DUA PULUH ENAM

1588 Words
Keiyan POV Hari ini adalah hari pertamaku memulai latihan bersama Gary dan Jack. Awalnya aku kira akan berlatih menggunakan tongkat sihir seperti yang pernah Endrew lakukan. Tapi nyatanya tidak, aku tidak habis pikir bahwa latihanku adalah memotong kayu serta membawanya ke gubug, ini sungguh melelahkan.  Aku memang terbiasa hidup di desa bersama bapak dan ibu dengan semua kesederhanaan yang kami punya. Akan tetapi, untuk memotong pohon yang begitu besar serta harus membelahnya menggunakan kapak, ini sangatlah sulit bagiku.  Selama ini aku hanya membantu bapak menggarap kebun cabai kami. Tak pernah sekalipun aku di ajak ke hutan untuk memotong kayu. Karena ibu memasak sudah menggunakan kompor gas jatah dari pemerintah. Menebang kayu hanya diperuntukkan pada mereka yang akan membamgun tempat tinggal ataupun pengrajin kayu yang memiliki kebun sendiri.  Matahari sudah berada di atas kepala, tapi aku belum menebang satu pohon pun. Bagaimana tidak, jika pohon yang harus kutebang memiliki diameter sekitar satu meter. Dan kini aku hanya mampu memotong separuhnya saja.  Ingin sekali aku menggunakan kekuatan yang pernah muncul dimalam itu. Aku berharap kekuatan itu akan muncul lagi dan aku bisa menebang pohon ini tanpa susah payah. Namun hanya tinggal harapan dan asa.  Kekuatan itu tidak muncul disaat aku menginginkan. Oh My God! Sesulit inikah menebang kayu? Aku melihat Jack yang sudah berhasil merobohkan satu pohon besar. Dan ia kini sudah mulai memotong kayu itu menjadi beberapa bagian.  Aku mulai lelah, aku memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon dan menatap Jack yang begitu bersemangat.  Awalnya aku sangat terkejut dengan perlakuan serta wujud Jack yang saat ini. Ya, aku belum terbiasa dengannya. Seekor serigala yang lucu berubah wujud seperti manusia pada umumnya. Kulitnya yang berwarna kecoklatan, sangat pas dengan tubuhnya yang atletis. Maniknya yang berwarna kecoklatan sangat pas seperti warna bulunya ketika menjadi seekor serigala. Meski aku belum terbiasa akan wujud Jack, tapi aku senang Jack baik-baik saja untuk saat ini.  "Kenapa, Tuan menatapku seperti itu? Apakah ada yang salah dengan diri saya?" tanya Jack yang melihat aku terus menatapnya. Aku tahu Jack merasa tidak nyaman saat aku memperhatikannya seperti itu. Dan entah kenapa aku samar-samar dapat mendengar suara hati Jack meski tidak begitu jelas.  "Tidak ada, aku hanya lelah. Kamu sendiri juga tahu aku tidak melakukan pekerjaan ini sebelumnya." Jack tersenyum kepadaku.  "Tidak apa, Tuan. Anda memang belum terbiasa dengan pekerjaan ini. Tapi yakinlah tuan bisa melakukannya dengan kekuatan otot tuan sendiri. Awalnya saya juga sangat kesulitan, bahkan untuk menyuap makanan aku tidak bisa. Perlahan aku bisa melakukan semuanya," katanya yang mencoba menghiburku dan memberi semangat agar aku tidak menyerah.  "Terima kasih, Jack. Kita sama-sama belajar membiasakan diri dari awal."  "Saya sangat yakin tuanku bisa, ayo kita lanjutkan pekerjaan ini." "Tapi, Jack. Bisakah kau tidak menyebutku tuan. Aku risih mendengarmu memanggil seperti itu."  Memangnya kenapa? Bukankah memang benar jika anda adalah majikan saya sejak kecil?" "Hentikan sebutan itu, Jack ini perintah dari majikanmu." finalnya tak ingin dibantah.  Dengan segenap tenaga yang aku miliki, akhirnya aku bisa merobohkan sebatang pohon. Betapa leganya aku bisa melakukan pekerjaan ini walau hanya sedikit kemajuan. Aku yakin akan ada hal yang lebih sulit di latihanku selanjutnya.  Satu bulan sudah aku latihan fisik. Bagaimana tidak, latihanku selama ini hanyalah menebang kayu dan mengambil air dari sungai yang cukup jauh. Entah kapan aku bisa menggunakan kekuatan dalam diriku ini.  Semenjak latihan fisik ini, aku hampir tidak pernah merasakan sakit seperti sebelumnya. Kedua bola mataku juga tidak terasa panas sama sekali. Hanya saja suara berat itu masih saja ada dan sering muncul.  "Kei, kamu mendengarku?" baru saja aku batin, dan kini muncul suara itu.  "Ya, aku mendengarmu. Ada apa?" tanyaku berbicara dalam hati.  "Sekarang aku bebas!" katanya. Apa yang dimaksud dengan bebas? Akankah dia akan keluar dari dalam tubuhku?  "Bebas bagaimana maksudmu? Jelaskan!" pinta ku yang masih berbicara lewat batin.  "Jauhkan pikiran konyolmu itu! Bagaimana bisa aku keluar dari dalam tubuhku kalau kita ini satu? Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku." dengusnya.  "Lalu bagaimana? Jelaskan agar aku tahu apa yang kamu maksud," jawabku tak kalah kesal dengan kalimatnya yang setengah-setengah.  "Sekarang aku bisa bebas berbicara kepadamu kapanpun aku mau. Dan kita juga bisa bertukar posisi meski kita belum bisa berubah wujud." "Berubah wujud? Sebenarnya siapa dirimu? Setiap kali aku bertanya, kau hanya menjawab bahwa kita satu," ucap ku jengkel.  "Apa kamu belum tahu siapa aku buatmu?"  "Kalau aku tahu, aku tidak akan bertanya kepadamu, bodoh!" ejekku.  "Hei, ingat kalau aku bodoh berarti kamu juga bodoh. Kita ini sama," ujarnya tidak terima.  "Terserah apa katamu. Yang jelas aku bukan dirimu!"  "Oke, oke. Akan aku katakan siapa diriku. Aku adalah wolf yang ada didalam dirimu. Jika kamu memiliki sosok layaknya manusia, maka aku adalah sosok wolf yang bersemayam di dalam tubuh, namaku Arow. Kita adalah jiwa yang memiliki satu tubuh. Begitu juga jiwa yang lain." "Jiwa yang lain? Maksudmu masih ada jiwa lain yang bersemayam dalam tubuhku?" aku sungguh tidak mengerti dengan semua ini.  "Yap, itu benar sekali. Lebih tepatnya masih ada dua jiwa yang masih terlelap di dalam sana." "Apa kamu sudah gila? Bagaimana bisa dalam satu tubuh memiliki 4 jiwa sekaligus? Aku rasa aku sudah tidak waras kalau masih mendengarkan omong kosongmu." "Hei … ini sama sekali bukan omong kosong. Aku serius. Kamu juga pernah melihat salah satunya melalui mimpimu,” Arow menjelaskan. Aku berpikir untuk sejenak, aku berusaha mengingat semua mimpi yang hanya sekali muncul selama berada di Dunia Immortal ini.  "Jangan-jangan …."  "Ya, kamu benar, Kei. Pohon itu. Bukan, lebih tepatnya jiwa pohon itu ada di dalam tubuhmu. Pohon besar pelindung para kaum peri, itulah salah satu jiwa yang ada di dalam tubuhmu.”  "Gak mungkin, ini mustahil." elak ku. Aku tidak percaya dengan semua itu.  "Itu benar, Kei. Kamu sendiri juga mendengar percakapan para tetua waktu itu. Bahwa jiwamu dan istana para peri saling terhubung." tambahnya. Arow berusaha meyakinkanku. "Jika salah satunya adalah jiwa dari pohon itu, maka siapa jiwa yang satunya?" Aku sangat penasaran dengan jiwa lain dalam tubuhku, meski sangat sulit kuterima.  "Dia adalah seekor naga,” jawabnya. Aku sangat terkejut dengan salah satu sosok yang ada di dalam tubuhku yang ternyata seekor naga. aku sungguh tidak menyangka akan ada makhluk yang sangat menyeramkan seperti itu. wajar jika Bian pernah memanggilku seperti itu, karena memang benar di dalam tubuhnya ada sosok monster yang bahkan tidak bisa dipercaya. Tubuhku terasa sangat lemas tak sanggup berdiri, aku takut dan juga ingin lari. akan tetapi, semua percuma. Hanya saling menerima lah yang bisa kulakukan. dengan begitu, aku bisa melanjutkan hidup seperti biasanya. kalau boleh aku meminta satu permintaan, aku ingin hidup normal layaknya manusia biasa. tak apa jika aku tidak memiliki kemampuan khusus, tak apa jika aku hanya hidup sederhana tanpa kemewahan. bagiku bisa hidup berdampingan dengan orang-orang yang aku sayang adalah kebahagiaan yang sempurna. Aku menatap gelapnya langit malam yang bertabur bintang. aku masih ingat dengan lembut belaian tangan ibu. ya, kini aku sangat merindukannya. hampir dua bulan , aku tidak melihat sosok ibu yang selalu mengayomi dan mengasihiku. tapi aku juga ingin tahu, siapa ibu kandungku? tanpa terasa air mataku merembes keluar. Dinginnya angin malam tak lagi kurasa, yang  ada hanya rasa sesak karena merindu. sungguh menyiksa batin. Semakin lama kepalaku serasa mau pecah. begitu banyak misteri yang terjadi pada hidupku. Aku juga belum menemukan Endrew dan juga Chris yang menghilang entah kemana. Apakah mereka baik-baik saja? tinggal dimana dan bagaimana keadaanya. Sungguh, begitu banyak yang ada didalam otakku saat ini. Aku harap latihan fisik akan segera berakhir, dan aku segera belajar mengendalikan kekuatan yang katanya sangat besar itu. Aku ingin segera menemukan teman yang begitu peduli kepadaku. “Apa yang kamu pikirkan malam-malam seperti ini, Kei?” kudengar Gary melangkah ke arahku. “Aku hanya merindukan ibu. sudah lama aku tidak melihat wajah beliau.” kataku sambil menatap langit sendu. “Aku tahu apa yang kamu rasakan, akan tetapi di Dunia ini sangat membutuhkanmu. aku pinta tahan sedikit lebih lama lagi.” “Gary, sebenarnya siapa aku sebenarnya? kenapa begitu banyak jiwa yang ada didalam tubuh ini?” Gary menatapku dan bertanya, “Apa kamu sudah tahu semua?” aku mengangguk pelan sebagai jawaban. “Di dalam tubuhmu mengalir tiga jenis darah sekaligus. yaitu darah kaum fairy, kaum werewolf, dan satu lagi kamu adalah pangeran dari kerajaan Witch.” kedua mataku melebar mendengar apa yang diucapkan oleh Gary. “Kamu pasti mengira bahwa aku pembohong, tapi itulah kenyataannya. pada masing-masing darah memiliki kekuatan sendiri. inilah yang membuat darahmu istimewa. kamu akan menjadi seorang werewolf seperti Jack. Kamu juga bisa menjadi peri seperti para peri lain dengan kekuatan alam yang ada padamu itu. dan yang terakhir adalah kaum Witch. kaum penyihir putih yang bisa mengendalikan elemen di bumi. sebab itulah latihan fisik sangat penting untuk dasar. jika fisikmu kuat, maka tubuhmu akan mudah menerima tiga jiwa dengan kekuatan yang berbeda sekaligus.” Gary menatapku dan mengambil nafas sejenak. “Sudah berapa jiwa yang sudah berinteraksi denganmu?” Gary bertanya. “Satu, hanya jiwa wolf ku yang dengan mudah berbicara denganku kapanpun. dan jiwa pohon itu, hanya satu kali ketika kami terjebak ilusi di hutan kabut. Arow bilang ada satu lagi jiwa seekor naga yang masih tidur di dalam sana,” terangku. “Kamu benar, Kei. jiwa wolf yang ada pada dirimu akan banyak membantu kelak. dan jiwa pohon, dengan itu kau bisa mengendalikan seluruh tanaman, air, dan tanah yang ada di permukaan bumi ini. sedang jiwa naga, dengan naga tersebut, kamu bisa mengendalikan elemen udara dan api. tapi ingat, kekuatan naga sangat besar. kamu bahkan bisa membakar seluruh hutan ini dalam sekejap saja. untuk itu, latihanmu masih panjang, Kei. aku akan membantu sebisaku karena kau keturunan murni junjunganku. Cucu dari Maharaja Arlan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD