Keributan di pagi hari

1015 Words
"Baiklah, karena hari ini aku sedang baik hati, aku akan membereskan kekacauan yang kalian buat, tapi tidak untuk besok...! sekali kalian membuat kekacauan, tak ada tempat lagi untuk kalian...!" Suci berkata dengan tegasnya. "Maaf Bu suci, Saya sudah kenyang...! Saya masuk kamar lagi ya? saya belum membereskan barang-barang saya soalnya...!" pamit Endang kepada suci. "Silahkan Mbak...! tidak lupakan dengan apa yang aku katakan? tentang tugasmu dan apa yang harus kamu lakukan besok...!"kata Suci memperingatkan Endang sang art. "Saya ingat semuanya Bu, di sini saya yang menggaji adalah Ibu Suci, saya akan selalu patuh dengan perintah dan peraturan yang Ibu berikan untuk saya...!"jawab Endang. "Kalau badanmu masih capek, istirahat dulu saja...! kamu kan boleh kerja besok bukan?"Tanya Suci lagi. "Terima kasih atas pengertiannya Bu, Saya permisi dulu...!"kata Endang pamit undur diri. "Tugas utamamu di sini adalah salat lima waktu secara tepat waktu...!"Suci memperingatkan. Melihat Endang hendak masuk ke kamarnya kembali, membuat Ibu Windarti meradang. Ia pun menghalangi langkah Endang untuk menuju ke kamarnya. "Enak banget kamu mau main istirahat istirahat saja, emangnya kamu ngapain? Kok pakai istirahat? tidak bisa...!"setelah mengatakan itu Bu Windarti langsung menyeret tangan Endang menuju kamarnya. "Kamu lihat kamarku? Sangat berantakan bukan? maka tugasmu adalah membersihkannya dan membereskannya...!"Bu windarti berkata dengan menunjuk arah kamarnya yang memang terlihat berantakan. Entah apa yang dilakukan oleh wanita tua tersebut sehingga kamarnya saja seperti kapal pecah. "Maafkan saya bu...! maaf itu bukan tugas saya...! lagian tugas saya itu baru akan dimulai besok pagi...!"jawab Endang tanpa rasa takut. Bahkan dia bergeming dan berdiri tanpa melangkahkan satu cinta pun kakinya untuk masuk ke dalam kamar tersebut. "Dasar babu sialan, kamu di sini Itu pembantu, jadi semua tugasmu adalah membereskan seluruh rumah ini termasuk kamarku dan juga kamar menantuku...!"kata Bu Windarti keceplosan. "Kalau kamarnya ibu Suci tentu saya akan membersihkannya, kan Bu suci yang menggaji saya...!" jawab Endang enteng. "Permisi Bu...!" Tanpa memperdulikan Bu Windarti Endang memutuskan untuk berlalu menuju kamarnya. Sesampai di kamar dia langsung mengunci pintunya kembali dari dalam, dia benar-benar menikmati istirahatnya sebelum esok hari dia akan mengerjakan tugasnya sebagai art. Bu Windarti yang merasa diabaikan pun kembali naik pitam, Kini pandangannya mengarah ke arah menantunya Suci, ditatapnya dengan bengis seolah dia hendak menelannya hidup-hidup. Meskipun seperti itu, namun tak membuat Suci menjadi keder. Suci tetap santai karena merasa dirinya tak perlu meladeni sang mertua yang menurutnya itu kurang SE ons. Setelah menyelesaikan makannya dan membersihkan kekacauan di dapur, Suci langsung menuju ke kamarnya seperti yang di lakukan oleh Endang barusan. Menyadari bahwa dirinya tak di anggap sama sekali oleh menantu sahnya tersebut, Beliau pun langsung menuju kamarnya, hal yang sama di lakukannya seperti menantunya tadi, Ia sama sekali tak peduli dengan cacing di perutnya yang berdemo minta di isi, dia benar-benar mengabaikannya. Keesokan harinya, Endang benar-benar mengerjakan tugasnya sesuai yang diarahkan oleh Suci, setelah selesai dengan semua tugasnya dia pun langsung mengetuk pintu kamar suci. Ia mengantarkan sebuah sarapan untuk suci, sesuai apa yang diperintahkan oleh Suci, Endang pun hanya membuat masakan untuk dirinya dan juga suci saja. "Permisi Bu, semua pekerjaan sudah selesai...! ini sarapan untuk ibu...!"kata Endang setelah Suci membukakan pintu untuknya. "Terima kasih ya Endang...!"jawab Suci sambil menerima sarapan yang telah dibuatkan untuknya. Pagi ini Suci memang tidak ingin makan nasi dan hanya minta dibuatkan roti bakar oleh art-nya itu. tak lupa s**u nutrisi tulang yang memang menjadi favoritnya. Meskipun Suci masih muda, tapi dia memang sengaja menjaga kesehatan tulangnya. "Maaf Bu untuk nanti siang, Ibu minta di buatkan Masakan apa?" Tanya Endang. "Buat sayur asem saja Mbak, jangan lupa ikan asinnya serta sambal terasi, kerupuk bawangnya juga ya mbak?"Jawab suci. "Sesederhana itu Mbak?"Tanya Endang. Suci pun menganggukkan kepalanya, oh ya Mbak masaknya dilebihkan sedikit ya, kira-kira cukup untuk kita makan berlima. Setelah mengatakan itu Suci pun menyerahkan selembar uang pecahan 100 ribuan kepada Endang sebagai uang belanja. "Nanti jam 09.00 mamang sayur biasanya lewat, kamu bisa berbelanja di sana, beli sayuran yang fresh ya mbak?"Kata Suci memperingatkan. "Semuanya sudah pada bangun belum Mbak?"seharusnya pertanyaan itu tak perlu dilontarkan oleh Suci, karena jika suasananya masih tenang dan tak ada keributan, sudah bisa dipastikan kalau mereka itu masih tidur dengan pulasnya. "Belum Bu...!"jawab Endang singkat. "Saya izin keluar rumah saja ya Bu? Saya ingin berolahraga keliling kompleks dengan berjalan kaki, sambil belanja kebutuhan untuk nanti makan siang...!"Endang meminta izin. Suci pun hanya mengangguk lalu kembali menutup pintunya. Suci menikmati sarapan paginya di kamar, hal yang sama sekali tak pernah dilakukannya selama ini. Suci pun berjanji jika kali ini saja dia akan melakukan hal tersebut, "Rasanya kok tidak etis makan di kamar seperti ini...!" batin Suci. Benar saja dugaan suci, setelah mereka semua bangun tentu akan terjadi keributan seperti apa yang sudah diprediksinya. Suci memutuskan untuk keluar kamar, konsentrasinya untuk menulis buyar seketika saat mendengar teriakan-teriakan tak jelas dari ibu mertuanya tersebut. "Ada apa sih Mah? Kenapa pagi-pagi kok sudah teriak-teriak? Mama tidak sedang berlatih menjadi Tarzan kan?" Tanya Suci melewati Bu Windarti yang tengah menatapnya kesal, apalagi saat dia tahu Suci baru saja menyelesaikan ritual sarapan paginya. "Bagus kamu ya? makan sarapan sendiri tanpa memperdulikan kami yang belum sarapan...!"kata ibu Windarti. "Lagian di mana itu babu? pagi-pagi sudah tidak terlihat batang hidungnya...!" Lanjut Bu Windarti lagi. "Mama lapar?"Tanya suci basa-basi. "Ya iyalah mama lapar, semalam sudah tidak makan malam dan ini sarapan pun tidak ada di meja...!" Ibu Windarti menjawab panjang kali lebar atas pertanyaan suci yang hanya seuprit. "Cepat buatkan Mama sarapan, Mama sudah lapar banget ini...!" Perintah Bu Windarti pada akhirnya. "Maaf Mah, Suci tidak bisa...!" jawab Suci. "Suci mau keluar rumah menuju taman, Suci mau mencari inspirasi di sana, di rumah Mama sering berteriak-teriak nggak jelas...! apa Mama memang mau belajar menjadi Tarzan beneran?" lanjut Suci. "Ada apa sih Mah pagi-pagi kok ribut-ribut?" Tanya Ikhsan tiba-tiba. "Itu istrimu sudah mulai membangkang Dia...! Mama minta di buatkan sarapan tapi malah dia menolak...!" Jawab Bu Windarti sambil melirik ketus ke arah Suci. "Buatkan Sarapan Buat Mama dek, Buatku juga ya? lebihkan juga untuk Niken...!" kata Ikhsan dengan santainya. "Nggak mau...!" Jawab suci singkat. Suci masuk kembali ke kamarnya, tak lama setelahnya dia keluar dengan sudah berganti pakaian yang sedikit lebih rapi dari tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD