7 ~ Skors

940 Words
Melihatmu sakit, aku juga. Karena sudah kubilang, kau adalah bagian dari diriku. - FMDE 10 Juli 2014 "Elaaaaaaang! Jelasin ke gue, apa maksudnya ini hah?" seperti biasa suara Edgar menggelegar layaknya toa masjid. Langsung saja Elang menggeprak kepala Edgar. "Bisa ga sih ngomongnya kecil-kecil aja!" balas Elang marah. "Oke! Lo dalam masalah sekarang. Liat timeline angkatan kita. Disitu ada foto elo ama cewe gajelas itu. Apa-apaan lagi ini pake nyium-nyium segala?" cerocos Edgar. Elang hanya menoleh sebentar dan kembali sibuk membaca buku. "Woy Elang!" bentak Edgar. "Lo ga pernah ngelakuin ini sebelumnya. Kok cuma gara-gara cewe begituan elu suka?!" Elang kemudian menarik bibir Edgar. "Diem, gue lagi baca. Sekali lagi ngomong, elo yang gue cium!" ancam Elang. Mendengar itu, Edgar tak berani lagi berbicara. Ia tahu, sahabatnya satu ini adalah orang yang pura-pura cuek, namun otaknya juga pasti sibuk memikirkannya. Tapi bukan Elang namanya jika ia tidak tahu siapa pelakunya. Ketika bel sudah berbunyi beberapa menit, datang seorang adik tingkat ke kelas Elang. "Permisi. Kak Elang di panggil Pak Imron." "Mampus lo!" ucap Edgar ketus karena sedari tadi Elang tak mengacuhkannya. Elang kemudian berjalan hendak keluar, namun dihentikannya langkahnya diambang pintu, "Gue bisa dengan mudah nyari siapa orang yang nyebarin. Tapi gak apa, tunggu aja. Kalian tahu sendiri gue gimana," ucap Elang dingin membuat seluruh orang di kelas Elang diam tak bersuara. ... "Elang Airlangga! Adea Anara! Apa-apaan kalian berdua?!" bentak Pak Imron. Mereka berdua hanya diam. Kentara sekali wajah Ara yang benar-benar ketakutan, sedangkan Elang hanya cengengesan tidak jelas. "Elang! Jangan mentang-mentang keluarga kaya, punya andil dalam sekolah ini kamu malah suka bikin onar. Mau, saya panggil ayah kamu, hah?" bentak Pak Imron lagi, karena kesal dengan cengengesan Elang. "Ck! Aku udah pernah bilang jangan dan bahaya Pak. Tapi terserah Bapak sih, kalo kebelet banget pengen ngasih tahu ayah," jawab Elang santai. Sontak saja Pak Imron terdiam. Karena biasanya, apabila Elang membuat onar dan diancam akan memanggil ayahnya, Elang pasti mengecam agar tidak dipanggil. Pak Imron pun tidak tahu apa alasannya. Yang Pak Imron ingat, pada saat ia mengancam Elang, pasti Elang berkata, 'silahkan panggil kalau kau berani.' Entah apa yang terjadi sebenarnya, tapi Pak Imron juga tidak mau ambil pusing dengan keluarga Kemangi ini. Dan juga, perkataan Elang yang dingin memang tak pernah berbohong sama sekali, itu yang membuat Pak Imron salut dengan Elang. "Oh, kamu sudah tidak mengecam lagi ternyata. Apa gara-gara perempuan yang bernama Ara ini?" tanya Pak Imron masih menahan amarahnya. "Adea Anara, kau siswa baru tapi kelakuan sudah seperti ini. Kamu bisa saja dengan mudah dikeluarkan dari sekolah ini. Kau tahu, kan? Jelaskan apa yang terjadi?!" tanya Pak Imron pada Ara. Namun belum sempat Ara membuka suara, Elang langsung berkata, "Biar aku aja yang Bapak hukum. Ara nggak salah. Lagipula aku yang nyium duluan, itupun dia nolak. Berarti aku yang salah," jawab Elang sambil mengeluarkan tatapan dinginnya pada Pak Imron. Dengan berat hati, Pak Imron mengalihkan pandangannya dari Elang dan langsung memberikan vonis. "Kalian berdua saya skors selama tiga hari. Silahkan kembali ke kelas, hukuman dimulai besok."  Elang tersenyum tipis. Lalu berkata di telinga Pak Imron. "Silahkan beritahu ayah kalau Bapak memang mau," ucap Elang terdengar serius dan mengancam. Pak Imron hanya diam saja dan memilih untuk kembali keruangannya. .... Setelah keluar dari ruang kesiswaan, Ara langsung menarik Elang kesamping gedung yang lumayan tak terlihat. "Kakak tahu yang nyebarin siapa? Kak, aku bakal dikeluarin dari sekolah gara-gara ini," ujar Ara dengan nada lemah. Kakak ya? - batin Elang terkekeh. Elang diam sejenak dan menatap Ara, lalu ia berkata dengan santainya, "Gue yang nyebarin. Kenapa?" "Maksud Kakak?" tanya Ara dengan mata terbelalak tak percaya. "Gue cuma pengen orang-orang tahu kalau lo pacar gue. Dan yah sedikit bersenang-senang," jawab Elang santai namun pandangannya tak terlepas dari manik mata Ara. Ara terdiam sementara, lalu beberapa saat kemudian Elang dikejutkan dengan suara pukulan keras kearah dinding. "Bodoh!" maki Ara setengah berteriak dan nafas tersengal. Elang melihat ada darah keluar dari buku tangan Ara yang membuat Elang benar-benar tak mengerti akan perempuan di depannya ini. "ARA! APA-APAAN LO?" marah Elang lalu memegang tangan Ara. Namun cewek itu menolaknya dan memilih meninggalkan Elang. Elang lalu mengejar Ara dan berusaha untuk mensejajarkan langkah mereka. Tanpa berkata-kata, Elang langsung menarik Ara kekantin dengan keras dilengannya. "Sakit b**o!" pekik Ara disela-sela ia diseret oleh Elang. Elang hanya diam dan terus menarik Ara sampai kekantin. "Lo diam disini, atau gue bakal lebih mempermalukan elo lagi," kata Elang dengan tatapan bekunya membuat Ara terdiam. Elang lalu mendudukkannya di kursi kemudia beralih membeli obat merah juga plaster luka. Setelah membeli obat untuk luka, Elang mengambil tangan Ara dan meniupnya. Tak disangka Elang langsung menyecap darah yang keluar dari tangan Ara dengan mulutnya. "Kak Elang, apa-apaan?!" Ara terkejut dan ingin menarik tangannya dari Elang. Namun Elang malah menahannya membuat usaha Ara sia-sia. "Aduh." Ara sedikit memekik. "Jangan salah paham. Ga ada tisu buat bersihin darahnya. Tadi abis pas gue mau beli," kata Elang setelah selesai dengan aksi cecap-mencecapnya. Cowok itu lalu memberi obat luka dan plaster ke tangan Ara. "Pulang sekolah, gue yang antar," ujar Elang sembari berdiri, hendak meninggalkan Ara. "Ga us--" "Ga ada penolakan!" ... "Gue tunggu lo di taman belakang," ujar Elang membuat orang itu terdiam membeku. Elang berjalan ketaman belakang terlebih dahulu, setelah pasti orang tadi mengikutinya agak jauh dari belakang. Setelah sampai di taman, Elang langsung membuka suara tanpa menghadap orang tersebut. "Gue gatau apa alasan elo," ujar Elang sembari memainkan rubiks 4x4 ditangannya. "Sumpah, gue ga nyangka aja. Aneh banget! Lo tau anjing, kan?" Elang mendengus mencemooh. Orang itu terdiam, menahan rasa takutnya. "Lo tau sendiri gue gimana? Tunggu aja." Elang langsung meninggalkan orang tersebut yang terpaku dan benar-benar ketakutan. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD