BAB 21

1959 Words
Jantung Aura berdegup dengan cukup kencang, matanya tidak berhenti menatap Agry membaca ekspresi wajah Agry yang sejak beberapa saat yang lalu melihat rekaman latihan yang sengaja Aura rekam tadi. Sebenarnya Aura juga merasa malu, tetapi ia butuh saran tidak dari satu orang yang mana hanya kak Shyn saja. Aura ingin menampilkan yang terbaik, tetapi sekarang ia malah memiliki permasalahan lain yang harus ia segera selesaikan. Apa lagi jika ini menyangkut penampilannya, Aura sendiri tidak habis pikir biasanya ia tidak terlalu kesusahan atau merasa sulit tetapi kali ini Aura malah merasa kesulitan mengeluarkan emosinya. Setelah beberapa saat menatap tablet di tangannya, Agry meletakkan tablet itu di atas meja. Ia menyesap ice americano yang masih bersisa setengah dari cup, ia menatap Aura yang menunggu dengan cemas. Agry tersenyum kecil, ia terlihat berusaha ingin agak menenangkan Aura tetapi Aura tidak bisa merasakan ketenangan itu. "Kenapa secemas itu," ucap Agry dengan kekehan. Tentu saja Aura bingung, kenapa Agry malah menanggapi hal ini sesantai itu. Apa lagi bagi Aura sendiri hal ini merupakan permasalahan yang cukup serius untuknya, Aura menatap Agry dengan tatapan bingung dan penuh tanda tanya. Ada senyum canggung yang di tunjukkan oleh Aura, "jadi bagaimana?" tanya Aura langsung ke intinya. Aura tentu saja gugup menunggu jawaban dari Agrt, tetapi makin Agry diam belum menjawab makin membuat Aura berpikir jika Aura sudah berlatih begitu buruk sampai - sampai Agry saja menertawakannya. Agry terlihat berpikir, menyesap lagi ice americano -nya. "Di antara semua emosi kamu paling sulit menangis dan sedih," ucap Agry. Aura mengangguk membenarkan, memang ekspresi itu adalah ekspresi yang cukup sulit untuk di tunjukkan, tapi karena biasa tampil di teater membuat Aura sudah biasa mengolah ekspresi dan penghayatannya. Namun kali ini berbeda, ia benar - benar tidak bisa mendalami ekspresi dan penghayatan itu sehingga dirinya saja merasa cukup putus asa karena itu. "Aku tahu kamu harus ke mana," ucap Agry namun membuat Aura semakin bingung. Aura menatap Agry, "memangnya ke mana?" tanya Aura karena ia juga bingung harus pergi ke mana seperti yang di katakan oleh Agry. Mendengar ucapan Agry membuat Aura diam dan terus menyimak, "besok aku harus ke set, kamu bisa ikut denganku jika kamu mau. Shyn managermu 'kan?" tanya Agry memberikan sebuah harapan bahagia untuk Aura. Tentu saja mendengar tawaran Agry membuat Aura senang, tidak semua orang memang memiliki kesempatan untuk datang langsung ke set. Aura mengangguk dengan cepat, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Aura bersemangat untuk ikut dengan Agry, ia mungkin benar - benar mendapatkan jawaban sama seperti yang dikatakan oleh Agry tadi. "Aku akan coba bicara dengan Shyn," ucap Agry, mendengar itu Aura semakin tersenyum lebar. Bagaimana Aura tidak merasa lebih senang, Agry juga akan membicarakan mengenai ini langsung pada kak Shyn. Aura benar - benar merasa bersyukur bisa mengenal Agry, bukan karena bisa memanfaatkan Agry tetapi ia bisa memiliki atasan sekaligus teman yang bisa ia bagi mengenai kebingungannya di dunia entertaiment ini. Aura menatap Agry tidak percaya, "ini beneran 'kan?" tanya Aura, Agry kembali mengangguk dan tertawa. "Aku harus pergi sekarang," ucap Agry menyesap sisa ice americanonya. Aura mengangguk, "semangat kerjanya!" ucap Aura dengan bersemangat dan dengan suara yang agak tinggi. Melihat tingkah Aura membuat Agry tertawa, "baiklah, kamu juga." Agry berdiri lalu berjalan pergi keluar gedung, sedangkan Aura tidak bisa menyembunyikan senyum yang ada di bibirnya. Tangan Aura kembali meraih tablet miliknya, ia membuka tabletnya mencari materi untuk menjaga suaranya karena Aura merasa suaranya sekarang menjadi lebih serak. Tiba - tiba, kursi di depan Aura di tarik. Ia mengangkat kepalanya menatap ke depan, "Kina?" ucap Aura dengan senyum tidak kalah lebar. Kina datang dengan minuman yang baru ia letakkan di atas meja, Kina juga masih menatap penuh senyum pada Aura. "Hai Aura," sapa Kina yang terlihat lelah. Kelelahan Kina bukanlah tanda tanya besar di kepala Aura, ia tahu dan semua orang juga tahu jika trainee memiliki beban kerja dan belajar yang cukup keras. Banyak pelatihan yang mereka lakukan untuk persiapan diri, agar di kemudian hari semua memiliki talenta yang tidak terbatas pada satu yang utama. Aura melihat keringat mengalir di kening Kina, "dari latihan?" tanya Aura, Kina mengangguk. "Iya, capek banget. Penilaian sebentar lagi 'kan," ucap Kina menyesap minumannya. Sudah bukan hal lain jika membicarakan masalah penilaian, karena memang itulah hal terbesar yang harus mereka selesaikan dan lewati dengan baik. Penilaian akhir yang sudah di depan mata, membuat Aura juga tidak bisa merasa tenang ataupun bersantai. Aura mengangguk setuju, "ya kamu benar sekali," ucap Aura karena ia juga tertekan dengan penilaian yang semakin hari semakin dekat. "Oh iya, bagaimana kalau kita latihan barengan. 2 hari cukup sepertinya, kita bisa saling mengomentari dan menjadikannya motivasi. Gimana?" tawar Kina. Aura berpikir sejenak, tawaran Kina sebenarnya juga menguntungkan untuknya. Ada orang lagi yang menilai latihannya, bukankah semakin banyak yang melihat akan semakin banyak yang memberikan masukan sehingga Aura juga bisa mengevaluasi dirinya sendiri berdasarkan saran dan komentar orang lain. Benar, Aura merasa ajakan Kina ini juga merupakan kesempatan yang tidak seharusnya di tolak oleh Aura. "Sepertinya akan menarik," saut Aura dengan kekehan. Aura sama frustasinya dengan Kina, setidaknya ia merasa bersyukur karena bisa berjuang bersama dengan Kina. Satu - satunya orang yang termasuk akrab dan dekan dengan Aura di sini, Kina tersenyum lebar dan menunjukkan jempolnya. "Kapan kita mulai, apakah besok?" tanya Kina. Aura dengan cepat menggeleng, "bagaimana dengan lusa?" tanya Aura, tentu saja ia tidak bisa jika besok karena janjinya untuk ikut dengan Agry ke set. Kina mengangguk setuju, "oke gak masalah," saut Kina. Aura mengangguk tersenyum, "aku harus naik ke atas, sepertinya aku udah terlalu lama istirahat. Aku harus latihan lagi," ucap Aura saat melihat sudah beristirahat hampir 2 jam. Aura tidak ingin dirinya lengah, ia berpamitan dengan Kina lalu berjalan lebih dulu ke arah lift. Tangan Aura menekan tombol di lift agak turun ke lantainya, memang kak Shyn tidak pernah membatasi waktu istirahat untuk Aura tetapi Aura harus bisa sadar diri sendiri. "Besok mau ke set sama pak Agry?" tanya suara yang membuat Aura terkejut, kepala Aura langsung menoleh ke arah suara. Mata Aura menatap kak Shyn yang saat ini tengah menatapnya, "kak Shyn, ngagetin aja," ucap Aura terkejut. Aura bahkan memundurkan dirinya selangkah karena terkejut akan kedatangan kak Shyn yang tidak ia duga, kak Shyn tertawa kecil melihat Aura yang terkejut karenanya padahal ia tadi tidak bermaksud untuk membuat Aura terkejut. "Kamu akrab dengan pak Agry?" tanya kak Shyn lagi. Sejenak Aura terdiam, ia bingung bagaimana harus menjelaskannya kepada kak Shyn. Aura sendiri ingin tertawa jika mengingat betapa lucu pertemuannya dengan Agry, pertemuan yang lebih bisa di sebut sebagai ketidaksengajaan. Aura menaikkan kedua bahunya, "entahlah, kami baru kenal kenal mungkin 1 bulan." Kak Shyn agak terkejut mendengar jawaban dari Aura, ia menatap semakin dalam ke arah Aura. Setau kak Shyn, Agry tidak semudah itu untuk akrab dengan seseorang apa lagi membahas pekerjaan dengan seseorang yang bukan bagian dari projeknya. "Kok bisa kamu di tawarin ke set sama dia?" tanya kak Shyn terlihat menatap Aura bingung. "Entahlah, dia menawarkan terus aku mengiyakan. Kupikir itu bakal jadi pengalaman yang bagus," ucap Aura menjelaskan alasan utamanya menerima tawaran Agry. Kak Shyn mengangguk - anggukkan kepalanya, "oke kalau begitu," sautnya singkat. "Oh iya, kakak sudah tahu? Secepat itu?" tanya Aura, ia tidak menyangka jika Agry sudah mengatakannya lebih dulu kepada kak Shyn. Padahal, belum satu jam yang lalu Aura membicarakan itu dengan Agry tetapi ia sudah lebih dulu saja memberi tahu kak Shyn sampai - sampai Aura sendiri terkejut, berarti Agry benar - benar serius untuk mengajaknya ke sana. Kak Shyn menaikkan bahunya, "seperti itulah pak Agry," ucap kak Shyn dengan kekehan, lalu ia masuk ke dalam lift yang terbuka. "Gak masuk?" tanya kak Shyn menahan agar lift tidak tertutup. Aura langsung tersadar dari lamunan singkatnya, "tunggu Kak," ucap Aura langsung menyusul kak Shyn masuk ke dalam lift. "Oh ya, nanti cek ke akunmu. Tadi aku dapet laporan gaji udah di transfer," ucap kak Shyn memberi tahu. Aura langsung mentap kak Shyn, "oke kak," saut Aura. Ia senang sekaligus sedih bersamaan, gajinya mungkin hanya akan numpang lewat saja di rekeningnya. Hutang orang tuanya sudah menunggu untuk di lunasi, meskipun Aura mengeluarkan seluruh gajinya tetaps saja hutang itu tidak akan bisa lunas hanya dengan satu kali gajinya ini. Sepertinya, Aura tetap masih harus berhemat hingga beberapa bulan ke depan. Apa lagi, gajinya bulan ini tidak penuh karena ia belum sebulan bekerja di sini. Aura menggeleng - gelengkan kepalanya, harusnya ia bingung bagaimana cara menghabiskan gajinya. Namun saat ini malah ia di buat bingung, bagaimana cara bertahan dengan sisa gajinya nanti. "Aku harus ke ruanganku, kamu latihan saja. Sampai bertemu nanti malam," ucap kak Shyn, lalu pintu terbuka dan kak Shyn berjalan menuju ruangannya sedangkan Aura ia berjalan menuju ruang latihannya. Aura melanjutkan langkahnya, ia membuka pintu ruang latihannya. Udara dingin langsung menyapa Aura, ia menutup pintu lalu bergerak ke dinding yang ada di dekat pintu tempat beberapa lembar kertas tertempel. Mata Aura memandang jadwalnya hari ini, ia harus latihan menari. Menjadi aktris bukan satu - satunya yang harus Aura lakukan, saat menandatangani kontrak Aura juga harus berlatih menjadi seperti seorang idol yang bisa menari dan bernyanyi sehingga ia harus memiliki latihan khusus. Aura menghembuskan napasnya berat, ia harus ke lantai bawah tanah untuk latihan menari. Biasanya memang ia latihan di ruangan ini, namun beberapa hari lalu Aura terpilih masuk ke dalam tim dancer sehingga ia akan ikut latihan dengan dancer lainnya. Seorang penyanyi akan meluncurkan album terbarunya, dan Aura terpilih untuk berpartisipasi masuk ke dalam tim itu membuat Aura sebenarnya bertambah sibuk. "Ayo semangat Aura," gumam Aura menyemangati dirinya sendiri Aura mengambil botol minum miliknya dan mengambil ponselnya, lalu hendak berjalan ke arah pintu yang tenyata lebih dulu terbuka. Di depan pintu kak Shyn tengah mengatur napasnya, tangannya juga memegang sebuah paper bag. Mata Aura menatapnya bingung, karena baru berapa menit yang lalu kak Shyn berkata harus menyelesaikan tugasnya di kantor namun ia malah kembali. "Ada apa kak kok kayak buru - buru?" tanya Aura yang menatap kal Shyn bingung. Kak Shyn menarik napasnya dalam lalu mendekat, "iya memang buru - buru, sekarang kamu ganti pakaiannya jadi ini. Buruan jangan nanya dulu ikutin aja," perintah kak Shyn meminta Aura untuk segera bersiap. Aura dengan cepat menerima paper bag yang di sodorkan oleh kak Shyn dan membawanya ke ruang ganti yang ada di sudut ruangan, Aura dengan cepat mengganti pakaiannya bahkan keringatnya saja sudah menghilang karena dinginnya pendingin ruang dan rasa gugup karena entah mengapa kak Shyn dari tadi menyuruhnya bergegas di balik pintu. "Iya Kak ini sudah selesai," ucap Aura, ia kemudian membuka pintu. Tepat saat pintu terbuka kak Shyn langsung meraih pergelangan tangan Aura, ia membawa Aura berjalan dengan cepat. Aura semakin bingung karena hanya menuruti langkah kak Shyn saja, bahkan kak Shyn belum mengatakan sepatah katapun sejak tadi. "Ada apa ini Kak?" tanya Aura yang mengikuti cepatnya langkah kaki kak Shyn. Kak Shyn langsung menekan tombol lift, untung saja lift terbuka langsung saat itu dan kosong. Kak Shyn kemudian masuk ke dalam lift, begitu pula dengan Aura yang mengikutinya. Kak Shyn menarik napasnya dalam, ia memeriksa ponselnya karena beberapa panggilan masuk bergantian sejak tadi. "Kak bisa jelaskan dulu ada apa?" tanya Aura bingung, ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi, tanya Aura setelah kak Shyn mengakhiri panggilannya. Kak Shyn melirik jamnya dan menarik napasnya dalam. "Masih ada waktu 10 menit lagi," ucap kak Shyn pelan namun membuat Aura semakin bingung. "Ya, aku latihan 10 menit lagi. Ada apa memangnya kak?" tanya Aura masih mencoba mencari tahu. Kak Shyn melepaskan pegangannya pada lengan Aura, ia menatap Aura yang berada di sampingnya. "Pak Brian akan menyaksikan penampilan kalian, semua harus sudah siap. Semua orang tengah bersiap karena info ini baru saja aku terima saat baru sampai ruanganku," ucap kak Shyn menjelaskan sambil mengatur napasnya, berbeda dengan kak Shyn yang sudah mulai bisa mengatur napasnya saat ini gantian Aura yang menggenggam erat tangannya setelah mendengar penuturan kak Shyn.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD