DUA PULUH TIGA

1287 Words
Seorang pemuda baru saja keluar dari kamar. Ia sudah membersihkan diri dan rapi meski mengenakan pakaian usang. Ia segera duduk di atas tikar yang terbuat dari anyaman rotan dan menyantap sarapan sederhana yang dimasak oleh kakek.  "Mau pergi ke mana sudah rapi pagi-pagi sekali, Jack?" tanya kakek sambil menyuapkan makanan ke mulut.  Pemuda yang beberapa waktu lalu ditolong oleh kakek adalah Jack. Serigala peliharaan Keiyan di hutan yang mengikutinya hingga ke dunia Immortal.  "Saya ingin mencari tuanku, Kek. Sekarang dia dalam bahaya. Saya harus segera menyelamatkannya," jawabnya.  "Apa kamu yakin, akan mencari tuanmu itu dengan keadaan yang masih seperti itu?" pasalnya kakek tahu kalau tubuh Jack belum pulih sepenuhnya. Tubuh itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menyesuaikan adanya racun di dalam.  "Saya sangat yakin, Kek. Saya sudah berhutang banyak kepada tuanku. Kini saatnya bagiku membalas kebaikannya walaupun harus mempertaruhkan nyawa." mengangguk dengan mantap.  "Kakek tahu kamu sangat khawatir kepada tuanmu itu. Tapi apa kamu pernah berpikir kalau tuanmu pasti akan sedih kalau melihatmu mati di depannya. Dia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri.” Jack berpikir sejenak, memang benar apa yang dikatakan oleh kakek. akan tetapi rasa khawatir dan ingin balas budinya jauh lebih besar. “Kakek memang benar, tapi akan menjadi penyesalan bagiku kalau sampai terjadi sesuatu kepada tuanku,” Jack menimpali. Jack masih kukuh dengan keinginannya. “Dasar kepala batu,” kakek menggerutu. “Terserah padamu saja, asalkan sekarang kamu harus makan terlebih dulu,” titah kakek. Jack mengangguk dan menuruti perintah kakek tersebut. Usai makan bersama kakek, Jack segera pergi untuk menyelamatkan Keiyan dan Endrew yang ia kira masih berada di kerajaan vampir. Dalam perjalanan, Jack merasakan tubuhnya sangat lemah dan letih. Tubuhnya menggigil kedinginan, padahal perjalanan baru saja dimulai.Jack berusaha menahan rasa sakit dan dingin yang menyerang tubuhnya itu. kulitnya terlihat semakin pucat, seperti tidak ada aliran darah yang mengalir pada tubuhnya. Tanpa Jack duga, di tengah perjalanan ia dicegah oleh kawanan rogue.  “Hei … lihatlah siapa yang sedang melintas di wilayah kita!” kata salah satu kawanan yang langsung direspon oleh kawanan yang lain. “Sepertinya dia sedang tersesat dan tidak memiliki pack seperti kita.” tebak yang lain. “Bagaimana kalau kamu ikut kelompok kita? lihatlah! tidak ada satupun teman yang menemani ataupun khawatir kepadamu,” ucap orang yang menghadang Jack. “Maaf, saya hanya numpang lewat. Dan saya tidak bermaksud untuk bergabung dengan kelompok kalian.” timpal Jack dengan datar. “Heh! Jangan sok sokan deh! kamu itu terlihat seperti gelandangan tahu gak? lihat penampilanmu itu sangat lusuh,” sahut yang lain. “Sekali lagi maaf, saya sungguh tidak berminat untuk bergabung dengan kalian. jadi saya mohon biarkan saya lewat,” jawab Jack sambil meringis menahan rasa sakit pada tubuhnya. “Dasar gak tahu diri kamu! kami sudah berbaik hati mengajakmu bergabung, malah kamu tolak. jangan harap kamu bisa lewat dengan mudah!” Seketika orang yang menghadang menerjang dan memukul Jack secara tiba-tiba. Jack yang masih merasakan sakit, seketika tersungkur dan batuk darah. Jack tidak bisa melawan, ia sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya. Sementara musuh masih saja memukul, meninju dan menendang tubuh Jack yang sudah tidak berdaya. “DUARR!” tiba-tiba ada  ledakan di sekeliling tubuh Jack. para rogue yang menghadang terlempar ke segala arah akibat ledakan tersebut. dengan gerakan cepat, kakek segera membopong tubuh lemah Jack dan meninggalkan tempat itu. Ya, dari awal Jack keluar dari pondok, kakek diam-diam mengikutinya dari kejauhan. kakek sudah menduga akan ada sesuatu yang terjadi kepada Jack. mengingat bahwa tubuhnya belum pulih. “Dasar kepala batu! bukankah sudah aku peringatkan sebelumnya. kenapa masih saja nekat?” ujar kakek dengan kesal. Jack yang masih bisa mendengar kakek kesal hanya tersenyum dibalik muka yang bercucuran darah. Perhatian serta kebaikan kakek tersebut mengingatkan Jack akan pertemuan pertamanya dengan Keiyan di pinggir hutan saat itu. Kala itu, Jack yang masih kecil sedang bermain di pinggir sungai yang jernih. tiba-tiba terdengar suara tembakan senjata api dari kejauhan yang ternyata peluru dari senjata api tersebut menuju Jack yang asyik bermain air. Jack tersungkur dengan darah yang mengucur deras. Saat itu Kei juga berada di tepi sungai mencari ikan menggunakan jala. Kei melihat seekor serigala kecil imut yang pingsan lemas akibat kehilangan banyak darah. “Hei! kenapa kamu? ASTAGA!!!” pekik Kei yang terkejut melihat punggung serigala itu penuh dengan darah. Kei membawa serigala itu pulang kerumah untuk dirawat. Sesampainya Kei dirumah, ia segera membersihkan tubuh serigala kecil itu serta mengambil peluru yang menancap pada punggung serigala itu. setelah peluru dapat dikeluarkan, ia segera memberi antiseptik pada luka serigala dan melilitnya dengan perban. Dengan telaten, Kei merawat serigala tersebut. serta memberinya makan ikan yang ia tangkap di sungai. Selama satu minggu Kei dengan sabar merawat luka serigala itu. dan hari ini serigala itu memaksa untuk kembali ke hutan tanpa sepengetahuan Keiyan. dan di tengah perjalanan, Jack terpeleset hampir jatuh ke dalam jurang yang sangat curam. Susah payah Jack menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. tiba-tiba saya tangan kecil Keiyan bisa meraih tubuh mungil Jack. Beruntung Keiyan tidak terjatuh saat berusaha menolong Jack.Kei segera memeluk serigala kecil tersebut. “Untunglah kamu tidak apa dan aku datang di waktu yang tepat.” ucap Kei penuh syukur dan kembali memeluk Jack. Satu bulan telah berlalu, Kei masih saja merawat Jack di dalam rumah. hingga salah satu teman Kei tanpa sengaja mengetahui bahwa Kei memelihara seekor serigala.  “A- apa itu?” terdengar suara langkah yang mendekat. Kei sangat terkejut melihat siapa yang datang. Ia pikir ibu yang datang. Tapi bukan. Yang datang adalah Bian yang saat itu bermain di samping rumah Kei.  Tanpa mendengarkan penjelasan dari mulut Keiyan, Bian langsung melapor kepala desa perihal apa yang telah dilihatnya.  Hanya dalam beberapa menit saja, para warga sudah berkumpul menuju rumah pak Nawi untuk melihat kebenaran dari perkataan Bian.  "Tok, tok," suara ketukan pintu beserta riuh suara para warga terdengar jelas di telinga pak Nawi dan ibu Sri. Ibu Sri beranjak membuka pintu rumah mereka yang kedatangan tamu.  "Ada apa, Pak Kades? Kenapa banyak sekali warga yang berkumpul disini." Ibu heran dengan banyaknya orang yang tiba-tiba berada di depan rumahnya.  "Begini, Bu Sri. Kami mendapat laporan bahwa anda beserta keluarga telah memelihara seekor serigala dirumah ini. Ibu Sri terkejut bukan main mendengar penuturan dari pak Kades.  "Kami sama sekali tidak pernah memelihara binatang buas itu. Hanya selama satu bulan terakhir, Kei telah menolong seekor anak anjing yang terluka," dangkal bapak yang baru saja keluar dari dalam. "Lantas dimana anak anjing itu sekarang? Bolehkah kami melihat bagaimana anak anjing itu?" sela salah satu warga yang ikut serta di depan rumah.  Tiba-tiba saja ada petir yang menyambar. Suara menggelegarnya mengejutkan setiap orang yang berada di sekitar rumah pak Nawi.  Para warga seketika berhamburan pulang ke rumah masing-masing karena terkejut. Dan melupakan tujuan awal mereka mendatangi ibu dan bapak.  Sedang di dalam hutan, Keiyan terus saja berlari sambil menggendong Jack di dalam pelukannya. Ia sangat takut kalau sampai para warga tahu dan akan membunuh Jack karena menganggap Jack sebuah ancaman.  "Jack, maafkan aku. Aku tidak bisa mengajakmu tinggal di rumah bersamaku. Ini semua demi kamu. Aku harap kamu mengerti, Jack!" ujar Keiyan saat ia akan melepaskan Jack di dalam goa yang ada di tengah hutan.  "Aku harap kamu akan selalu baik-baik saja. Aku akan sering mengunjungimu, " ucap Keiyan. Sebenarnya Kei sangat tidak tega melepaskan Jack di hutan sendirian. Tapi semua ini ia lakukan untuk keselamatan Jack sendiri.  Sejak saat itu, setiap akhir pekan Keiyan selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Jack tanpa sepengetahuan bapak dan ibu.  Keiyan juga tidak mengerti, kenapa mereka seperti lupa kepada Jack yang pernah tinggal bersama. Meski waktu itu Kei memperkenalkan Jack sebagai seekor anjing liar. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak pernah menanyakan ataupun menyebut anjing yang dulu pernah ditolongnya. Seolah-olah memang Keiyan tidak pernah membawa seekor hewanpun. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD