DUA PULUH DUA

1150 Words
Hutan dengan kabutnya yang terkenal sangat tebal, kini perlahan kabut itu pun memudar diiringi udara yang semakin hangat. Cuaca semakin cerah dengan sinar sang mentari yang menyusup melalui celah-celah dedaunan. Menjadikan hutan Kabut menjadi lebih indah serta tidak menyeramkan. Chris sudah siap melanjutkan perjalanan. Ia sudah mengenakan jubah hitam yang sangat tebal guna melindungi tubuhnya dari sinar mentari. Jika kita pernah mendengar bahwa vampir akan terbakar jika terkena sinar matahari, maka mitos tersebut tidak berlaku di dunia Immortal. Para vampir hanya tidak nyaman akan silau matahari karena membatasi lingkup gerak mereka, itulah sebabnya para vampir tidur di siang hari, dan beraktivitas di malam hari.  Sehari penuh Keiyan, Endrew, dan Chris berjalan menyusuri hutan Kabut yang entah dimana ujungnya. Mereka bertiga tengah beristirahat di bawah pohon yang sangat besar dan rindang. Mereka berteduh sembari menikmati buah yang mereka cari di sekitar.  Kalian menatap pohon besar tersebut, ia merasa pernah melihat pohon itu, tapi dimana dan kapan Kei melihatnya.  "Ada apa, Kei? Kenapa lu ngelamun?" Keiyan berjingkat, suara Endrew yang tiba-tiba mengejutkan dirinya yang sedang mengingat-ingat akan pohon yang berada di depannya. “Ti– tidak ada, gue,” hanya merasa pernah melihat pohon ini tapi entah dimana,” Keiyan kembali berusaha mengingat-ingat dimana ia melihat pohon itu. "Mungkin itu hanya perasaanmu saja, Kei. Atau mungkin kamu pernah melihat dalam mimpi.  "Entahlah, Kek. aku sendiri nggak yakin tapi aku merasa ada yang aneh dengan pohon ini."  “Aneh? aneh bagaimana?  beonya. “Tidak ada apapun yang ada di pohon ini, Lihatlah selain pohonnya yang besar dan daunnya yang rindang” sambungnya sambil memperhatikan pohon yang sama. "Aku merasa hangat berada di bawah pohon ini dan satu lagi aku merasakan ada sebuah kehidupan yang sangat besar dalam pohon ini.” ujar Kei sambil terus menatap dan meneliti pohon secara detail. ia menatap satu per satu ranting pada pohon tersebut. Dengan tiba-tiba pohon besar tersebut bergoyang, seperti pohon ditiup angin. melambai lambaikan rantingnya. Akan tetapi, sama sekali tidak ada angin yang tertiup. Endrew dan Chris sudah bersiap mengokohkan kuda-kuda untuk melawan siapapun yang menghalangi mereka menuju kerajaan para peri,  Ada seberkas cahaya yang datang dari ujung pohon, cahaya tersebut bergerak ke arah Keiyan dan berputar mengelilingi tubuh Keiyan. “Wah!” Kei takjub dengan apa yang dilihatnya. Kei melihat ada banyak peri kecil yang beterbangan dan menari-nari mengelilingi tubuhnya, sangat lucu dan indah. Kei menyentuh salah satu peri yang melayang dengan ujung jari, “Cantik sekali,” gumamnya. Para peri membungkukkan badan. “Selamat datang, Tuanku,” ucap peri-peri tersebut bersama. “Tuan?” Keiyan membeo. Endrew menganga tidak percaya melihat pemandangan indah di depannya itu hingga air liurnya hampir menetes.. “Siapa dirimu sebenarnya, Kei. kenapa begitu banyak kejutan yang bahkan kamu sendiri tidak mengetahuinya,” gumam Endrew yang masih terdengar di telinga Keiyan. Keiyan menoleh, dan berkata, “Ada apa, Kek?” Keiyan tersenyum lucu melihat Endrew yang melongo dengan ekspresi yang sulit dibaca. Para peri kembali berputar, hingga datanglah kabut tebal mengelilingi pohon tersebut. Tak lama kemudian, kabut kembali menghilang, dan tampaklah sebuah gerbang kerajaan yang menjulang tinggi terbuat dari emas. Para peri yang semula berbadan kecil dan bersayap, kini berubah menjadi peri berbadan tinggi layaknya manusia. Sayapnya pun sudah menghilang. Sayap peri yang berwarna transparan tersebut akan kembali muncul secara otomatis jika dibutuhkan. Pintu gerbang itu perlahan terbuka, Keiyan ternganga kala melihat betapa indahnya istana di balik gerbang emas tersebut. Taman istana yang begitu luas dengan rumput hijau diatas tanah. Sebuah air mancur dengan patung ratu peri di tengah kolam. Harum bunga semerbak menenangkan. Tanaman bunga hias tertata rapi dan indah, sungguh memanjakan setiap mata dengan semua keindahan alam.  Begitu juga dengan Endrew yang takjub melihat pemandangan yang memanjakan mata. tiada henti-hentinya Endrew memandangi banguna istana yang sangat megah. hingga tanpa sengaja tatapan Endrew bertemu dengan tatapan seorang wanita yang sedang duduk di balkon sembari menatap langit. “Cantik,” gumamnya tanpa sadar. Berbeda halnya dengan Chris, wanita vampir itu sangat tidak menyukai keramaian seperti ini, ini semua sungguh membuatnya muak. akan tetapi, ia akan berusaha menahan diri. wanita penghisap darah itu lebih mementingkan tugas dari junjungannya. Baginya sendiri, berada di tempat yang sunyi jauh lebih nyaman dan tenang. tak ada seorangpun yang akan mengganggu. "Silahkan, Tuan." sontak suara para peri membuyarkan lamunan Endrew akan kecantikan gadis di atas balkon tersebut. Para peri membuka jalan untuk Keiyan beserta rombongan, di setiap kaki Kei akan melangkah, akan ada rumput hijau yang tergelar di sepanjang jalan. Layaknya artis papan atas yang berjalan di atas Red carpet. di sepanjang jalan akan ada bunga berguguran dari langit. Layaknya seorang pengantin yang baru keluar menuju altar pernikahan.  Sambutan yang sangat indah, ini pertama kalinya Keiyan mendapat sambutan yang begitu meriah dan hangat setelah kedua orang tuanya. Kei merasa terharu, padahal Kei sama sekali tidak mengenal satupun diantara mereka. Lantas, bagaimana mereka tahu bahwa Keiyan menuju istana peri? "Selamat datang di gubug sederhana ini, Tuan." Raja peri yang bernama Arthur itu memberi senyum semringah serta menyambut dengan pelukan hangat kepada Kei yang baru saja memasuki istana. Keiyan hanya membalas dengan senyuman sopan. Ia tidak tahu harus berkata apa.  Perlakuan sang Raja membuat Kei tak hentinya berdecak kagum. Bukan hanya istana yang indah, tapi cara memperlakukan seseorang juga begitu hangat. Walaupun mereka sama sekali belum mengenal Keiyan.  "Terima kasih banyak, Yang Mulia. Yang Mulia sudah repot menyambut kedatangan seseorang sepertiku," ujar Keiyan.  "Anda tidak perlu khawatir. Sudah menjadi tugas kami menjamu seorang tamu. Ada pepatah mengatakan bahwa 'Tamu adalah Raja'."  "Saya sangat berterima kasih atas sambutan meriah dari Yang Mulia. Kalau boleh hamba tahu, dari mana yang mulia tahu kalau saya kan datang kemari. Padahal tidak ada seorang yang tahu kalau saya sedang kesini." Raja Arthur tersenyum. "Sejatinya, tidak ada satupun orang yang mampu membuka pelindung yang terpasang di wilayah kaum fairy kecuali dalam tubuhnya terdapat aliran klan kami. Dan Tuan Keiyan mampu membukanya. Itu artinya anda adalah satu dari kami." ungkap raja Arthur.  Pada saat jamuan makan malam, Keiyan beserta rombongan telah duduk diatas kursi yang sudah disediakan. semua anggota kerajaan telah berkumpul untuk menyantap makan malam bersama. mereka hanya perlu menunggu kedatangan Raja Arthur untuk dapat menyantap hidangan yang sudah terhidang. Endrew tak henti-hentinya memandang seorang putri yang duduk tepat di depannya. ya, dialah putri yang Endrew lihat di balkon kamarnya. Tak henti-hentinya Endrew tersenyum serta mencuri pandang sang putri. hingga Endrew tidak menyadari Raja Arthur yang sudah duduk di kursinya hingga semua orang telah usai menyantap makanan mereka, Endrew masih saja memandang sang putri dengan makanannya yang masih utuh di atas piring tak tersentuh. “Gak makan, Lo? gue makan baru tahu rasa lo!” ancam Chris kepada Endrew. Chris sungguh tidak nyaman dengan pandangan Endrew yang secara terang-terangan tertarik kepada salah satu putri kerajaan fairy. Endrew seketika menyantap makanannya yang masih utuh tersebut. ia tidak ingin jatah makannya diambil oleh Chris yang menyebalkan. Sementara itu, Keiyan telah berada di aula kerajaan bersama raja Arthur dan para tetua kerajaan untuk mendiskusikan hal yang serius.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD