021:RAIN-YANG DIBUKA

1748 Words

“Ayo makan dulu, sayang,” ujar gue. “Lagian nanti ngga enak kalau kelamaan kebungkus begini. Lauk dan nasinya dicampur kan.” Sudah lewat dari pukul setengah satu siang, khawatir perut Zia perih lagi aja sih kalau terlambat makan. Gue membuka satu bungkus nasi, mengaduk-aduk isinya seperti yang kerap Zia lakukan jika makan dari warung tersebut. Nasi merah, oseng cumi, tumis sei sapi, sambal dadak, dan tumis pepaya muda kini homogen dalam satu wadah. Kalau lalapannya ya comot-comot aja karena wadahnya juga dipisah. “Kenapa kamu ngga tanya aku, bee?” “Tanya apa?” “Soal apa yang pernah terjadi padaku. Kamu ngga kepingin tau?” Raut wajahnya gelisah. Bahkan dari sorot matanya pun gue tau ngga mudah untuk Zia membicarakan perihal ini. Lukanya terkorek, perih. Namun di saat yang sama, ia kha

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD