BAB 12

1003 Words
Pintu tertutup dengan rapat, untungnya sudah lebih dulu tertutup. Aura masih terkejut, bahkan ia tidak sadar jika sudah melewatkan liftnya. Kesadarannya kembali ketika seseorang baru masuk ke dalam lift, ia melihat angka yang ada di lift lalu menekan kembali angka dimana tempatnya latihan. Saat masuk ke ruang loker dan ganti, Aura masih terkaku memikirkan bisa-bisanya ia bertemu dengan sosok Brian. Sosok yang sudah tidak pernah ia harapkan muncul dihadapannya lagi, baginya mungkin kali itu adalah terakhir bertemu dengan Brian meskipun melalui ketidaksengajaan. "Aura, ada apa?" tanya Kina menatap Aura. Aura melihat Kina yang baru saja kembali, ia menatapnya dengan penasaran. Aura segera menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil, Aura juga membalas tatapan Kina. "Gak apa-apa," ucap Aura lalu memasukan kembali bajunya ke dalam loker lalu pandangan mata Aura terhenti di pintu loker. Mata Aura menatap sebuah note kecil yang tertempel di depan pintu, ia membacanya perlahan. Salad buah dan jus apel, sarapan hari ini. Sepertinya kak Shyn yang menempelkan ini di loker Aura karena satu - satunya yang memiliki kunci lain dari lokernya adalah kak Shyn, Aura mengambil note itu dan mengenggamnya. Aura baru tahu jika ada hal seperti ini di agency, ia cukup terkejut dengan perhatian seperti ini. Aura kemudian membalikkan badannya setelah mengunci loker, ia melihat Kina yang baru saja membuka lokernya. "Aku duluan ya Kin," ucap Aura meninggalkan Kina, ia memutuskan untuk pergi lebih dulu karena Aura tidak ingin jika Kina bertanya lebih lanjut kepadanya. Pikirannya masih tidak dapat teralihkan dari Brian membuat Aura ingin latihan dengan sedikit keras, jika tidak otaknya hanya terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Aura mengambil botol dari dalam pendingin, ia memutar tutupnya membuat segel dari botol tersebut terlepas lalu menegaknya hingga hampir setengah dari botol. Tenggorokan Aura yang tadinya terasa kering sekarang sudah lebih baik meskipun pernapasannya masih terdengar berat. Perlahan, Aura juga mencoba mengatur napasnya. Ia sungguh lelah hari ini, namun perjuangannya masih panjang. Tidak mudah untuk sampai ke titik ini, membuatnya berpikir untuk tidak teralihkan oleh apapun. Aura berjanji kepada dirinya sendiri untuk melakukan yang terbaik, karena Aura yakin jika kali ini adalah kesempatannya. Aura melirik jam pergelangan tangannya, masih 5 menit lagi sebelum latihannya dimulai. Saat ia hendak memasuki ruang latihan seperti biasa tidak ada siapapun di dalamnya. Aura berdiri sambil melakukan beberapa gerakan pemanasan yang santai, keringan di tubuhnya tetap mengalir menandai seberapa keras usaha Aura hari ini. Pendingin udara dihidupkan oleh Aura, ia bahkan sedikit merapikan beberapa naskah yang berantakan. Kak Shyn mendorong pintu, membuat Aura mengalihkan pandangan ke arahnya. Sebenarnya Aura sedikit terkejut akan kehadiran kak Shyn yang tiba - tiba, untung saja Aura tidak memiliki riwayat penyakit jantung jika tidak sudah lama Aura kambuh karena kak Shyn yang memang sering kali selalu muncul dengan tiba - tiba. "Gimana pemanasannya?" tanya kak Shyn dengan nada suaranya yang pelan. "Udah kak, capek banget tapi inikan udah kayak kewajiban . Aku gak bisa ngeluh, jadi berusaha buat menikmatinya." "Bagus, kamu selesai latihan jam 3 'kan. Nanti kamu langsung ganti pakaian dan siap-siap, jangan lupa untuk dandan. Jam 4 sore temuin Kakak di ruang kerja ya," ucap kak Shyn memberikan penjelasan. Setelah mengerti, kak Shyn pergi lebih dulu untuk kembali melanjutkan pekerjaan. Tak lama, seorang pelatih baru yang baru Aura juga baru pertama kali lihat ini masuk ke dalam ruangan. Selama beberapa menit awal mereka saling mengenal, membangun kerjasama yang baik. "Sekarang kayaknya kita harus mulai pemanasan." Aura mengikuti langkah dan gerakan yang ditunjukan oleh pelatih Lia. Ia mencoba meregangkan otot-otot ditubunya, meluruskan dan membentang kedua tangannya lebar. Aura memang tidak terlalu pandai dengan peregangan otot, makanya saat mencoba gerakan baru tubuh Aura lebih cepat terasa sakit namun Aura tetap saja mencoba dan tidak langsung berhenti begitu saja. "Tahan ... bagus," ucap pelatih Lia. "Sekarang lebarin kaki kamu, kamu lentur gak?" "Cukup lentur, tapi gak bisa kalo lurusin kedua kaki." "Itu namanya belum lentur," balas pelatih Lia lalu mengajakku berjalan mendekat ke arah besi yang memanjang entah apa namanya yang jelas Aura juga baru ini melihatnya. "Sekarang naikkan kaki kanan kamu," perintah pelatih Lia. Aura mengikuti arahan dari pelatih Lia meskipun baginya sangat sulit, jika saja bisa ia ingin melepaskan kedua kakinya tanpa perlu menahan sakit. "Kamu latihan seperti ini dlu selama satu jam, tapi gantian 5 menit kaki kiri lalu 5 menit selanjutnya kaki kanan. Terusin saja, saya harus rapat di bawah." Aura mengangguk menuruti perintah pelatih Lia yang kini berjalan menjauh darinya. Peradaanya sedikit relax setelah pelatih Lia keluar, beban untuk berusaha sebaik mungkin sedikit menguap dari benak Aura. *** Aura tengah menunggu di ruangan kak Shyn, latihannya tadi berakhir dengan harus mengikuti video latihan dari pelatih Lia karena rapat yang masih belum selesai. Bahkan, kak Shyn juga sepertinya belum selesai rapat. Namun, Aura tetap menepati janjinya dengan mematuhi kak Shyn. Ia duduk di kursi tunggu sambil melihat beberapa majalah. "Aura, ini minum." Asisten kak Shyn membawakanku secangkir teh hangat, tentu saja aku sangat berterima kasih. Namun, asisten kak Shyn langsung pamit untuk kembali menyelesaikan tugasnya. Hampir 15 menit mungkin Aura menunggu, tak lama pintu terdorong dari luar menampilkan kak Shyn yang baru saja datang dengan seseorang yang Aura juga aku tidak tahu siapa. "Maaf ya lama," ujar kak Shyn berjalan menuju mejanya. "Iya kak gak apa-apa," ucap Aura memperhatikan setiap gerak kak Shyn yang terlihat lugas. Kak Shyn mengangkat gagang telepon dari atas mejanya, lalu ia menekan beberapa angka di atas papan telepon itu. "Iya, mobil saya. Saya akan turun 10 menit lagi," ucap kak Shyn lalu menutup telepon. "Kita mau ke lokasi," ucap kak Shyn memberitahu Aura. Kak Shyn mengambil tasnya dan berjalan menujuku, sesaat ia duduk dihadapanku sambil memainkan ponselnya. Kak Shyn menatapku dengan tatapan yang tak bisa kuartikan. Namun aku tidak menghindari tatapannya. "Kayaknya stylish kamu harus diganti," ucap kak Shyn terlihat serius. Aku melihat kak Shyn mencari sebuah kontak diponselnya dan menekan tombol untuk melakukan panggilan. "Saya mau stylish untuk Aura diganti," ucap kak Shyn lalu entah apa lagi yang ia bicarakan aku tidak terlalu mendengarkan. "Ayo kita turun," ucap kak Shyn yang berdiri lalu berjalan lebih dulu membuatku sedikit tergagap karena sadar dari lamunan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD