi pilihan. "Badan saya rasanya pegel semua Bu, apakah saya boleh memulainya besok saja?" tanya Endang meminta izin. "Ya...!" jawab Suci."Oh ya, kamu muslim kan?" tanya Suci kemudian. "Iya Bu...!" jawab Endang. "Kalau begitu kamu wajib sholat di sini, dan tidak boleh meninggalkan sholatmu...! bisa ngaji kan?" tanya Suci lagi. "Bisa Bu, Alhamdulillah...!" jawab Endang. "Kalau begitu setiap habis Maghrib kita akan mengaji bersama, kita Semaan ya nanti?" Kata Suci. "Siap Bu..!" jawab Endang antusias. Setelahnya, endang pun langsung istirahat di kamar yang sudah di tunjukkan oleh Suci. kemudian Suci mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang belum bisa di kerjakan oleh Endang. Suci mulai membersihkan rumah miliknya tersebut, setelahnya kemudian dia mencuci pakaiannya sendiri dan sengaja meninggalkan baju milik suaminya. setelahnya dia pun mulai membuat masakan yang tentunya untuk dirinya sendiri. Jika biasanya dia akan membuat masakan untuk semua orang yang ada di rumah tersebut, tapi kali ini beda, Suci sungguh malas melayani Suami serta mertuanya, apalagi ada sang istri kedua dari Suaminya. Pagi itu sekitar jam 08.00 pagi, wangi masakan yang di buat oleh suci sangat harum tercium, dan itu membuat seluruh isi rumah tak terkecuali Niken mendekat ke sumber suara. Mereka mengira jika Suci akan membuat masakan seperti biasanya, dengan muka bantal Bu Windarti Ikhsan dan juga Niken langsung duduk di kursi meja makan. Mata mereka fokus dengan sarapan yang ada di hadapan Suci, air liur mereka saja sempat menetes mencium aroma Nasi goreng seafood yang tengah di santap oleh suci. Namun meskipun begitu, Suci sama sekali tak memperdulikannya. "Sarapan Mama mana Suci? kok cuma ada yang di piringmu saja? Mama laper nih...!" tanya Bu windarti kepada menantu yang selalu di hardiknya selama ini. "Untuk Mas juga mana sayang?" tanya Ikhsan sok lembut."Untuk Niken juga mana?" lanjutnya lagi. "Punya tangan dan kaki kan?" tanya Suci tak memperdulikan pertanyaan yang serupa protesan mertua dan suaminya. Sementara Niken hanya bisa meneguk ludahnya berkali-kali melihat makanan lezat yang tengah di santap oleh madunya tersebut. "Masaklah, semua bahan ada di dapur, terserah kalian mau bikin masakan apa..!" jawab Suci santai dengan menunjuk ke arah dapur. "Kamu menyuruh Mama membuat masakan sendiri? jangan songong kamu Suci...!" teriak Ibu Windarti tak terima. "Mama...! aku ini sedang sarapan loh...!" kata Suci dengan lembutnya. "Lantas...?" tanya Windarti masa bodo. "Mulut Mama bau, pasti belum gosok gigi kan? nanti kalau nyamuk dan lalat yang lewat pada pingsan bagaimana? makanan aku bisa terkontaminasi dong...! keracunan deh aku...!" kata Suci seolah jijik, padahal itu hanya ekspresi mengejek sang mertua. "Dasar mantu sialan, gak ada adab memang...!" teriak Windarti dengan mengacungkan telunjuknya kepada sang menantu. "Di bilangin jangan teriak loh ya...! Bau tauuu...!" kata Suci lagi. Windarti langsung pergi dari hadapan Suci, sebelum pergi dia berkata kepada menantunya tersebut. "Mama mau mandi dan membersihkan diri, nanti setelah Mama Mandi, sarapan sudah harus siap di atas meja, jangan lupa buatkan juga sekalian untuk Niken dan juga suamimu...!" perintah Windarti. "Oh ya, jangan lupa juga minumannya...! untuk Niken buatkan s**u hamil, kamu bisa membelinya dulu ke warung, untuk Mama s**u nutrisi tulang ya? lalu untuk suamimu cukup kopi saja...!" perintah Windarti yang tak di bantah oleh Suci. Melihat menantunya yang hanya terdiam dan tak membantah membuat Windarti tersenyum dan menganggap menantunya tersebut akan melaksanakan keinginannya tadi. Dan hal itu mampu membuat Niken tersenyum puas karena menganggap madunya itu bisa di tindas. Akhirnya mereka pun meninggalkan meja makan lalu menuju kamar mereka masing-masing. sementara Ikhsan hendak menuju ke kamar yang di tempati Suci, namun Ikhsan tidak bisa masuk karena Pitu tersebut ternyata dalam keadaan terkunci. "Kenapa kamarnya dikunci dek? Aku mau masuk mau ngambil baju ganti...!" kata Ikhsan yang kembali lagi ke arah istrinya. "Nggak usah masuk ke kamar itu lagi, semua bajumu sudah aku pindahkan ke kamar tamu...!" jawab suci. "Kenapa Dek?" Tanya ikhsan heran. "Aku sudah malas untuk tidur bersama denganmu lagi...!" jawab suci santai. Tak mau ambil pusing, Ihsan pun langsung menuju ke arah kamar yang ditunjukkan oleh Suci, sementara itu di meja makan, Suci tersenyum Smith melihat kelakuan mereka bertiga. "Enak saja mau menyuruh aku membuatkan masakan, emangnya kalian siapa? Apa tadi dibilangnya? Beli s**u hamil di warung dulu? Ih ogah...!" gerutu Suci sendirian. Setelah selesai sarapan pagi, suci lebih memilih masuk kembali ke kamarnya, pagi-pagi seperti ini dia biasanya akan meneruskan membuat bab untuk karya tulisnya meskipun itu kadang cuma 1 bab saja. Suci dapat memastikan jika sebentar lagi akan ada adegan teriak-teriak dari sang Ibu mertua. Benar saja, dari arah luar tepatnya di ruang makan Ibu mertuanya itu berteriak-teriak memanggil namanya. Tapi meskipun begitu, Suci merasa Bodo amat dan tak berniat untuk menjawabnya. "Suci...! keluar kamu...!" kata Windarti menggedor pintu kamar Suci. Suci yang mendengar keributan tentu saja tidak bisa konsen menulis, akhirnya dia pun berhias diri dan berniat untuk menulis di depan rumah di bawah sebuah pohon rindang di depan rumahnya. Suci sudah siap dengan laptop yang ada di tasnya, kemudian membuka pintu kamarnya. "Bagus ya? akhirnya kamu keluar kamar juga, Cepat sana buatkan sarapan untuk kami...!" hardik Windarti memerintah Suci. "Yang mau makan siapa Ma?" tanya Suci santai. "Ya kami bertiga lah...!" jawab Windarti. "Kalau begitu,,, Bukan tugas Suci dong membuat makanan...! Suci sudah kenyang." jawab Suci sambil berlalu meninggalkan Ibu mertuanya yang tengah mengomel-ngomel tak jelas. "Suruh Niken untuk membuat Masakannya...!" teriak Suci yang mendapatkan Tatapan mata tajam dari Ibu mertua dan adik madunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD