BAB 11

1014 Words
Aura berhalan menuju pintu rumahnya, tangannya merogoh ke dalam tas mencari kunci rumah yang sepertinya terselip di dalam tasnya. Beberapa saat kemudian, tangan Aura berhasil menyentuh kunci di dasar tasnya lalu mengambilnya keluar. "Dalem banget keselipnya," gumam Aura sambil memasukkan kunci itu ke dalam lubang kunci, ia memutar kunci tersebut membuat pintu rumahnya kemudian terbuka. Saat pertama kali masuk seluruh ruangan di dalam rumah terlihat gelap, hanya cahaya dari lampu jalan yang menyinari dalam rumah. Aura segera mengambil ponselnya lalu menyalakan senter dari ponselnya sebelum masuk ke dalam, ia kemudian menyalakan lampu membuat rumah jadi lebih terang sekarang dan mengunci pintu depan. Setelah lampu ruangan dihidupkan saat Aura masuk ke dalam rumah, ia merasa jika badannya sungguh sakit karena latihan hari ini. Ia berharap kerja kerasnya akan terbayar suatu saat nanti, Aura berjalan ke dapur terlebih dahulu mengambil gelas dan menuangkan air minum ke dalamnya. Tubuhnya mengeluarkan bunyi saat Aura mencoba untuk meregangkan tubuhnya yang terasa tegang, lehernya juga terasa amat pegal dan berat sampai beberapa kali Aura memijat belakang lehernya berharap rasa pegal dan berat di belakang lehernya cepat menghilang. "Kamarku jauh banget deh," ucap Aura saat melangkahkan kakinya, padahal kamarnya ada di depannya tetapi ia merasa jauh karena merasa berat saat kakinya melangkah. Tangan Aura memegang daun pintu kamarnya, ia memutarnya lalu mendorongnya. Tubuhnya jelas saja memberontak menginginkan untuk berbaring di atas kasur, jika saja ia tidak ingat harus membersihkan dirinya terlebih dahulu apa lagi ia banyak berkeringat tadi. "Saatnya mandi," guman Aura, saat masuk ke dalam kamarnya ia segera mengambil handuk dan menyelesaikan tugasnya di kamar mandi. Hampir 10 menit Aura berada di dalam kamar mandi mengerjakan rutinitasnya, lalu beberapa saat kemudian ia keluar dari dalam kamar mandi setelah memakai pakaian tidurnya. Dengan langkah berat, Aura melanjutkan langkahnya menuju ke kasjr "Kasur aku rinduuuuu ...," ucap Aura dengan nada yang terdengar seperti anak kecil. Ia langsung melemparkan dirinya di atas kasur, menerima hangat kasur yang seharian ini ia rindukan. Tidak lupa sebelumnya ia memasang alarm di jam dan ponselnya. Tidak sampai lima menit kemudian, Aura tertidur dengan lelap. *** Keringat mengalir jatuh dari punggung badan Aura, ia sudah joging selama hampir satu jam mengelilingi gedung agensinya. Ia harus menjaga badannya, ia baru ingat jika semalam ia makan cukup banyak sate dan lontong karena terlalu lapar tadi malam. "Aura!!!" Aura memperlambat langkah kakinya ketika melihat Kina, teman seperjuangan saat ia audisi juga berlari. Dari jauh, ia dapat melihat dengan jelas jika tubuh Kina jelas lebih baik darinya. "Hai Kin," balas Aura saat Kina sudah sampai dihadapannya, mereka kemudian berlari pelan bersampingan. "Ayo bareng," ajak Kina yang dijawab anggukan oleh Aura. Kini mereka joging bersama mengelilingi agensi, Aura memperlambat larinya karena ia sudah berlari cukup lama. Bahkan saat ini kakinya terasa ingin lepas karena terlalu lelah, akhirnya Aura menghentikan langkahnya dan mengambil napas terlebih dahulu karena napasnya pun saat ini sudah berat. "Kamu kenapa joging gila - gilaan kayak gini, padahal badan kamu udah bagus loh Ra?" tanya Kina yang juga ikut berhenti di samping Aura, Kina juga mengatur napasnya. Aura tertawa kecil, "ngaco kamu, ini lemak di mana-mana. Kalo badan bagus ya kayak kamu Kin," balas Aura dengan tawa kecil, karena memang menurut Aura badan Kina terlihat bagus karena ramping dan ia juga cukup tinggi. "Padahal aku iri sama badan kamu Ra," lanjut Kina dengan tawa kecil. "Kebalik, aku yang iri sama kamu. Kamu tinggi, muka kamu kecil gak kayak aku lebar gini," saur Aura lalu mereka berjalan menuju kursi yang berada beberapa langkah dari mereka. Aura duduk di kursi itu, kemudian Kina juga ikut duduk di sampingnya. Keringat mengalir di kening Kina sama seperti Aura, namun sudah lebih dulu ia seka dengan handuk kecil di pundaknya. "Capek banget," ucap Aura dengan napas yang tidak teratur, ia masih kesulitan mengatur napasnya karena memang Aura agak memaksakan diri joging pagi ini. "Ya sudah sebaiknya kamu istirahat, amu masuk sana Ra. Aku lanjut dulu ya keburu panas," ucap Kina lalu berdiri dari duduknya, Aura mengangguk kemudian Kina melangkahkan kakinya berlari kecil melanjutkan jogingnya. "Cepet banget panasnya," ucap Aura pelan yang sebenarnya lebih terdengar seperti gumaman. Aura menyerah, beberapa saat kemudian Aura melangkahkan kakinya yang terasa berst itu berjalan kembali ke dalam gedung agensi. Ia menaiki lift yang berbeda dengan yang ia gunakan saat audisi, karena kak Shyn memberinya akses menggunakan lift khusus. Ternyata, aktris dan trainee dan staff perfilm-an memiliki lift khusus. Lift yang sama digunakan oleh Agry saat ia audisi kemarin, sedangkan lift yang Aura tidak jadi naiki adalah lift untuk staff kesekretariatan. "Rame banget ada acara kali ya," ucap Aura di dalam hati saat melihat jika di lobby lebih ramai daripada biasanya. Beberapa saat kemudian pintu lift terbuka membuat Aura langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam, untung saja di dalam lift kosong berbeda dengan lift tamu yang sepertinya ramai karena banyak yang mengantre masuk. Aura kemudian mendekatkan kartu lift miliknya dan menekan tombol untuk ke lantai 8, dan pintu lift perlahan tertutup. "Bentar," ucap seseorang dari kejauhan. Aura menahan lift yang tadinya akan tertutup, ia terkejut lagi-lagi ia bertemu Agry yang terlihat baru datang. Aura melihat jika Agry berjalan dengan cepat, kemudian Aura juga bisa mendengar napas berat dari Agry "Baru datang?" tanya Aura ramah, ia menatap Agry yang terlihat terburu - buru. "Iya nih," balas Agry dengan tawa kecil. Melihat beberapa map dan berkas yang berada ditangan Agry membuat Aura menyimpulkan jika Agry sepertinya memiliki banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini. *** "Hampir telat," ucap Aura setelah melihat jamnya, ia harus baru saja absen di lantai atas kemudian hendak menemui pelatih di lantai bawah. "Wah makin ramai," gunam Aura saat melihat di lantai bawah yang semakin ramai. Saat Aura keluar lift, ia melihat beberapa trainee yang juga bergantian masuk ke dalam lift. Dari arah pintu masuk Aura melihat beberapa karyawan lain mundur memberi cukup banyak ruang, Aura memperhatikan ketika mereka berhenti melangkah. Dari kaca tinggi pintu masuk tersebut, du luar memperlihatkan sebuah mobil yang baru saja berhenti. Beberapa orang juga terlihat berbaris menanti sosok yang keluar. Pintu hampir tertutup, saat mata Aura tertuju ke arah mobil yang terbuka jantungnya seakan berhenti berdetak melihat sosok itu. "Brian," gumam Aura terkejut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD