Langkah kaki Aura menginjak lantai halte, ia baru saja turun dari bus yang membawanya dari rumah. Aura melangkahkan kakinya berjalan menuju agensi yang berada beberapa meter dihadapannya, langkah kakinya ringan ia juga merasa lebih bersemangat hari ini. Aura berencana melupakan apa yang telah terjadi kemarin dan berusaha untuk hidup bahagia hari ini dan seterusnya.
Saat ingin masuk ke dalam gedung agensinya Aura menyapa terlebih dahulu satpam yang memang biasanya suka mengajak Aura ngobrol ketika istirahat setelah lari pagi, lalu di dalam Aura juga menempelkan kartu tanda pengenalnya agar dapat masuk ke bagian dalam gedung.
"Baru datang?" tanya suara yang tiba - tiba muncul di samping Aura, mendengar itu Aura langsung mengalihkan pandangannya ke samping.
Aura tersenyum lebar, "loh Kina?" ucap Aura agak terkejut, namun ia senang karena bertemu dengan Kina.
Sebenarnya sudah cukup lama Aura tidak bertemu dengan Kina, kesibukan dan jadwal mereka yang beda - beda membuat Aura dan Kina jadi jarang bertemu. Lagi pula saat ini mereka sedang sama - dama berjuang untuk mewujudkan mimpi mereka masing - masing, yang Aura lakukan adalah mendoakan Kina.
Ah, Aura ingat saat paling sering ia bertemu Kina juga saat Aura joging pagi atau sore hari. Selain itu sangat jarang bagi Aura untuk bertemu dengan Kini di momen - momen lain. Lucunya memang begitu kenyataannya, padahal mereka berada di satu perusahaan dan satu gedung yang sama.
"Sarapan dulu," ucap Kina menyodorkan roti dari tangannya, mereka baru saja sama - sama masuk ke dalam gedung agensi.
Aura menggeleng pelan masih dengan senyum kecil yang terlihat tulus, "eh gak usah, aku udah makan. Kamu aja makan," saut Aura menolak dengan lembut, ia bahkan tidak menghilangkan senyum dari wajahnya.
"Baiklah, oh iya kamu mau latihan?" tanya Kina yang berjalan bersama dengan Aura, mereka bahkan berdiri di depan lift bersamaan.
Aura menggeleng, "aku ada rapat pagi, terus nanti ada latihan akhir. Kamu tahu 'kan besok kita penilaian," ucap Aura dengan senyum kecilnya.
Waktu memang bergerak begitu cepat, rasanya baru kemarin Aura mendapatkan pemberitahuan jika ia lolos audisi lalu di terima sebagai trainee di agensi ini. Namun sekarang, penilaiannya sudah berada di depan mata seakan tidak memiliki jeda waktu untuk beristirahat, meski begitu sebisa mungkin Aura menjalaninya dengan sesantai mungkin.
Kina mengangguk membenarkan, "ya kamu tahu sendiri penilaian semakin ketat," ucap Kina dan Aura mengangguk membenarkan.
Apa yang dikatakan oleh Kina itu benar, ia sendiri bingung karena memang waktu yang sudah lama di jadwalkan semakin di depan mata. Apa lagi penilaian besok adalah penilaian akhir, banyak aspek yang akan di nilai. Meskipun nanti penilaian utamanya adalah peran atau akting tetapi sebenarnya ada banyak penilaian pendukung lainnya, modeling dan juga menari menjadi salah satu aspek penting yang bisa mempengaruhi penilaian akhir.
Selain akting atau dunia peran, di sini setiap trainee di minta untuk memiliki bakat lain. Bakat yang di miliki ini adalah nilai plus dan memang harus di miliki meskipun harus di latih terlebih dahulu. Apa lagi persaingan sangat berat dan tidak mudah, tentu saja bakat lain menjadi suatu kewajiban saat ini. Karena bisa saja saat akting atau bernyanyi yang di latih ternyata dunia modeling lebih yang ternyata paling banyak menawarkan pekerjaan, tidak ada yang tahu karena dunia entertaiment sangat mudah untuk berubah.
"Ayo masuk," ajak Kina, Aura mengangguk lalu melangkahkan kakinya masuk bersama dengan Kina.
Pintu lift perlahan akan tertutup, di dalam hanya ada Kina dan juga Aura mungkin karena jam kantor sudah mulai beberapa saat yang lalu sehingga saat ini tidak terlalu ramai. Saat pintu hampir tertutup sempurna tiba - tiba pintu kembali terbuka, Aura menaikkan kepalanya menatap siapa yang baru masuk. Ia kemudian tersenyum lebar menyadari siapa yang baru saja masuk, Aura menatap pria yang berdiri di depannya.
"Selamat pagi pak Agry," ucap Aura ramah dengan senyum kecil di bibirnya.
Agry berusaha menahan senyumnya, "pagi," balas Agry terdengar dingin namun sebenarnya membuat Aura hampir tertawa.
Aura menatap Kina yang masih diam, "Kin," ucap Aura mencoba menyadarkan Kina untuk menyapa Agry, karena meskipun begitu Agry memiliki jabatan tinggi di antara mereka dan tentu saja mereka harus bersikap sopan.
"Kina," panggil Agry sekali lagi, Aura memanggil Kina dengan suara yang tertahan.
Entah apa yang sedang di pikirkan oleh Kina sampai - sampai ia melamun padahal baru beberapa saat yang lalu mereka masuk ke dalam lift, tetapi Kina sudah masuk ke dalam dunia lamunannya. Aura yang memanggilnya beberapa kali juga tidak mendapatkan respon dari Kina, membuat Aura merasa canggung dengan Agry.
Tangan Aura menyentuh pundak Kina yang akhirnya menyadarkannya, "iya Ra?" tanya Kina yang baru kembali dari lamunannya.
"Sapa dulu itu pak Agry," ucap Aura berbisik.
Kina mengangguk cepat, "pagi pak," sapa Kina dengan nada suara yang terdengar canggung, Kina tersenyum tipis mungkin karena malu atas lamunannya tadi.
"Pagi," saut Agry yang masih dengan nada suara datar seperti sebelumnya.
Pintu lift terbuka, Agry, Aura dan Kina berjalan keluar dari dalam lift. Agry menatap Aura dan Kina singkat, "saya duluan ya," ucap Agry lalu berjalan meninggalkan Aura dan Kina.
Aura menarik napasnya dalam, ia melirik jam di pergelangan tangannya. "Kina aku duluan aku hampir telat," ucap Aura lalu Kina menanggapinya dengan anggukan.
Setelah itu Aura langsung berjalan melangkah ke ruangan kak Shyn, ia mengetuk pintu ruangan kak Shyn beberapa kali sebelum mendengar sautan dari dalam yang mengizinkan Aura untuk membuka pintu. Aura menatap kak Shyn yang terlihat tengah membaca dokumen, dengan kaca mata yang membingkai wajahnya. Kaca mata itu terlihat cocok untuk kak Shyn, menambah kesan dewasa dan tegas di wajahnya.
"Kamu baru sampe?" tanya kak Shyn yang duduk di kursi kerjanya, Aura melangkahkan kakinya lalu duduk di kursi yang ada di hadapan kak Shyn.
"Iya kak, aku gak telat 'kan?" tanya Aura ia takut karena saat di lift tadi ia baru ingat sudah mematikan ponselnya semalaman bahkan hingga sekarang.
Kak Shyn menggelengkan kepalanya, "enggak ada apa - apa kok, tapi aku mau memeriksa beberapa hal aja buat kamu. Santai aja," ucap kak Shyn dengan kekehan, kemudian kak Shyn mencari sebuah berkas di tumpukan map yang ada di meja kerjanya.
Kak Shyn meletakkan sebuah map di hadapan Aura, "kamu isi ini dulu," ucap kak Shyn lalu meletakkan pena di atas mrja.
Aura mengangguk, ia kemudian membuka berkas itu dan membacanya perlahan. Ia mulai mengisi biodata dirinya yang di minta, sesekali Aura bertanya kepada kak Shyn mengenai bagian yang menurutnya agak membingungkan. Menurut kak Shyn data ini di perlukan di perusahaan untuk data base semua karyawan di Higlight Entertaiment, oleh sebab itu kak Shyn meminta data Aura sebagai pendatang baru di sini.
"Aura untuk hubungan keluarga apakah kamu tidak memiliki siapapun?" tanya kak Shyn yang berhasil membuat Aura terdiam untuk beberapa saat.
Jujur saja Aura terkejut mendengar pertanyaan seperti itu dari kak Shyn, terutama ia sendiri bingung harus menjawabnya seperti apa. Aura tidak berpikir untuk menceritakan semuanya kepada kak Shyn, tapi kak Shyn mungkin akan bingung jika Aura hanya diam. Pertanyaan ini benar - benar membuat Aura banyak berpikir karena terlalu tiba - tiba, Aura menarik napasnya dalam ia menunjukkan senyum kecil di sudut bibirnya.
"Aku tidak memiliki siapapun," ucap Aura berusaha untuk terlihat tenang.
Setelah mendengar ucapan Aura malah saat ini kak Shyn yang merasa terkejut, ia merasa salah bertanya namun kenyataanya ia hanya menanyakan berdadarkan data yang di minta. Kak Shyn terdiam selama beberapa saat, terlihat sekali ia canggung kepada Aura.
"Lalu siapa wali kamu?" tanya kak Shyn perlahan.
Aura menggeleng, "tidak ada, tetapi biasanya ada Winda teman dekat yang sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri. Aku biasanya meminta bantuannya jika ada sesuatu padaku," ucap Aura jujur.
Itulah arti Winda bagi Aura, bukan hanya sebagai kenalan atau sebagai seorang teman tetapi sebagai seseorang yang Aura harap bisa ia andalkan. Lalu benar saja, Winda adalah satu - satunya orang yang sejak dulu berada di sisinya hingga Aura sendiri bukan menganggapnya sebagai kenalan atau teman dekat namun sudah sebagai keluarga.
Memang beruntung Aura dipertemukan dengan Winda, Aura sendiri mengakui pertemuannya dengan Winda adalah salah satu keberuntungan yang Aura miliki. Entah bagaimana Aura sekarang jika tidak bertemu dengan Winda, mungkin Aura akan jauh dsri dirinya yang sekarang ini.
"Aura aku minta maaf," ucap kak Shyn, Aura tahu jika kak Shyn merasa tidak enak setelah menanyakan itu.
Aura menggelengkan kepalanya, "tidak apa - apa," saut Aura pelan.
Tidak ada yang salah bagi Aura untuk membicarakan kebaikan Winda, jika perlu juga Aura sanggup saja jika harus semalaman menceritakan tentang Winda dan kebaikan - kebaikannya pada Aura selama ini. Tentu saja Aura tidak akan pernah merasa menyesal ataupun bosan untuk menceritakannya.
Aura memundurkan dirinya karena terkejut mendengar suara pintu yang diketuk dari luar, "masuk," ucap kak Shyn menjawab lalu beberapa saat kemudian pintu terbuka.
"Rapat akan segera di mulai bu," ucap seseorang yang Aura tahu berkerja sebagai asisten kak Shyn.
"Baiklah kami akan segera datang persiapkan dengan baik," ucap kak Shyn tegas lalu asisten kak Shyn itu menutup pintu.
Selang beberapa saat kak Shyn merapikan kembali berkas - berkasnya, ia melepas mengambil sebuah buku kecil dan pulpen. Kak Shyn sepertinya sudah siap untuk rapat, ia menatap Aura yang duduk di depannya. Mata Aura terlihat masih fokus pada berkas yang di berikan kak Shyn, bahkan sebagian berkas sudah terisi oleh Aura dalam waktu singkat.
Kak Shyn menatap Aura, "sepertinya harus kita lanjut nanti," ucap kak Shyn berdiri dari duduknya dan Aura hanya menatap kak Shyn sejak tadi.
"Ayo kita rapat," ajak kak Shyn lalu Aura berdiri dari duduknya dan berjalan mengikuti kak Shyn yang ada di depannya menuju ruang rapat.