BAB 10

1023 Words
Air di dalam gelas sudah habis, Aura yakin tidurnya akan nyenyak malam ini. Ia baru ingat jika seharian ini ia tidak sempat untuk makan siang, anehnya ia tidak merasa lapar dan baru lapar saat Argy mengajaknya makan sampai akhirnya terjadi insiden yang memalukan baginya. "Gimana udah kenyang, Ra?" tanya Agry menatap dalam ke arah Aura. Aura mengangguk, sebenarnya ia tidak menyangka jika bisa memakan makanan yang se-enak ini. Padahal, restoran tempat mereka makan ini tidak jauh dari rumahnya. Lucunya, Aura merasa jika Agry lebih tahu daerah tempat tinggalnya daripada Aura sendiri. "Aku langganan di sini, ini salah-satu restoran yang memang buka sampai tengah malam. Liat aja banyak yang nongkrong 'kan," jelas Agry lalu menyesap ice americano miliknya. "Makasih ya Agry, jujur aja aku yang tinggal dekat sini gak tahu ada tempat makan yang enak gini," balas Aura dengan sedikit kekehan. Sebenarnya, ia merasa cukup senang dengan sikap Agry yang ramah. Biasanya Aura tidak banyak berbicara dengan orang yang baru ia kenal, tapi dengan Agry ia bisa ikut berbicara banyak hal saat mereka makan tadi. "Agry aku harus ke toilet sebentar," ucap Aura, Agry mengangguk mengerti. Aura berdiri dari kursinya meninggalkan Agry yang masih menyesap ice americano-nya. Aura kemudian melangkahkan kakinya ke arah toilet setelah bertanya kepada Agry tadi, pintu toilet di dorong oleh Aura setelah Agry menunjukkan letak toilet padanya. Tangan Aura mendorong salah satu bilik toilet lalu masuk ke dalamnya dan menyelesaikan urusannya, setelah itu Aura keluar ia menghidupkan air lalu membasuh tangannya. Selama beberapa saat Aura mematut dirinya di depan cermin, ia merapikan rambutnya yang terlihat agak beranyakan. Tidak lama kemudian, Aura keluar dari kamar mandi. Ia berjalan perlahan menuju kasir lalu menyerahkan kartu kreditnya pada kasir tersebut. Sebenarnya, setiap uang yang ia kumpulkan sangat berharga mengingat ia harus melunasi hutang pinjaman yang kini melilitnya. Tapi, kebaikan Agry sudah terlalu banyak dan ia merasa tidak bisa menerimanya terus menerus tanpa membalas. Pergi ke toilet sebenarnya cuma alasan bagi Aura, sebenarnya ia berniat untuk meneraktir Agry dan membayar biaya makan merek di sini. Jika tidak, Aura sudah yakin jika Agry akan menolak jika Aura membayar di depannya, sehingga Aura sengaja membayar biaya makan mereka kali ini diam-diam. Aura melihat Agry sibuk dengan ponselnya, "baguslah," gumam Aura di dalam hati. Langkah Aura menuju ke kasir, "saya mau bayar meja 8," ucap Aura kemudian ia menyodorkan kartu debitnya. Petugas kasir itu langsung menerima kartu Aura dan memproses p********n segera, "ini kartunya terima kasih," ucap petugas kasir itu menyerahkan kembali kartu debit Aura. Aura mengangguk dan mengambil kembali kartu kreditnya, lalu memasukannya ke dalam saku celananya. Ia sengaja meninggalkan tasnya di meja makan mereka tadi, agar Agry tidak menyadarinya. Saat Aura sudah selesai dengan hal yang dilakukannya, Aura berjalan kembali menuju meja mereka. Saat Aura melangkahkan kakinya menuju meja mereka, Aura menatap meja mereka kosong meninggalkan tas Aura yang masih berada di kursi. Ia menatap sekeliling mencari kemana perginya Agry. "Apa ke toilet ya," gumam Aura lalu kembali duduk di kursinya, mata Aura berhenti di meja ketika ia melihat sebuah catatan tertempel di mejanya. Temanku mengajakku mengiringinya bernyanyi, jadi aku ke atas. Mata Aura terhenti saat melihat Agry tengah memangku sebuah gitar. Saat beberapa nada dimainkan, ia bernyanyi dengan suara yang menurut Aura cukup bagus. Bahkan, Aura ikut tenggelam di dalamnya. Hingga, sampai akhir bait dari lagu tersebut dinyanyikan mampu membuat Aura tepuk tangan. "Bisa nyanyi juga ternyata," ucap Aura dengan senyum lebar ketika Agry kembali, Agry terlihat mencoba menahan tawanya setelah mendengar penuturan langsung dari Aura. Sebenarnya Agry memang bisa menyanyi meski tidak sebagus nyanyian dari penyanyi profesional namun Agry beberapa kali pernah bergabung dalam grup musik semasa kuliahnya dulu, sehingga Agry sedikit banyak bisa bernyanyi. "Hahaha ... gak juga Ra, karena udah sering ke sini jadi kenal sama mereka dan dulu pernah part time di sini." Aura merasa Agry adalah sosok yang hebat, baru saja ia mengenalnya tapi banyak hal tentang Agry yang mampu membuatnya terus menerus kagum. Aura merasa baru pertama kaki bertemu dengan orang yang serba bisa seperti Agry, entah berapa banyak lagi hal tentang Agry yang membuat Aura terkejut setelah mengetahuinya. "Mau pulang sekarang?" tanya Agry menanyakan pendapat Aura Aura melirik jam di pergelangan tangannya, "udah hampir jam 1 ternyata," ucap Aura cukup kaget, Aura tidak menyangka jika sekarang sudah selarut ini. Jarang sekali ia pulang larut malam, apalagi sekarang ia harus terus latihan dan menjaga kondisi fisiknya. Bahkan sebenarnya Aura hampir jarang pulang lebih dari jam 10 malam karena ada pekerjaan lain yang harus ia lakukan di rumah, oleh karena itu Aura jarang sekali kembali dari luar selarut ini. "Ayo," balas Agry yang berdiri lebih dulu. Mereka berjalan berdampingan, saat Agry hendak mengeluarkan kartunya ke kasir Aura langsung mencegah dan mengatakan jika ia sudah membayarnya membuat Agry menolak dan meminta mereka membagi saja. Perdebatan cukup panjang diantara mereka, hingga akhirnya Aura sampai di depan rumahnya. Bahkan tanpa sadar Aura dan Agry hanya memperdebatkan masalah membayar makanan tadi sepanjang jalan. Meski pada akhirnya Agry yang akhirnya mengalah dan menyerah namun dengan perjanjian lain kali Agry yang harus membayar. "Lain kali aku yang traktir, cowo gak boleh ditraktir." Agry terkekeh membuatku ikut tersenyum mengalah. "Aturan dari mana itu?" ucap Aura lalu membuka pintu mobil, masih dengan tawa kecil Aura berpamitan dan tak lupa mengucap terima kasih. "Makasih ya Agry, maaf kalo ngerepotin," ucap Aura merasa bersalah padahal Agry adalah atasannya di kantor. "Besok aku teraktir makan siang," ucap Agry santai. "Sama-sama, tapi gak buat teraktir," ucap Aura menolak karena ia merasa tidak enak, lagi pula tadi Aura membayarnya dengan ikhlas dan atas kemauan dari Aura sendiri. "Aku beneran, lagian gaji pertamaku bakal masuk akhir bulan ini. Kamu simpan aja, udah masuk sana udah malam. Lain kali aja," ucap Aura dengan tegas. "Baiklah, sekarang masuklah," saut Agry tersenyum kecil, ia menyerah berdebat dengan Aura karena jika di lanjutkan bisa saja sampai besok belum selesai. Aura mengangguk, lalu berjalan masuk melewati pagar rumahnya. Saat dibalik pagar ia meminta agar Agry pergi lebih dahulu, meskipun awalnya ditolak karena Agry ingin memastikan Aura masuk lebih dulu ke dalam rumah tapi akhirnya Agry menyetujui untuk pergi lebih dulu. Mobil Agry perlahan menjauh, membuat Aura segera masuk ke dalam rumah karena angin malam yang cukup dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD