BAB 36

1704 Words
Ketika pandangan Aura bertemu dengan sosok itu, tentu saja Aura terdiam. Ia tidak berbicara atau mengubah ekspresi datarnya, begitu juga dengan Winda dan Dean. Namun, itu tidak berlaku bagi Agry yang dengan segera berdiri lalu melakukan high five ala sesama laki - laki. Aura membeku seketika, rasanya ia ingin benar - benar menghilang saat itu. Dari sekian banyak tempat dan dari sekian banyak hari, kenapa hari ini di pertemukan lagi dan lagi dengan Brian. Aura ingin menangis rasanya, ia benar - benar tidak ingin berada di situasi saat ini. Aura berusaha menenangkan dirinya, kepalan tangannya semakin menguat hingga kuku - kukunya 'pun memutih karena kuatnya tenaga Aura. Winda dan Dean terlihat bingung melihat Brian, jelas saja mereka sama sekali tidak mengenal Brian. Lagi pula selain itu, selama ini memang Aura tidak pernah membicarakan atau membahas Brian sekalipun di depan mereka berdua. Namun apa yang terjadi sekarang, Brian malah berdiri di hadapan Winda dan juga Dean. Aura tentu saja terdiam melihatnya, Agry bahkan menyapa sosok itu dengan ramah. Bahkan Agry mengalihkan pandangannya pada Aura, "hei, ini CEO kita. Kamu gak nyapa?" ucap Agry dengan tawa kecil. Brian terkejut mendengar ucapan Agry yang mengatakan Brian adalah CEO mereka, Brian langsung dapat mengambil kesimpulan jika ternyata Aura bekerja di kantornya. Namun yang membuat Brian penasaran, kenapa selama ini ia belum pernah melihat Aura di kantornya. Mungkin bagi Agry saat ini Aura sedang terkejut atau malu karena bertemu dengan Brian, tapi sebenarnya Aura saat ini ingin melarikan diri dari tempat ini. Senyum di wakah Agry berbeda sekali dengan tatapan dingin dan juga datar dari wajah Aura, rasa kekesalannya benar - benar menumpuk di dadanya. Percuma saja, Agry tidak akan mengetahui apa yang di rasakan oleh Aura dan juga tidak akan menyadarinya. Hanya Aura sendiri yang terjebak dengan masa lalu dan lukanya, sedangkan Brian ia tersenyum seakan tidak pernah terjadi sesuatu di antara mereka. Aura benar - benar ingin mengutuk rasanya, bagaimana ia bisa terlihat baik - baik saja setelah menyakiti Aura. "Aura?" panggil Agry lagi saat ia melihat jika Aura tengah melamun. Aura mengarik napasnya dalam lalu tersenyum kecik kemudian berdiri, "saya Aura," ucap Aura memperkenalkan dirinya, Agry tersenyum melihat Aura memperkenalkan dirinya. Bagaimana lagi, Aura tidak bisa menghindar. Setelah meredam emosinya yang sempat memuncak, pada akhirnya Aura juga ikut ke dalam permainan itu. Aura tersenyum kecil karena Agry yang sedari tadi menatapnya, jika bukan karena Agry, Winda dan Dean sudah dapat dipastikan Aura akan pergi tanpa menoleh ke arah Brian sedetikpun. Sedangkan Brian, awalnya Brian terkejut melihat sosok yang mirip Aura di pintu masukm Pertemuan Brian dengan Aura tadi siang benar - benar tidak bisa membuat Brian melupakannya, ja bahkan teringat dengan kisah mereka kala masih di bangku sekolahan. Meskipun agak ragu, tetapi Brian ingin memuaskan rasa penasarannya. Brian menatap ke sekeliling ruangan tadi namun matanya tidak menemukan Aura, padahal ia sudah melihat di ruangan yang ada di luar juga tetapi tetap saja tidak ada, lalu saat Brian hendak keluar karena mulai meyakini ia salah lihat saja saat itu Brian melihat lagi sosok yang mirip dengan Aura. Sosok yang sama dengan yang ia lihat di pintu masuk, makanya ia berjalan mendekat. Ternyata yang di lihatnya saat masuk tadi benar adalah Aura, mata Brian menatap dalam mata Aura. Ia tidak akan menyangka jika akan bertemu lagi dengan Aura setelah sekian lama, bahkan sangking terkejutnya Brian juga sama diamnya, ia tidak bisa berbicara apa - apa. Tetapi satu hal yang membuat Brian agak terkejut, di sana ada Agry yang notabennya adalah sahabat Brian. Ada secercah rasa penasaran di benak Brian, bagaimana bisa Aura bertemu dengan Agry dan bagaimana hubungan mereka. Brian benar - benar di liputi rasa penasaran saat itu, namun tentu saja ia tidak mungkin menanyakannya langsung pada Agry maupun Aura. Setidaknya Brian tahu jika Aura berkerja di kantornya, ia akan mencari tahu detailnya nanti. "Kalau begitu saya pergi dulu, saya ada pekerjaan. Selamat menikmati makan malam kalian," ucap Brian cepat lalu tersenyum tipis. Brian sengaja untuk pergi sekarang, ia sangat tahu jika kehadirannya saja sudah membuat Aura sangat terkejut. Oleh sebab itu, Brian memutuskan untuk meninggalkan mereka dan yang pasti Aura saat ini berkerja di kantornya yang artinya mereka selama ini sangat dekat. Agry mengangguk, lalu Aura dan Agry menatap kepergian Brian yang melangkah semakin menjauh meninggalkan restoran. Kemudian Aura dan Agry duduk kembali ke kursi mereka, Winda dan Dean menatap bingung ke arah Aura dan Agry bergantian. "Dia CEO di kantor kami," ucap Agry memberikan penjelasan. Winda dan Dean mengangguk dan tidak bertanya lebih lanjut, karena mereka merasa itu bukan urusan mereka untuk tahu lebih jauh daripada itu. Aura menarik napasnya dalam, untung saja Winda dan Dean tidak bertanya lebih lanjut dan syukurnya Agry langsung menjelaskan situasi saat itu mengenai siapa Brian yang sempat membuat Dean dan Winda penasaran. "Ayo kita makan," ucap Winda dengan bersemangat. Aura terdiam beberapa saat, ia melamun masih tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Winda menyadari jika Aura lebih diam saat ini, ia bahkan belum menyentuh makan malamnya lagi. Winda menyentuh lengan Aura, membuat Aura sendiri terkejut karena Winda. Mata Aura langsung membalas tatapan Winda, ekspresinya terlihat bingung. "Ada apa Aura?" ucap Winda sambil mengunyah makanannya, pandangan Dean dan Agry juga langsung berubah menjadi menatap Aura. Sadar tengah di tatap oleh semua orang Aura langsung mengalihkan pandangannya, ia tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya. Aura segera tersenyum dan kembali cerita, ia tidak ingin semua orang terfokus kepadanya setidaknya untuk saat ini ia ingin menyelamatkan pikirannya sendiri. "Tidak, kenapa kalian tidak makan. Ini enak," ucap Aura lalu mengambil sendokkan pertama dan mengunyah makanan. Setelah itu situasi kembali menjadi ramai kembali, obrolan tidak berhenti di meja makan. Aura cukup bisa melupakan sejenak kejadian tadi berkat Agry yang terus saja berbicara dengan Dean, Agry terlihat mudah akrab dengan Winda maupun Dean. Aura juga ikut tertawa bersama mereka, apa lagi jika bukan karena Dean yang selalu melemparkan lelucon yang membuat Aura dan Winda selalu tertawa. *** Perut semua orang terasa kenyang, mereka memasak banyak makanan sampai - sampai akhirnya mereka menyerah sendiri. Makan malam berakhir dengan baik, obrolan - obrolan juga seakan tidak pernah berakhir di antara mereka. "Kalian, bagaimana bisa bertemu?" tanya Agry pada Dean. Winda dan Dean tertawa kecil, kemudian mereka saling menatap. "Kamu yang cerita," ucap Winda pada Dean, pipi Winda terlihat agak memerah mungkin karena mengingat bagaimana pertemuan pertama mereka saat itu. Dean menceritakan pertemuan pertamanya dengan Winda di kampus, mereka adalah teman satu angkatan yang juga satu kelas. Mereka saling membantu di awal kuliah, namun lama kelamaan mereka semakin dekat. Dean kemudian menyatakan perasaanya pada Winda yang juga ternyata merasakan perasaan yang sama dengannya, hubungan mereka terjalin dengan baik sejak saat itu. "Aku pikir dia akan menolak," ucap Dean membuat Aura yang juga baru pertama kali ini mendengar secara rinci pertemuan mereka jadi ikut penasaran. Aura menatap Dean, "kenapa begitu?" ucap Aura kemudian bergantian menatap Winda. Dean terkekeh, "Winda cukup banyak yang deketin saat itu, jadi aku pikir mungkin akan di tolak. Tapi ternyata ...," lanjut Dean yang membuat Winda merasa malu juga. Aura tersenyum lebar, "pantas saja," ucap Aura dengan senyum tidak kalah lebar. Winda dan Dean menatap Aura bersamaan, "pantas saja apa?" tanya Winda. "Pantas saja kalian lengket banget," ucap Aura dengan kekehan. Agry juga ikut tertawa mendengarnya, "jadi begitu ceritanya," ucap Agry dengan tawa. "Lalu kalau kalian bagaimana? Kami belum mendengar dengan jelas," ucap Winda bersemangat. Aura menatap Winda dalam, "kami tidak memiliki banyak cerita," ucap Aura dengan kekehan. Dean menggeleng, "tapi kami penasaran," ucap Dean menatap Aura dengan tatapan penuh makna. "Tidak ada yang spesial, hanya ketidaksengajaan saja. Apa lagi," ucap Aura menyauti, ia ingin mengakhiri rasa penasaran Winda namun sepertinya Winda tidak bisa berhenti sampai sini. Agry menatap Aura, "Aku akan menjawabnya," ucap Agry membuat Aura menatapnya mendalam. "Jadi bagaimana?" tanya Dean dan Winda kompak. Agry menceritakan pertemuan pertama mereka di bus, saat Agry membantu Aura untuk mengambil beberapa barangnya yang kebetulan jatuh. Lalu, pertemuan kedua mereka yang tidak sengaja di halte bus sampai tanpa sengaja Agry datang ke cafe. Lucu memang, pertemuan yang biasanya di gambarkan di film - film atau di n****+ - n****+ malah benar - benar terjadi di dunia nyata. "Pertemanan kami berkembang saat Aura diterima di agensi," ucap Agry memberitahu. Winda dan Dean mengangguk mengerti, rasa penasaran Winda dan Dean akhirnya sudah terjelaskan oleh Agry. Jujur saja, Winda dan Dean sebenarnya sama - sama menyukai karakter Agry. Mereka bahkan berpendapat untuk menjodohkannya dengan Aura, apa lagi melihat Aura saat ini yang tidak biasanya akrab dengan orang lain. "Tuh tidak ada yang spesial," ucap Aura begitu Dean menyelesaikan ceritanya. Winda tersenyum kecil, "bukan tidak ada, mungkin belum saja merasa spesial. Lihat saja nanti," ucap Winda terdengar percaya diri. "Sepertinya sudah malam, ayo kita pulang. Sepertinya kita harus makan malam seperti ini lagi lain kali," ucap Winda kembali bersemangat. Aura mengangguk, "aku tidak keberatan," ucap Aura karena bertemu dengan mereka membuat Aura bisa merasa lebih nyaman, lagi pula rasa stressnya bisa berkurang. "Agry bagaimana, sepertinya kamu cukup sibuk," ucap Winda berhati - hati. Winda menggelengkan Agry, "aku akan ikut kalian bisa menghubungiku," ucap Agry tenang. "Baguslah, ayo kita pulang. Sudah cukup malam," ucap Dean lalu berdiri dari kursinya lebih dulu, Winda, Aura dan Agry menyusul berdiri. Mereka berempat berjalan menuju kasir, lalu Agry hendak membayar makan malam untuk hari ini. Jadi, keputusan saat berunding tadi kami akan bergantian membayar setiap ada acara makan malam bersama dan Agry hendak membayar pertama di sini. "Sudah di bayar pak meja 12," ucap petugas kasir membuat semua terdiam bingung. "Siapa ya mbak?" tanya Winda. "Teman kalian yang pakai jas tadi," ucap petugas kasir, Aura tahu jelas siapa yang di maksud dan sepertinya Agry juga tahu jika Brian yang membayar. Aura sebenarnya kesal, tidak ada hubungan apapun tetapi Brian malah seenaknya membayar makanan yang mereka makan tadi, Aura jadi semakin yakin jika sejak saat ini hidupnya akan semakin rumit apa lagi setelah pertemuannya dengan Brian. Agry tersenyum kecil, "baiklah terima kasih," ucapnya lalu mereka bersama - sama berjalan keluar restoran. Saat sampai di parkiran, Winda dan Dean pamit untuk pulang sedangkan Agry akan mengantarkan Aura pulang. Agry masuk ke dalam mobil lebih dahulu dan kemudian di susul oleh Aura masuk ke dalam mobil, kemudian Aura langsung memakai sabuk pengamannya. "Kamu ... kenal sama pak Brian 'kan," ucap Agry tiba - tiba membuat Aura tentu saja terkejut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD