BAB 22

1400 Words
Pintu lift terbuka, rasanya lift berjalan dengan cepat secepat kedipan mata. Padahal Aura sangat gugup saat ini, ia tidak ingin jika Brian mengenali dirinya. Aura tidak yakin jika harus berdiri di depan Brian pada kondisi seperti ini, Aura benar - benar kacau dengan pikirannya sendiri. Mana Aura tahu jika ia akan bertemu dengan Brian secepat ini dan dengan cara seperti ini, jangankan tahu untuk sekedar memiliki keinginan bertemu Brian saja Aura tidak memilikinya. Aura sudah bersusah payah menghindari Brian selama ini, tetapi malah ia harus bertemu Brian dengan cara seperti ini. "Kenapa melamun, ayo cepat!" ucap kak Shyn meraih pergelangan tangan Aura. Kak Shyn menarik Aura keluar dari dalam lift yang hampir tertutup kembali jika saja ia tidak membalikkan badannya memeriksa karena ia sama sekali tidak mendengar langkah kaki Aura setelah keluar dari dalam lift, kak Shyn tahu mungkin Aura masih terkejut dengan jadwal yang mendadak seperti ini tapi bagaimana lagi semuanya bisa terjadi dalam sekejap mata. "Atur napas kamu," ucap kak Shyn, ia ingin membuat Aura lebih rileks saja sebenarnya karena kak Shyn sendiri dapat melihat betapa tegangnya Aura dari wajahnya. Tangan kak Shyn kemudian membuka pintu ruang latihan utama dancer yang memang sering dijadikan ruang evaluasi, "tunggu di sini," ucap kak Shyn ia pergi sejenak lalu kembali. Aura duduk sambil terdiam, pikirannya benar - benar kusut dan berkecamuk. Aura tidak tahu bagaimana harus menghindar, tetapi ia tidak bisa juga menghindar begitu saja karena ini adalah pekerjaannya. Namun, di sisi lain Aura juga belum sesiap itu untuk menghadapi Brian secara langsung. "Pakai ini," ucap kak Shyn menyodorkan sebuah topi kepada Aura. Mata Aura menatap kak Shyn dengan senang, Aura senang kak Shyn memberikannya topi setidaknya wajahnya tidak akan terlihat langsung oleh Brian. Aura segera memakai topi itu, ia memakainya hingga menutupi wajahnya rambutnya agak sedikit terurai, harusnya Brian tidak akan sadar jika melihat penampilan Aura saat ini. "Aura ayo sini," panggil pelatih saat melihat kedatangan Aura, mendengar itu Aura langsung memandang kak Shyn yang juga langsung menganggukkan kepalanya mengerti. Aura mempercepat langkahnya, ia berkumpul bersama teman - teman sesama penarinya di ruang persiapan. Beberapa dari mereka baru saja selesai memakai make up, sedangkan Aura sendiri ia harus mengenakan make up secepat mungkin karena waktu yang tidak banyak tersisa. "Aura cepat gunakan make up, kita tidak memiliki waktu banyak. Semuanya juga harus segera bersiap," ucap pelatih memberi peringatan. Mendengar itu Aura langsung melepas topinya, kemudian ia mengambil posisi duduk di depan cermin. "Saya akan pakaikan kamu make up," ucap seseorang yang sepertinya penata rias. Aura mengangguk, ia kemudian membiarkan perempuan yang terlihat lebih tua hanya beberapa tahun darinya memakaikan berbagai jenis make up ke wajahnya. Perempuan itu memakaikan make up di wajah Aura dengan cepat, bahkan Aura jika memakai make up sendiri tidak akan secepat ini. "Oke sedikit lagi," ucap perempuan itu, kemudian ia mengoleskan lipstick di bibir Aura. Entah apa saja yang di poleskan oleh penata rias itu, Aura hanya diam dan membiarkan wajahnya menjadi canvas yang bisa di gunakan oleh penatarias itu. Aura kemudian membuka matanya setelah penata rias itu selesai dengan mata Aura, ia melihat tampilannya di depan cermin yang sudah terlihat berubah jauh daripada tadi. "Selesai," ucapnya dengan cepat, Aura langsung menatap wajahnya di cermin. Benar saja hasil make up yang ada di wajahnya cukup memuaskan bagi Aura, ia kemudian memakai kembali topi miliknya dan bergabung dengan dancer yang lain. Aura berdiri di barisan agak belakang, ia tidak ingin terlihat mencolok di depan. "Ayo segera ke posisi," ucap pelatih, meminta semua untuk duduk di ruangan latihan. Beberapa saat kemudian pintu terbuka, semua orang berdiri termasuk Aura. Beberapa orang masuk ke dalam, semua orang terlihat serius dan suasana menjadi lebih tegang daripada sebelumnya. Aura mengangkat sedikit kepalanya, matanya membulat ketika melihat Brian masuk ke dalam ruangan. Setelah para petinggi perusahaan duduk, semua semakin tegang. Aura mengencangkan topinya, agar dapat menutupi wajahnya dengan baik. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, namun Aura melihat pelatih tengah berbicara dengan petinggi - petinggi itu. Jantung Aura semakin berdegup dengan kencang, ia gugup sekali saat ini karena ini penampilan pertamanya yang di lihat oleh orang sebanyak ini terlebih oleh mereka yang mempunyai jabatan tinggi di kantor. "Semuanya ambil posisi," ucap pelatih memberikan aba - aba. Aura dan penari lainnya segera mengambil posisi mereka. Musik di putar beberapa saat kemudian, tubuh Aura langsung bergerak sesuai dengan tarian yang sudah ia pelajari selama ini. Langkah Aura langsung mengikuti irama musik, gerak tubuhnya juga bergerak kompak dengan penari lain. Aura melangkahkan kakinya ke sana dan ke sini, bahkan gerakan tubuhnya terlihat bagus. Rasa gugup Aura seakan meluap setelah musik di putar, tubuhnya bergerak mengikuti irama musik dengan tarian yang sudah ia latih selama ini. Bahkan waktu 4 menit yang hampir berakhir terasa melaju dengan begitu cepat, sampai - sampai ia sendiri saja tidak sadar jika waktu berjalan secepat itu. Musik berhenti setelah beberapa menit melantun, di akhiri dengan formasi para penari. Tidak ada tepuk tangan, semua langsung mundur dengan tegang tidak terkecuali Aura. "Latihan ini sudah berapa lama?" tanya Brian pada pelatih. Meski dengan wajah datar, Aura dapat menangkap semua orang saat ini sangat gugup. "Hampir 2 minggu," ucap pelatih menjawab pertanyaan Brian. Wajah Brian masih terlihat datar, "kalian bagus, hanya saja masih ada beberapa yang melewati tempo. Waktu kalian sudah tidak banyak jadi berusahalah sebaik mungkin mengerti!" ucap Brian memberikan masukan dan juga peringatan. "Saya rasa itu saja lanjutkan latihan kalian," lanjut Brian lalu semua orang berdiri menyambut kepergian Brian keluar dari ruang latihan. Semua orang menarik napas dalam, seakan tadi tidak terdapat banyak udara yang bisa di ambil. "Kita istirahat 10 menit ," ucap pelatih kemudian ia keluar dari ruangan. Semua orang terduduk di lantai begitu pelatih keluar dari ruang latihan, "kita harus lebih baik lagi," ucap leader yang memimpin menari untuk comeback ini. Aura melepas topinya, akhirnya ia bisa merasakan dingin menyentuh akar rambutnya. Di bandingkan tadi, Aura lebih tegang karena takut Brian menyadari kehadirannya di sana. Memang, suatu saat nanti mau tidak mau Aura dan Brian pasti akan bertemu, tapi menurut Aura itu tidak sekarang. Setidaknya, masih ada banyak waktu untuk menghindari Brian. Aura sendiri juga masih belum mempersiapkan diri jika harus bertemu dengan Brian, semua terjadi karena saat itu. Saat mereka masih duduk di bangku sekolah, bagi Aura kehadiran Brian adalah salah satu kebahagiaan yang ia miliki saat itu. Tapi, waktu seakan dengan cepat merampas Brian darinya, mereka harus berpisah karena Brian harus mengikuti keinginan orang tuanya melanjutkan pendidikan di luar negeri. Aura dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Aura berhenti mengingat masa lalu," ucap Aura dalam hati berusaha untuk membuat dirinya sendiri sadar akan kenyataan yang ada di depan. "Aura!" panggil suara kak Shyn. Mata Aura menatap ke arah pintu, di sana kak Shyn berdiri sambil sebelah tangannya memegang pintu. Melihat itu Aura langsung berjalan mendekat, ia menyusul kak Shyn yang ada di luar. Aura mendekat, nada dering terdengar dari ponsel kak Shyn ia lalu menjawab panggilan masuk itu. "Ada apa kak?" tanya Aura, ia memandang bingung ke arah kak Shyn yang tengah memeriksa ponselnya setelah panggilannya berakhir. Kak Shyn menatap Aura, "setelah latihan ini kamu pulang. Nanti jam 7 pagi kamu ke pintu stasiun 3, pak Agry menunggu di sana. Jangan terlambat, pak Agry tidak suka dengan orang yang terlambat. Mengerti?" ucap kak Shyn dengan tegas. Aura menganggukkan kepalanya mengerti, "iya kak," saut Aura kemudian kak Shyn menepuk pundak Aura kemudian pergi. Pelatih datang, "Aura ayo kita lanjutkan latihan," saut pelatih, Aura mengangguk lalu langsung masuk ke ruang latihan. "Ayo sekarang kita latihan kembali," ucap pelatih. Aura langsung mengambil posisinya, ia sadar sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang. Aura menggerakkan tangannya mengikuti irama, langkah kakinya juga bergerak sama seperti irama musik. "Aura konsentrasi," ucap pelatih, kemudian Aura langsung tersadar dan kembali berkonsentrasi. Waktu berjalan dengan cepat, 45 menit kemudian Aura dan penari lainnya terduduk sambil menghela napas berat ia menarik napas setelah berkali - kali mengulangi latihan. Keringat membanjir kening Aura, ia mengatur napasnya yang terasa memburu. "Kalian bisa istirahat 1 jam, setelah jam makan malam selesai kita akan lanjutkan latihan. Jangan ada yang telat," ucap pelatih, kemudian semua orang mengubah ekspresinya menjadi senang. Semua penari keluar termasuk dengan Aura, ia meregangkan tubuhnya yang terasa lelah. Ia kemudian berjalan menaiki tangga, untung saja di lantai atas ada kantin. Aura mengeluarkan ponsel yang tadi ia ambil dari loker, ia menatap jam yang menunjukkan hampir pukul setengah 7 malam. Ia mempercepat langkahnya, makin cepat sampai makin banyak waktu istirahat yang Aura punya. "Berhenti!" ucap suara berat yang sangat Aura kenal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD