6 ~ Jadi Pacar Gue

959 Words
Raut wajahmu, matamu, semuanya aku mengerti. Aku bisa membacanya dengan mudah seperti lembaran kertas. Karena hakikatnya kau adalah sebagian dari diriku. - FMDE 08 Juli 2014 "Jadi pacar gue." Entah darimana kata-kata itu berasal Elang pun tidak tahu. Hanya saja lidahnya yang memberikan instruksi seperti itu. Mungkin bisa jadi ia akan memasukkan ini sebagai salah satu rencananya. Muka Ara langsung berubah tak terbaca. "Apaan maksud lo?" tanya cewek itu. "Bukannya udah jelas? Jadi pacar gue," jawab Elang yang entah sejak kapan sudah menghilangkan jarak diantara mereka. "Kalau gue nggak mau, apa yang bakal lo lakuin?" jawab Ara menajamkan matanya, tak acuh dengan jarak mereka yang sudah terlampau sangat dekat. Sial! Matanya cantik! "Kayaknya, gue bakal nyebarin tentang kasta elo," jawab Elang menarik sudut bibirnya - tersenyum miring. "Ck! Ternyata lo b******k juga," Ara menjawab sedatar dan setenanf mungkin, "lakuin sesuka elo. Gue ga peduli," ucapnya lagi, setelahnya memutarbalik tubuhnya dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. "Damn! Gue benci penolakan!" Elang mengejar Ara dan menahan lengannya. Setelah itu dengan cepat merapatkan tubuh Ara kedinding membuat cewek itu terkunci. Elang langsung menatapnya tajam, lalu mendekatkan wajahnya kearah Ara. Ara yang sadar apa yang akan dilakukan cowok itu, cepat-cepat menutup mulutnya dan membuat Elang seketika terhenti dan mendengus. "Gue juga ga percaya bakal ngelakuin ini," ucap Elang dengan nada rendah, ditatapnya manik mata Ara sebentar. Tak disangka, ia lalu mencium telapak tangan Ara yang menutupi mulutnya sendiri, membuat Ara langsung terpejam dan mendesir. "Ga ada penolakan," ucap Elang setelah menciumnya. Elang lalu mengambil jarak dan bermaksud untuk pergi, namun tangannya ditarik oleh Ara. Seketika Elang menoleh dengan raut muka bertanya, tak lupa senyum miring yang sedari tadi menghiasi wajahnya masih tergantung disana. "Tapi gue punya satu syarat," ucap Ara dengan matanya terpaku lurus pada mata Elang. "Masih mau make  syarat, padahal elo yang berada dalam situasi harus diberi syarat. Oke. Mood gue lagi baik hari ini. Apa syarat elo?" Ara menarik nafasnya sebentar dan membuangnya pelan. "Pinjami aku uang!" seru Ara cepat sambil terpejam, membuat Elang yang mendengarnya langsung mengernyit. Ya, Ara telah memutuskan untuk memanfaatkan keadaan. Cowok di depannya ini banyak uang kan? Lagipula mungkin ini jalan satu-satunya yang diberikan Tuhan padanya. Biarlah kali ini cewek itu membuang harga dirinya. Setidaknya dengan itu, ia bisa menyelamatkan adiknya. Cewek apaan! Elang melangkahkan kakinya menuju Ara, berdiri tepat di depan cewek yang masih memejamkan matanya itu dengan jarak hanya sejengkal. "Gue bakal nurutin apa aja yang lo mau. Gue juga bakal pulangin uangnya secepat mungkin. Tolong bantu gue." Ara benar-benar mengucapkannya dengan nada memohon dan tetap dalam keadaan terpejam. Mendengar itu, Elang mengangkat wajah Ara, membuat cewek itu membuka kedua matanya. Dilihatnya mata Elang yang menatap lurus kedalam matanya seolah ingin mencari kebenaran tantang perempuan seperti apa Ara ini. "Lo kayak jalang. Dan apapun yang gue mau?" kalimat Elang terdengar sangat pahit. Inilah Elang yang sebenarnya. "Terserah lo mau bilang apa tentang gue, karena cuma itu yang gue butuhin sekarang. Kalaupun lo ga mau juga bukan masalah."  Ucapan cewek itu terdengar tegas dan sangat dibuat datar. Namun Elang tau itu bukan nada yang sebenarnya. Karena ditatapnya lagi matananar berwarna abu-abu itu, yang sangat jelas terlihat lelah. Gue tau. - batin Elang. Dilepasnya tangannya dari dagu Ara."Oke. Berapapun yang elo mau," jawab Elang. Mendengar itu, tiba-tiba Ara memeluk dan menghujamkan kepalanya ke d**a Elang sangat keras membuat cowok itu termundur beberapa langkah dan terkejut. "Terima kasih Kak. Terima kasih." Elang merasakan desiran halus didadanya, mendengar Ara menyebutnya kakak. Setelah itu Elang mendengar suara sesenggukan kecil. Tanpa sadar, Elang malah mengelus punggung kecil itu. "Mulai sekarang lo pacar gue, dan harus nurutin semua yang gue mau," kata Elang berbisik. Ara hanya menganggukan kepalanya di d**a Elang. Dan sekali lagi Elang mendesir. ... Sepulang sekolah, Elang memutuskan untuk mampir ke toko kaset didekat sekolahnya. Cukup banyak koleksi film-film Korea yang disukai Elang. Lagipula, pemiliknya pun sudah sangat dekat dengan Elang. "Yo! Elang! Udah lama ga kesini. Lagi sibuk?" tanya Bang Dino si empunya toko. "Hehe.. Iya Bang. Lumayan tugas sekolah." "Haha... Iya iya. Belajar pinter-pinter. Jangan nonton drakor mulu." Bang Dino terkekeh pelan. Elang ikut tersenyum kecil. "Ngomong-ngomong ada film baru apa Bang?" "Banyak, Lang. Yang lagi ngetrend sekarang tu Descendant of The Moon. Mau?" "Beli itu aja deh Bang," ujar Elang yang dijawab anggukan oleh Bang Dino. "Oh iya Bang, anak itu masih main kesini?" "Kinan? Kalo nggak salah, dia udah beberapa hari sih ga kesini. Abang juga ga tau kenapa." "Oh yaudah kalo gitu Bang. Nanti kalo dia dateng jangan lupa puterin film yang biasa aja ya. Nggak usah ada kissing-nya. Terus yang movie aja," kata Elang, yang disambut dengan isyarat tangan 'oke' dari Bang Dino. Flasback On "Hiks hiks, mph.." (baca; suara ingus) seorang perempuan sesenggukan di depan tv. Lalu datang seorang anak kecil berumur 12 tahun mendekatinya dari belakang sofa tempat perempuan itu duduk. "Kakak nangis lagi? Cuma gara-gara nonton film gituan doang. Dasar cengeng!" ujarnya mendengus lalu duduk disebelah kakaknya sambil memakan chocochips ditangan yang sedari tadi ia tenteng. Tak lama kemudian... "Huaa.. Siapa sih laki-laki jelek itu?! Kok dia ngebunuh orang sih kak?! Huaaa! Mphh hiks..hiks.." tangisnya ternyata lebih parah dari kakaknya. "Jahat banget kan ya!" kakak perempuannya itu langsung memeluk adik laki-lakinya yang ikut-ikutan menangis. 15 menit kemudian.. "Elang tutup mata cepet! Kamu ga boleh liat!" kakaknya menutup mata laki-laki kecil bernama Elang itu. Elang pun menuruti kata-kata kakaknya dan langsung memejamkan matanya. "Udah?" tanya Elang. "Bentar lagi." "Emang ada apa sih kak?" tanya Elang penasaran, masih dengan mata tertutup. "Anak kecil gaboleh liat ginian. Rahasia," jawab kakaknya. Tak lama kemudian perempuan itu baru membuka tangannya, "Udah." "Apaan sih emang?" Elang masih penasaran. Kakak perempuannya itu lalu menatap Elang. "Elang! Mulai sekarang kamu harus panggil Kakak, Nuna! WAJIB!!" kata kakak perempuan Elang berapi-api. Flashback Off "Ahh nuna. Elang kangen."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD