TUJUH

1669 Words
Hari ini Kei menjalani hari hari seperti biasanya. Ia mengikuti setiap pelajaran mata kuliah. Berbeda dengan dua sahabatnya yang memilih untuk bolos di mata kuliah dosen yang terkenal killer. Jika Kei memperhatikan setiap bab mata kuliahnya, kedua sahabatnya itu kini tengah berada di atap gedung. “Kek, lo ngerasa ada yang aneh dengan Kei gak?” tanya Andy sembari merebahkan tubuhnya di atas meja usang yang ada di sana. “Aneh bagaimana?” Endrew duduk di atas meja di sebelah Andy. “Gue tidak bisa merasakan aura Kei yang sebenarnya, Gue hanya merasakan aura manusia yang sangat samar dan tipis. Bukankah itu aneh untuk golongan manusia biasa?” “Lo benar, aku juga merasa sedikit aneh. Tapi sepertinya Kei tidak menyadari hal itu. Dia layaknya manusia biasa seperti pada umumnya. Atau mungkin ada sesuatu yang disembunyikan olehnya?” Endrew mencoba menerka nerka. “Entahlah, Kek. Gue juga tidak tahu. Tapi saat gue mengantar ibu dan bapak ke terminal tadi pagi, ibu berpesan kepadaku untuk menjaga Kei selama berada di sini. Dan ibu juga mengatakan bahwa Kei memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain, namun ibu tidak menjelaskan apa itu.” “Sepertinya gue tahu apa yang dimaksud ibu, Mang.” Endrew tersenyum ke arah Andy. Seketika Andy bangkit dari posisinya dan menatap Endrew, “Apa itu, Kek?” Andy semakin penasaran. “Sepertinya Kei bisa membaca pikiran orang,” ucap Endrew sambil manggut manggut. “Jadi maksudmu kalau Kei itu bukan dari kalangan manusia, begitu?” Endrew mengangguk membenarkan pernyataan Andy. “Sebenarnya pertemuan pertama gue dengan Kei bukanlah di pinggir jalan saat menunggu lo, melainkan saat gue berada di sebuah Bank Y. Kei bisa menghindari rencana seorang copet di sana. Dan aku bisa mendengar apa yang dikatakannya pada pencopet. Dan satu lagi, dia sempat memberi saran kepada seorang ibu yang menjadi target kejahatan, supaya lebih berhati hati. Dan yang terakhir, dia menggagalkan aksi pencopet yang menargetkan gue saat itu.” Andy hanya manggut manggut mendengar cerita Endrew.  “Lebih baik kita tanyakan saja pada orangnya, dari pada menerka nerka yang tidak jelas.” Ucap Andy sambil menunjuk Kei yang berjalan menghampiri keduanya. “Ngomongin gue ya …?” tebak Kei. “Siapa yang ngomongin, Lo. Ge er amat sih!” elak Endrew. “Jangan bohong, lo. Lha tadi gue lihat Andy nunjuk ke arah gue!” timpal Kei tak percaya. “He he he, tau aja, lo.” Menggaruk tengkuk yang tidak gatal sambil cengengesan. “Memangnya kenapa?” Andy dan Endrew saling memandang. “Gini, Kei. Gue mau tanya, apa bener lo memiliki ‘kemampuan’ tersembunyi? Selama ini aku perhatikan, lo seperti bisa membaca pikiran orang.” Endrew Menatap tajam meminta penjelasan. Kei tersenyum seraya berkata, “Ya, Kalian benar sekali. Tapi gue juga gak ngerti, kenapa gue gak bisa membaca apa yang kalian pikirkan. Sejak kecil gue udah bisa membaca pikiran orang, termasuk bapak. Hanya ibu lah satu satunya orang tidak bisa gue baca pikirannya. Dan sekarang bertambah dengan kalian berdua.” Menatap Andy dan Endrew bergantian. Keduanya tersenyum. “Apa ada hal yang tidak gue ketahui tentang kalian?” tanya Kei menyelidik. Keduanya saling berpandangan. “Eng- enggak ada. Kami hanya asal nebak aja. He, he, he,” Endrew menggaruk tengkuk yang tidak gatal. “Kalian pulang aja dulu, gue hari ini mau kerja sampingan,” pamit Kei. “Kerja di mana, lo? Kapan, lo cari kerja?” tanya Endrew yang baru mengetahui kabar tersebut. “Gue di tawarin si Anik kerja di resto, kemarin sempat ketemu dia pas cari lowongan. Ya sudah, Gue ambil aja.” “Si Anik cupu, yang suka perhatiin kita itu? Yang giginya ada pagarnya itu, kan.” Kei mengangguk. Sontak membuat Endrew tertawa terbahak melihat Kei mengangguk. “Lo, Kenapa ketawa? Ada yang salah?” Kei tidak kenapa Endrew tertawa setelah tahu siapa yang menawarkan pekerjaan. Bagi Kei, penampilan seseorang tidak menjamin hati seseorang. Ya, Kei sangat tahu selama ini Anik tidak satupun mempunyai teman. Dia hanya bisa memperhatikan dari jauh. Aku juga beberapa kali pernah memergokinya sedang memperhatikan kami. “Kayaknya tu cupu naksir lo, Kei.” Kali ini Andy yang bicara. “Jangan sembarangan, dia itu hanya sebatas kagum saja, terutama padamu, Ndy.” Kei meyakinkan. Kei menyingkap lengan baju untuk melihat jam tangannya. “Gue cabut dulu, ada janji sama Anik.” Kei pergi meninggalkan kedua temannya itu dan bergegas menemui Anik yang sudah menunggu di gerbang kampus. “Sudah lama menunggu?” tanya Kei pada seorang gadis berkaca mata bulat dengan rambut yang dikepang dua. Gadis itu terkesiap mendengar suara berat Kei. “Ti- tidak juga, apa kamu sudah siap untuk kerja?” ucap gadis bernama Anik dengan pandangan yang selalu menunduk. “Ya, ayo berangkat!” keduanya berjalan ber iringan menyusuri trotoar. “Maaf, aku membuatmu menunggu lama, aku harus memberitahu Endrew terlebih dulu agar dia tidak menunggu,” Kei menjelaskan. “Tak masalah, aku mengerti,” Anik menimpali. Gadis itu tampak sangat malu-malu, ia tidak berani mengangkat kepalanya. Hari inilah kali pertama Anik berbicara dengan temannya. Biasanya gadis itu selalu menyendiri tanpa seorang teman. *** Pagi mulai menyapa, kini Kei kembali ber aktifitas seperti biasa. Hari ini Kei berangkat ke kampus seorang diri. Sebab Endrew teman sekamarnya merasa tidak enak badan. Kei berjalan menyusuri lorong di area kampus yang tampak begitu ramai. Kei bisa melihat tatapan mengejek mereka. Ini sungguh membuat Kei merasa tidak nyaman. “Ada penjilat lewat, maklumlah, anak petani cabai. Kalau tidak menjilat mana mungkin bisa kuliah di Universitas elit seperti ini,” terdengan suara ejekan dan kasak kusuk tentang dirinya dari setiap orang yang memandangnya. Kei masih terus melangkahkan kakinya menuju kelas mata kuliahnya pagi ini tanpa menghiraukan apa yang dikatakan oleh para mahasiswi tersebut. Kei memilih untuk pura pura tidak mendengar perkataan mereka. Meskipun sebenarnya Kei mengetahui semua apa yang mereka pikirkan. tapi yang menjadi pertanyaannya, kenapa dirinya di cap sebagai penjilat? Padahal Kei sama sekali tidak pernah merasa sekalipun mendekati orang yang katanya merupakan keponakan dari pemilik kampus tersebut. Jangankan untuk menjilat, kenalpun tidak. Bagaimana bisa mereka mencap Kei seperti itu? “Heh … kamu yang bernama Keiyan?” tanya seorang mahasiswi cantik yang tiba tiba berada di depan Kei. “Iya, benar. Mbaknya mau ngapain ya. Adakah urusannya dengan saya?” jawab Kei dengan sopan, meski mahasiswi tersebut bertanya dengan kasar. “Hei … kamu ngaca dong! Jangan seenaknya aja manfaatin kebaikan orang demi dirimu sendiri. Lagian anak petani cabai aja sok sokan kuliah disini. Kalau gak mampu tuh, cukup sekolah SMA aja. Gak perlu sok sok kuliah,” cecarnya sembari bersendekap d**a. Diantara kedua temannya, Keiyan tergolong pemuda yang berpenampilan sederhana. Dengan kaca mata yang senantiasa bertengger di hidung mancungnya, memberi kesan cupu bagi orang yang baru mengenalnya. Berbeda dengan Andy dan Endrew yang merupakan anak keluarga mampu. Endrew dengan rambut pirang alaminya mampu menyihir setiap gadis. Ditambah dengan kulit putih mulus bak aktor Korea membuat Endrew semakin digilai para wanita. Andy dengan rambut merah dan tubuh yang proposional serta wajah yang tampan menjadi idaman para gadis. Penampilan yang modis membuat penampilannya cool, dan jangan lupakan akan kekayaannya. Sangat sempurna di mata setiap kaum hawa. Hampir semua gadis terpesona oleh sosok Andy meski Andy terkesan acuh dan dingin kepada orang lain. Itulah yang membuat para wanita semakin penasaran serta ingin meluluhkan hati seorang Andy. “Maaf, mbak. Apa yang mbak maksud? Saya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang mbak ucapkan.” Sambil terus menunduk. Kei tidak ingin menatap mata Lisa karena ia tidak ingin tahu apa yang ada di dalam pikiran gadis itu. Selain itu, Kei masih menghormati privasi gadis tersebut. “Jangan pura-pura gak ngerti deh, lo. Dasar petani udik,” hinanya lagi. “Saya memang hanya anak dari seorang petani cabai mbak. Saya kuliah tidak karena sok sokan. Asal mbak tahu, saya bisa kuliah disini karena usaha saya sendiri, hasil dari kerja keras saya selama ini. Mbak jangan seenaknya saja menuduh saya yang bukan bukan. Lagi pula saya tidak mengenal siapa orang yang mbak maksud.” Jawabnya dengan tegas, namun masih terdengar sopan. “Bulshit … lo. Bahkan lo sama keluarga lo yang kampungan itu bisa merasakan enaknya naik mobil ber AC milik keponakan pemilik yayasan,” hina gadis bernama Lisa. Seketika Kei mengingat saat Bapak dan Ibu berkunjung untuk pertama kalinya. Ya, mereka semua naik mobil milik Andy. Apa itu artinya Andy adalah keponakan dari pemilik yayasan tersebut? Satu fakta yang tidak diketahui oleh Kei. Bahwa sebenarnya Andy merupakan salah satu anggota keluarga konglomerat disana. Kei memang mengetahui bahwa Andy anak dari orang kaya, tapi ia tidak tahu menahu bahwa Andy merupakan keponakan dari kepala yayasan. “Ada apa ini?” sahut Andy yang baru saja tiba. Ia menatap tajam Lisa yang diam seketika mendengar suara Andy. Kei melihat gelagat Lisa yang takut akan kedatangan Andy. Kei bisa menebak, kalau Lisa mempunyai rasa kepada Andy. “Tidak ada, hanya kenalan saja.” Sahut Kei menjawab pertanyaan Andy. “Dy.” Lisa menarik lengan baju Andy. Andy menoleh pada Lisa saat ia hendak melangkah. “Kamu harus hati-hati padanya. Mungkin saja dia hanya berpura-pura baik padamu dan memiliki maksud terselubung.” Andy menatap kedua bola mata Lisa tajam dan berkata, “Dengarin gue baik-baik. Kalau lo mau deket sama gue, kuharap lo mau bersikap baik kepada temen gue. Dan satu lagi, jangan lo coba-coba adu domba gue dengan sahabat gue. Apa lagi dengan rumor yang gak jelas asal usulnya dari mana.” “Ayo, Kei.” Andy berlalu pergi meninggalkan Lisa yang berdiri mematung. Lisa adalah salah satu anak dari donatur terbesar yayasan kampus. Tak heran jika Lisa semena mena terhadap orang yang tidak disukainya. Lisa berusaha untuk menjauhkan Kei dari Andy karena desas desus yang beredar di kalangan mahasiswa. Sepanjang hari Kei selalu menundukkan pandangannya. Ia tidak ingin tahu serta acuh dengan apa yang orang lain pikirkan tentangnya. Disaat seperti inilah, Kei merasa bahwa kemampuan yang dimiliknya merupakan sebuah musibah. Dari awal Kei sudah menduga, hal ini pasti akan terjadi. Kei berusaha untuk menguatkan hati serta tetap menjaga hati agar tidak terpengaruh oleh orang-orang nyinyir, yang tidak tahu akan kebenarannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD