BAB 40

1733 Words
Di ruang rapat sudah hadir beberapa orang, Aura duduk di samping kak Shyn. Sebenarnya rapat di mulai 10 menit lagi, tapi para staf biasanya datang sebelum itu. Tetapi memang sebaiknya seperti itu karena tidak mungkin atasan datang lebih dulu daripada bawahan, tentu saja itu akan menjadi suatu kebiasaan yang buruk jika di teruskan. Ruang rapat ini cukup luas dengan meja yang berbentuk persegi sehingga bangku - bangku di sini akan di duduki dengan saling berhadap - hadapan. Saat tadi Aura dan kak Shyn datang memang beberapa kursi sudah terisi, apa lagi kapasitas ruangan yang menampung 10 orang untuk rapat membuat kehadiran sangat mudah dirasa. Selagi menunggu yang lain Aura memeriksa ponselnya, ia membalas pesan masuk dari Winda. Beberapa saat kemudian pintu ruang rapat di ketuk dari luar, Aura menatap ke arah pintu tepat ketika ia mendengar suara ketukan. Dari belakang Aura pintu terbuka, Kina masuk bersama dengan managernya. Aura tersenyum kecil namun sepertinya Kina tidak melihatnya karena Kina tidak membalas tatapan atau senyum Aura. Aura sebenarnya agak heran, padahal tadi ia bertemu dengan Kina baik - baik saja, mereka tidak memiliki masalah apapun dan masih mengobrol dengan baik saat di lift maupun saat di luar lift. Tetapi berbeda sekali dengan Kina yang di lihatnya, wajahnya terlihat dingin. Kina lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Aura, melihat itu Aura kembali tersenyum namun Kina hanya diam menatapnya datar lalu mengalihkan wajahnya dari tatapan Aura. Jelas saja melihat itu Aura bingung dan juga terkejut, apa uang sebenarnya terjadi pada Kina. Pikiran Aura berkecamuk mengingat kejadian pagi ini, apa Kina marah karena Sura menolak roti pemberiannya? Tetapi harusnya tidak mungkin karena saat itu Aura menolak dengan baik - baik dan Kina juga tidak mempermasalahkannya. Lalu, sebenarnya kenapa? Apa karena Aura meminta Kina untuk menyapa Agry? Tapi saat itu Aura hanya ingij memberi tahu kepada Kini untuk memberi salam kepada atasan, Aura tidak ingin Kina di pandang buruk oleh atasan. Sejenak Aura bingung, "apa yang salah?" gumam Aura pada dirinya sendiri. Kak Shyn yang ada di samping Aura sepertinya mengerti, "mereka bersikap seperti itu karena menganggap kita saingan," ucap kak Shyn memberitahu. Mendengarkan jawaban dari kak Shyn membuat Aura terkejut, Aura tidak habis pikir ada hal seperti itu di sini. Aura merasa malah bukan melihat Kina uang ada di hadapannya melainkan rasanya Aura melihat orang lain yang hanya saja serupa dengan Kina. Aura agak terkejut dengan perkataan kak Shyn, "tapi bukankah persaingan hanya di atas panggung?" ucap Aura, namun perkataanya itu berhasil membuat kak Shyn tertawa lepas. Kak Shyn menganggap lucu perkataan Aura yang sebenarnya terdengar polos bagi kak Shyn, ia menggelengkan kepalanya. "Jangan terlalu banyak berpikir, fokus kepada apa yang harus kita lakukan saja. Jangan terganggu," ucap kak Shyn memberi peringatan. Semakin mengenal Aura membuat kak Shyn semakin tahu jika Aura ini sangat mudah terganggu, ia terlalu memikirkan orang lain dibandingkan dengan memikirkan keadaan dirinya sendiri. Ini bisa jadi kelemahan terbesar Aura, kak Shyn terus memperingatkannya karena ia tahu bisa jadi nanti sifat Aura yang seperti ini menjadi titik lemah yang akan di manfaatkan oleh orang lain. Sebagai manager, kak Shyn harus terus mengingatkan dan menjaga Aura di sisinya. Aura adalah kepercayaan pertama perusahaan padanya, setelah ia menaiki jabatan sebagai manager. Jadi, kak Shyn berniat akan melakukan yang terbaik. Ia juga yakin, keberhasilan Aura adalah keberhasilannya juga yang selalu mendukung dari belakang. "Aura bersiap," ucap kak Shyn, beberapa saat kemudian benar saja pintu di buka dengan beberapa staf masuk ke dalam. Mata Aura membelalak ketika ia menatap seseorang yang tidak asing di depannya, meskipun di sana ada Agry namun bukan Agry yang membuat mata Aura terbelalak karena terkejut. Aura tidak bisa mengalihkan pandangannya, ia bahkan tidak bisa berkata - kata sekarang. "Brian?!" gumam Aura terkejut, namun ia segera mengubah pandangannya menjadi agak menunduk. Aura berusaha untuk menghindari tatapan atau berhadapan dengan Brian, ia sangat - sangat menghindarinya saat ini. Kak Shyn duduk begitu pula dengan Aura yang ikut duduk kembali, moderator memulai rapat hari ini sedangkan Aura masih tertunduk sambil menyimak pembahasan rapat hari ini. Berbeda dengan Brian, setelah mengetahui siapa saja yang akan hadir di rapat hari ini membuat Brian sangat bersemangat. Salah satu nama yang ada di daftar hadir tidak bisa membuat Brian menyembunyikan senyumnya. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Brian ingin mencoba memperbaiki hubungannya dengan Aura. Brian sangat tahu jika hubungan mereka sangatlah rumit, masa lalu yang mereka jalani benar - benar tidak bisa terlupakan begitu saja. Brian sudah membuat kesalahan besar, ia sadar itu tetapi pada kenyataanya ada alasan mengapa Brian melakukan itu. Namun itu hanyalah masa lalu, Brian tidak ingin terlalu memikirkan masa lalunya. *** Rapat masih berjalan, sudah 1 jam lebih namun pembahasan terlihat semakin menuju intinya. Setelah tadi bertatapan langsung dengan Brian, sekarang Aura tidak bisa lagi menghindari tatapannya. Bagaimana 'pun juga Aura harus tetap bersikap profesional, Aura tidak ingin terlihat buruk di depan atasan - atasannya dan mempermalukan kak Shyn. "Baiklah penilaian besok akan kita lakukan pukul 10 pagi, rapat hari ini selesai. Kita lanjutkan ke rapat selanjutnya," ucap Brian dengan nada dingin namun terdengar tegas. Beberapa saat kemudian Brian berdiri dari duduknya, ia berjalan keluar di ikuti dengan beberapa staf lain yang kemudian melangkah bersamanya. Aura menatap kepergian Brian, ia terdiam untuk beberapa saat sampai kak Shyn kembali menegurnya. Aura akhirnya bisa menarik napas dalam setelah beberapa saat lalu ia merasa napasnya tercekat, selama rapat ia terus saja berusaha untuk mengatur dirinya sendiri, ia tidak ingin masalah pribadinya terbawa - bawa karena Aura sendiri ingin melepaskan masalah pribadinya itu. "Ayo Aura kita selesaikan yang tadi," ucap kak Shyn, kemudian Aura mengangguk lalu berdiri dari duduknya dan berjalan mengikuti kak Shyn kembali ke ruangannya. Kak Shyn membuka pintu ruangannya, lalu Aura masuk ke dalam dan duduk di depan kak Shyn sama seperti tadi. Aura dan kak Shyn menarik napas untuk beberapa saat, mereka juga sempat membahas ulang hasil rapat tadi. "Kamu lanjut isi yang di sana biar aku isi yang di sini," ucap kak Shyn dan Aura mengangguk setuju, tangan Aura kembali menuliskan jawaban atas beberapa pertanyaan. "Aura aku minta kontak Winda," ucap kak Shyn, Aura menganggukkan kepalanya. "Sebentar kak," ucap Aura lalu ia mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor Winda, Aura menyebutkan deretan angka nomor telepon Winda. "Oke," saut kak Shyn. Waktu berjalan dengan cepat, 15 menit kemudian semua berkas sudah selesai di isi oleh Aura dan kak Shyn. Setelah itu kak Shyn meminta Aura untuk beristirahat karena nanti siang akan ada latihan, Aura mengangguk lalu berpamitan dan kemudian keluar dari dalam ruang kerja kak Shyn. Aura masuk ke dalam ruang latihannya, ia kemudian duduk setelah mengatur penyejuk udara ruangannya. Jika tidak memakai penyejuk udara, tentu saja ruangan ini akan jadi lebih pengap. Aura melirik jam di pergelangan tangannya, ia masih memiliki waktu 1 jam sebelum jam makan siang. Aura kemudian melepaskan blezzer miliknya lalu berjalan ke sudut ruangan memutar alunan musik. Langkah kaki Aura bergerak menuju ke tengah ruangan, "semangat Aura," gumam Aura karena saat ini ia hendak melatih kembali tariannya. Aura melakukan pemanasan terlebih dahulu, ia meregangkan tubuhnya yang mulai terasa kaku. 20 menit Aura melakukan peregangan tubuhnya terasa sudah lebih baik, ia kemudian berjalan ke sudut ruangan kemudian mengganti kembali musik peregangan menjadi musik untuk latihan menarinya. Aura dengan cepat mengambil posisi berada di tengah, di depannya ada sebuah kaca besar yang nantinya akan memperlihatkan seluruh penampilannya. Musik mulai berputar, Aura mulai menggerakkan tubuhnya mengikuti gerakan tarian yang sudah ia latih selama ini. "Tiga ... empat ...," Aura menghitung gerakannya di dalam hati. Musik yang berputar selama 5 menit berakhir, Aura menarik napasnya dalam mencoba mengatur napasnya yang terasa cukup memburu. Memang napasnya terasa agak sesak, tetapi Aura merasa tubuhnya lebih ringan karena pemanasan. "Lanjut Aura," ucap Aura kepada dirinya sendiri, ia kembali pada posisinya lalu mulai kembali tariannya. Aura melangkah ke sana - ke mari ia mulai menggerakkan seluruh tubuhnya ikut hanyut dalam tariannya, Aura menarik napasnya dalam napasnya lebih memburu sekarang. Musik kembali berhenti, kali ini Aura duduk di lantai ia kemudian meluruskan kakinya terlebih dahulu memilih untuk beristirahat beberapa saat sebelum kembali memulai. Aura membiarkan udara dingin ruangan menyelimuti dirinya, rasanya lebih dingin mungkin karena Aura sudah banyak berkeringat. "Haus banget," ucap Aura lalu berdiri dari duduknya, ia kemudian berjalan ke arah meja yang ada di sudut ruangan dan mengambil air mineral botolan yang ada di atas meja lalu meminumnya. Aura kembali lagi ke tengah setelah memutar ulang musik, ia berencana untuk mengulang untuk yang terakhir sebelum ia turun dan istirahat makan siang. Musik bergema memenuhi ruangan, Aura kemudian melakukan gerakan tarian yang sama seperti sebelumnya. Meskipun bagi Aura ini sangat sulit, tapi saat ini sudah lebih mudah bagi Aura karena ia terus melatih gerakannya. Suara tepuk tangan di tengah gerakan tari membuat Aura terdiam secara tiba - tiba. Aura menatap sosok yang berdiri di belakangnya dari kaca besar di hadapannya, Aura benar - benar diam tidak bisa berbicara. Aura terkejut, tentu saja bagaimana tidak terkejut melihat kehadiran tiba - tiba Brian di belakangnya. "Brian," ucap Aura dalam hati. Aura benar - benar terdiam kaku, ia tidak berbicara namun Brian berjalan melangkah semakin dekat menujunya sambil terus bertepuk tangan. Aura mundur setiap Brian melangkahkan kakinya, Aura tidak ingin memiliki hubungan lain yang bersangkutan dengan masalah pribadi. "Berhenti!" ucap Aura dengan nada suara dingin, namun Brian seakan tidak mendengar. Brian terus melangkah mendekat ke arah Aura mematung, ia bahkan menunjukkan senyum kecil di bibirnya membuat Aura semakin kesal menatapnya. Aura sudah berteriak, ia bahkan yakin jika Brian bisa mendengar ucapannya dari posisinya berdiri saat ini, tetapi Brian seakan tidak mengubris ucapan Aura. "Berhenti di sana!" ucap Aura lagi lebih dingin, namun kali ini Brian tetap tidak berhenti. Aura menarik napasnya panjang, lalu ia membalikkan badannya berjalan menuju sudut ruangan mengambil blazzernya dan juga tasnya kemudian berjalan keluar dari ruangan meninggalkan Brian. Aura tidak peduli dengan Brian yang merupakan bosnya atau bukan, ia punya alasan sendiri mengapa bersikap seperti ini. Aura sudah memperingatkan untuk Brian tidak mendekat ke arahnya, tetapi melihat sikap Brian jelas sekali Aura tahu jika Brian tidak akan mendengarkan ucapannya. Aura tentu saja kesal, Brian terlalu egois mementingkan egonya sendiri tanpa peduli bagaimana perasaan orang lain. Langkah Aura berlanjut menuju lift, kemudian ia berpapasan dengan Agry yang tersenyum menyapa ramah Aura namun Aura tidak membalas sapaanya sama sekali bahkan berlalu tanpa menatap Agry sama sekali, sikap Aura tentu saja membuat Agry bingung. Aura masuk ke dalam lift, untungnya di dalam lift hanya ada dia sendiri. Tangan Aura segera meraih dinding lift, menahan dirinya karena kakinya tiba - tiba terasa lemah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD