BAB 9

999 Words
Keringat mengalir mengucuri tubuh Aura, ia sudah berlatih cukup lama hingga keringat mampu membasahi tubuhnya. Walaupun pendingin udara sudah berkerja dengan baik, namun tetap saja tidak bisa menghalangi keringat yang keluar dari tubuh Aura. Sekarang Aura tengah menjulurkan tangannya dengan kaki yang membentuk kuda - kuda, gerakannya belum berubah sejak 30 detik yang lalu. Tubuhnya juga sebenarnya sudah mulai goyah, ia juga masih mengatur napasnya yang memburu itu. "Oke Aura posisi awal," ucap pelatih. Aura dengan cepat segera mengubah posisinya menjadi posisi awalnya, ia menarik napasnya dalam dan mengaturnya terlebih dahulu. Pelatih berjalan ke belakang Aura kemudian ia memegang pinggang Aura, "sekarang coba kamu lurusin kaki kanan kamu," ucap pelatih. Aura langsung mengikutinya dan meluruskan kaki kanannya, namun ia merasa lebih sulit saat pelatih memegang pinggangnya. Kakinya seakan sulit di luruskan, membuat Aura agak merintih. "Ulang yuk," ucap pelatih, kemudian Aura kembali ke posisinya dan mengulang meluruskan kakinya. "Saya tahan agar kamu gak bungkuk," ucap pelatih tersebut, Aura kembali mencoba sebisanya karena tenaganya sudah semakin berkurang. "Aaarghh ...." Aura menjerit saat pelatih membantunya melenturkan tubuhnya, ia menahan sakit yang datang. "Ayo, kamu bisa. Terus ... tahan ...." Aura menjulurkan kakinya sejauh mungkin, jika saja kedua kakinya bisa ia lepaskan rasanya ia akan langsung melepaskannya. Aura terus meringis, rasanya ia tidak bisa lebih daripada ini. "Cukup, sekarang regangkan tangan kamu ke atas." Mengikuti aba-aba dari pelatih Aura terus menggerakkan tubuhnya, sebelumnya saat pelatih melihat peregangannya yang salah membuat pelatih mengajarkan berbagai teknik peregangan. "Kalau kamu kayak tadi, kamu bisa keram. Kamu tahu 'kan kalau peregangan itu penting," ucapan dari pelatih menghantam perasaannya. Benar, latihan fisik adalah hal yang penting bagi Aura. Kak Shyn sering kali mengingatkan, supaya Aura tidak melewatkan sekalipun. Seperti halnya tadi, sebelum pelatih datang Aura sebenarnya sudah pemanasan sebisanya dan saat hendak memulai juga ia sudah pemanasan lagi bersama pelatih tapi mungkin karena baru jadi tubuh Aura masih terasa kaku. Bagaimanapun, kak Shyn sudah memberitahu jika tubuh bagi seorang aktris adalah hal terpenting oleh karena itu setiap aktirs harus menjaganya dengan baik. "Udah cukup, kamu pernah main drama?" tanya pelatih, mereka duduk sejenak untuk beristirahat. Aura mengambil botol air mineral, membukanya lalu meminumnya untuk menghilangkan dahaga pada tenggorokannya yang kering. "Saya pernah ikut teater," jawab Aura, ia memang pernah bermain di film namun hanya sebagai peran tambahan saja yang sering kali tidak memiliki dialog sama sekali. "Bagus, berarti saya gak perlu ngajarin kamu dari dasar. Tapi lebih baik bertukar pendapat saja atau lebih baik jika kamu masih main di teater saya menonton langsung," ucap pelatih mengutarakan pendapatnya, mendengar ucapan pelatih membuat Aura berdebar. "Apa kamu masih aktif sama teater itu?" tanya pelatih, ia juga mengambil air mineral lalu meminumnya. Aura mengangguk, "iya," jawabnya, karena hingga saat ini Aura sebisa mungkin untuk tetap di teater. "Kapan pentas selanjutnya?" tanya pelatih itu lagi, Aur berpikir sejenak mengingat kapan jadwalnya. "Minggu depan," jawab Aura setelah mencoba mengingat - ingat. "Bagus, saya akan nonton pertunjukan kamu. Saya akan menilai kinerja pertama kamu di sana, karena jika saya berikan kamu peran itu gak sepenuhnya membantu," ucap pelatih membuat Aura semakin berdebar - debar. "Kakak serius mau nonton?" ucap Aura tidak percaya, ia tidak menyangka jika pelatihnya tertarik untuk melihat penampilannya. "Iya, saya serius," saut pelatih dengan senyum kecil. Aura tersenyum lebar meskipun kini ia menjadi gugup, tekanan dipundaknya membuat ia harus berkerja lebih keras agar penilaian pertamanya baik. Aura semakin berdebar, ia takut namun juga bahagia dan tentu saja Aura akan berlatih sebaik mungkin agar tidak mengecewakan. "Kamu kasih tahu saya aja tanggalnya, kalau begitu sekarang kamu bisa latihan peregangan yang saya ajarin tadi selama 2 jam dari sekarang. Setelah itu kamu bisa pulang," ucap pelatih lalu meninggalkan Aura sendiri. Kini, semangatnya sedang sangat membara. Setiap gerakan ia ulang dengan baik, perjuangan Aura kini sudah di depan mata. Kaca yang menampilkan dirinya membuatnya dapat melihat kesalahan yang ia lakukan ketika tidak sadar. *** Waktu berjalan dengan cepat hingga Aura melihat jam di dinding sudah jam 11 malam. Ia merapikan barang-barangnya dan memasukannya ke dalam tas. Tubuhnya terasa lelah dan pegal setelah latihan tadi, namun ia merasa memang tidak ada yang mudah untuk mencapai sesuatu yang Aura lakukan sekarang adalah menikmati prosesnya saja. Untuk hasil, Aura meyakini jika hasil tidak akan mengkhianati usaha. "Saatnya pulang," gumam Aura lalu menutup pintu ruang latihan. Aura berjalan menuju lift, ia melihat sosok yang tidak asing berada dihadapannya. Aura mempercepat langkahnya, hingga berada tepat di belakang sosok yang ia kenali itu. "Agryy!!" Aura menepuk pundak soson yang berada dihadapannya, ia tertawa melihat Agry yang terlihat terkejut. Aura menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan berusaha menahan tawanya. "Ketemu lagi," ucap Aura dengan kekehan. "Iya, kamu baru pulang?" tanya Agry yang langsung dibalas dengan anggukan oleh Aura. "Iya, kamu juga? Lembur sampe malem gini?" tanya Aura. "Iya nih Ra," jawab Agry diakhir dengan tawa kecil. "Oh iya, karena kamu tadi keluar kota 'kan?" tanya Aura lagi. "Keluar kota?" tanya Agry sedikit bingung. "Iya, bukannya hari ini staff lagi syuting di luar kota?" "Ah, iya nih. Iya tadi dari luar kota, jadi harus banyak yang periksa." Aura mengangguk mengerti, pantas saja Agry terlihat kelelahan. "Ayo masuk," Aura mengangguk lalu masuk terlebih dahulu setelah Agry memberikan jalan untuknya. "Kamu naik apa?" tanya Agry memecahkan keheningan diantara mereka. "Bus, kenapa?" tanya Aura bingung. "Ini udah hampir setengah dua belas malam, kayaknya bus udah gak ada. Kamu aku anterin aja gimana?" Aura terdiam selama beberapa saat sedangkan Agry kembali meyakinkan jika ia tidak merasa direpotkan. "Ya udah,"ucap Aura pasrah lagian ia juga merasa lelah karena latihannya hari ini. Saat sampai di lobby, Agry meminta Aura menunggunya di pintu depan sedangkan Agry mengambil mobilnya yang berada di parkiran pegawai. Tak lama Agry datang dengan mobil, Aura langsung masuk ke dalam mobil Agry. "Mau makan dulu gak?" tanya Agry memecahkan keheningan mereka kembali. "Gak usah deh, ngerepotin." "Gak apa-apa," balas Agry. "Gak deh, aku kenyang." Krukkkk.... Krukkkkk.... "Tuh, kenyang tapi perutnya bunyi " Aura langsung memegang perutnya, ia merasa malu kepada Agry. Tanpa bisa menolak Agry, akhirnya Aura menyetujui untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD