BAB 35

1706 Words
Aura kembali setelah selesai membantu Lisa memeriksa barang apa saja yang diperlukan untuk restock, kepalanya jadi ikut pusing setelah memeriksa ada beberapa kesalahan yang di lakukan Lisa sehingga Aura harus mengajarinya terlebih dahulu. Memang sebenarnya Aura tidak memiliki hak untuk itu, tapi Aura lebih kasihan kepada Lisa jika harus mendapatkan omelan dari Winda. Lagi pula, Lisa juga harus mengetahui cara mendata dengan benar agar di kemudian hari tidak melakukan kesalahan. Tubuh Aura terasa pegal setelah berdiri selama beberapa saat, ia berjalan ke depan namun saat sampai di depan Aura melihat Winda dan Dean terlihat akrab dengan Agry membuat Aura yang baru kembali bergabung kembali berdebar. Entah obrolan apa yang mereka bicarakan sampai - sampai Winda dan Dean tersenyum lebar seperti itu, padahal biasanya untuk orang baru mereka jarang bisa seakrab itu. Aura melangkahkan kakinya berjalan mendekat, selama beberapa saat tidak ada yang menyadari kehadiran Aura saat itu hingga beberapa saat kemudian Winda yang melihat kedatangan Aura tersenyum lebar, "udah Ra?" tanya Winda dan Aura mengangguk mengiyakan. "Gimana pergi sekarang aja gimana?" tanya Dean menatap Winda dan Aura bergantian. Winda mengangguk, "boleh ayo," saut Winda lalu berdiri dari duduknya, Dean dan Agry juga ikut berdiri. Kali ini Winda dan Dean terlihat lebih bersemangat daripada sebelumnya, entah sebenarnya apa yang membuat mereka bersemangat seperti ini. Apa hanya karena makan malam bisa membuat mereka sesemangat ini, atau malah sebenarnya ada hal lain yang membuat mereka berdua bersemangat Aura sendiri tidak tahu. Mereka berempat berjalan keluar cafe, di depan Dean berdiri sejenak. "Agry kamu bawa mobil?" tanya Dean, Agry mengangguk, "iya," saut Agry. Dean kemudian menganggukkan kepalanya, "aku juga bawa mobil, gimana kalau Aura perginya bareng sama Agry?" ucap Dean memandang Winda mencari persetujuan. Melihat pandangan itu Winda mengangguk, "boleh tuh, lagian Agry 'kan gak mungkin ninggalin mobilnya di sini." Sebenarnya, Winda memang berkerja sama dengan Dean berniat untuk mendekatkan Agry dan juga Aura. Rencana makan malam ini adalah bagian dari rencana mereka yang ternyata berhasil karena Agry bersedia ikut, semua seakan lebih mudah apa lagi Agry membawa mobilnya. Winda tersenyum tanpa di sadari oleh siapapun, kemudian ia menatap Aura yang sedari tadi hanya diam. Aura menjadi tidak enak, tetapi ia tidak mungkin meminta Agry sendirian di mobilnya sedangkan ia ikut di mobil Dean dan Winda. Saat ini Aura tidak memiliki pilihan lain selain menerima saran dari Winda dan Dean, pandangan mata Winda menatap menunggu jawaban dari Aura. "Bagaimana Aura?" tanya Winda dengan senyum penuh arti, namun sayang tidak di sadari oleh Aura. Aura merasa tidak enak jika harus menolak, akhirnya ia menganggukkan kepalanya. "Oke," saut Aura dengan senyum kecil di bibirnya. "Agry udah tau kan tempatnya?" tanya Winda. Agry menganggukkan kepalanya, "iya," saut Agry singkat. Kemudian mereka berpisah, Aura masuk ke dalam mobil Agry sedangkan Winda masuk ke dalam mobil Dean. Agry memasang sabuk pengamannya, begitu juga dengan Aura ia memasang sabuk pengamannya juga. Tidak ada yang berbicara di antara mereka, semua mereka lakukan dalam diam karena situasi antara Aura dan Agry terasa semakin canggung sekarang. Padahal, biasanya Aura dan Agry banyak berbicara ketika bertemu tetapi untuk kali ini entah mengapa mereka berdua terlihat sama - sama canggung dengan situasi yang sedang mereka hadapi sekarang. Agry diam tidak tahu harus memulai seperti apa, sedangkan Aura diam karena sibuk dengan pikirannya. Agry menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, Aura merasa situasi yang terjadi saat ini lebih canggung daripada situasi saat mereka berdua harus pergi ke set beberapa hari yang lalu. Aura ingin saja memulai pembicaraan, ia masih memilih kata yang tepat untuk mengubah suasana mereka uang canggung inu. "Bagaimana tes kesehatanmu tadi?" tanya Agry tiba - tiba, ada sedikit keraguan dari suaranya. Pertanyaan Agry membuat Aura tidak busa menahan senyumnya, tentu saja tes kesehatan tadi sangat berbekas di ingatan Aura bagaimana jarum itu menusuk kengan Aura dan bagaimana tabung itu terisi oleh sampel darah Aura. Aura menatap Agry sejenak, "sakit," jawab Aura dengan kekehan di akhir. Agry terkejut dan langsung menatap Aura, "kamu ada sakit?" tanya Agry berhati - hati namun ia masih tidak bisa mengalihkan keterkejutannya. Aura tertawa kecil, "bukan maksudnya sakit saat di periksa," jawab Aura ketika sadar jika Agry sudah salah mengerti tadinya, Aura tertawa melihat Agry yang terlihat tersipu karena salah mengerti. "Aku pikir kamu ada penyakit yang baru ketahuan saat periksa tadi," saut Agry dengan tawa canggung, Aura menggelengkan kepalanya. "Oh iya, tadi saat ketemu CEO kamu kayaknya terkejut. Kamu bahkan pergi," ucap Agry berhati - hati. Di sisi lain Aura terdiam setelah mendengar ucapan Agry, ia jadi teringat dengan kejadian tadi saat di rumah sakit. Harusnya Aura tidak bertemu dengan Brian, tidak sekarang. Apa lagi mungkin saja saat Aura pergi meninggalkan mereka dengan tergesa tadi siang, Agry membicarakan tentangnya pada Brian. Aura tidak ingin Brian tahu jika Aura adalah salah satu trainee di agensinya, mungkin suatu hari Brian akan tahu tapi menurut Aura itu tidak sekarang. Aura ingin terlihat baik - baik saja ketika bertemu dengan Brian, ia tidak ingin terlihat lemah di depannya. Tapi pertanyaan Agry kali ini benar - benar membuat Aura terdiam, ia bingung bagaimana harus menanggapinya. Ucapan Agry jelas membuat Aura teringat dengan kejadian di rumah sakit tadi, padahal saat makan siang ia sudah berusaha keras menghindari pembicaraan ini dari Agry tetapi tetap saja Agry malah menanyakan hal iti lagi membuat Aura merasa semakin tidak nyaman karenanya. "Aura!" panggil Agry ketika ia sadar jika Aura tengah melamun. Agry menghentikan mobilnya saat terkena lampu merah, ia menatap Aura yang ada di sebelahnya hanya diam dan menatap kosong ke depan bahkan pandangan matanya juga lurus dan tidak berkedip. Agry sadar jika Aura tengah masuk ke dalam lamunannya, pantas saja Aura tidak menyautinya pikir Agry. "Aura!" panggil Agry lagi namun tetap saja ia tidak mendapatkan jawaban. Agry menghela napasnya, kemudian ia menyentuk pundak Aura membuat Aura sendiri terkejut. Ia langsung menatap Agry, "sudah sampai?" tanya Aura menatap Agry. Agry menggelengkan kepalanya, "belum, sebentar lagi." Aura mengangguk lalu mengatur napasnya, namun Agry kembali menatap ke arahnya. "Ada apa?" tanya Aura bingung ketika sadar jika tengah di tatap oleh Agry. "Kamu melamun, apa ada masalah yang kamu pikirkan?" tanya Agry menatap dalam mata Aura. Sebenarnya Aura sendiri tidak sadar jika ia sedang terjebak dalam lamunannya tadi, banyak pikiran - pikiran yang berkecambuk dalam benak Aura yang tidak bisa ia lupakan begitu saja meskipun dengan susah payah Aura menyingkirkannya tetapi pikiran itu seakan tetap saja berusaha mengusiknya. Agry melihat Aura menggelengkan kepalanya, "tidak ada," ucap Aura dengan kekehan canggung. "Baiklah, kita sebentar lagi sampai. Setelah lampu merah ini," ucap Agry mencoba untuk mencairkan suasana dan juga mencoba untuk membantu Aura agar tidak kembali melamun. Meskipun Aura tidak berbicara, Agry melihat jika ada sesuatu yang dipikirkan oleh Aura. Namun, sepertinya Aura tidak ingin membicarakannya dengan dirinya sehingga Agry tidak membahasnya lebih lanjut agar tidak ada situasi canggung di antara ia dan Aura. Agry juga tidak ingin bersikap tidak sopan pada Aura dengan terus saja mencerca jawaban dari Aura, meskipun sebenarnya Agry penasaran dengan alasan dari sikap Aura tetapi ia tahu jika ia memiliki batasan. Agry tidak ingin karena hal ini malah membuat batasan untuknya dan Aura, karena itu Agry lebih memilih untuk diam. *** Winda dan Dean sampai terlebih dahulu, Aura dan Agry menyusul beberapa menit kemudian. Aura melepaskan sabuk pengamannya lalu keluar dari mobil lebih dulu, meninggalkan Agry yang baru keluar beberapa saat setelah Aura. Saat keluar dari mobil udara sejuk menyambut, membuat Aura menarik napasnya panjang. "Mau ngegrill?" tanya Aura pada Winda. Aura sama sekali tidak tahu dari awal mereka akan makan di mana, yang Aura tahu hanyalah ajakan dari Winda agar Aura ikut makan malam bersama. Winda dan Dean juga sama sekali tidak memberi tahu Aura, bodohnya Aura juga tidak bertanya karena memang pikirannya sedang bercabang - cabang. Winda menganggukkan kepalanya, "iya, bisa all you can eat juga. Lebih enak," ajak Winda, Aura mengangguk setuju. Aura sebenarnya jarang sekali atau hampir tidak pernah memakan makanan seperti ini, ia biasanya lebih menyukai masakan rumahan. Namun belakangan sejak di agensi Aura jadi jarang makan makanan rumahan dan selalu memakan makanan yang di sediakan di kantin atau makan makanan cepat saji. "Ayo masuk," ucap Dean mengajak Agry masuk, Aura dan Winda mengikuti Agry dan Dean yang ada di depan mereka. Aura dan Winda duduk setelah mencari tempat ternyaman, sedangkan Dean dan Agry tengah membayar makanan di kasir, mereka memutuskan untuk memakan menu all you can eat. Mata Ara memincing mematap ke sekeliling, lalu ia menunjuk sebuah meja uang dekat dengan tempat mengambil makanan. Sesaat setelah menujuk itu Winda menganggukkan kepalanya menyetujui menjadikan tempat itu sebagai tempar duduk mereka, Winda meminta pegawai untuk menyiapkan alat grill -nya. Sedangkan Aura menyusun peralatan makan di atas meja, sembari menunggu pelayan menghidupkan kompor. "Ayo kita ambil dagingnya sama yang lainnya," ucap Winda mengajak Aura mengambil daging dan keperluan lainnya. Semua memang sudah tersedia di atas meja dan hanya perlu mengambil saja. Winda mengambil daging sedangkan Aura mengambil tugas untuk mengambil saus, ia menatap ada beberapa saus yang ada. Mereka berbagi tugas dengan baik, berkat pemilihan tempat yang baik membuat Aura dan Winda tidak perlu kelelahan bolak balik ke area makanan dan ke meja mereka. "Sausnya yang mana aja?" tanya Aura menanyakan pendapat Winda yang berada tidak jauh darinya. Winda melirik ke arah Aura sejenak, "ambil aja yang menurut kamu enak, nanti kita campur." Aura mengangguk mengerti, ia mengikuti perkataan Winda dan mengambil saus yang ia pernah dengar dan yang menurutnya enak. Kemudian membawanya ke meja dengan berhati - hati, karena wadah saus yang memanjang membuat saus lebih mudah tumpah jika tidak berhati - hati. Winda juga meletakkan piring yang sudah ia isi dengan makanan, sedangkan Dean dan Agry mulai memasaknya. Kemudian Aura bertugas mengambil air dan Winda yang mengambil nasi. Aura dan Winda kembali beberapa saat kemudian, Aura langsung menyesap es jeruk miliknya karena tenggorokannya terasa cukup kering sejak beberapa saat yang lalu. Sebagian daging yang di grill sudah matang, mereka mulai makan malam sambil membicarakan berbagai topik. Bahkan, obrolan mereka tidak habis begitu saja dan mereka hanya diam saat sedang mengunyah makan di dalam mulut mereka. Agry terlihat akrab dengan Dean, mereka ternyata memiliki hobi yang sama yaitu memancing. "Wah kebetulan seperti apa ini," ucap suara berat yang membuat Aura, Winda, Agry dan Dean menatap langsung ke sumber suara yang muncul di belakang Aura dan Winda karena posisi mereka duduk berhadapan sedangkan Agry dan Dean duduk di seberang Aura dan Winda..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD