Selena menatap pada handphone-nya pesan yang dikirim oleh Maya. Beberapa foto yang berisi tentang bagaimana suaminya sangat nyenyak sekali tertidur di atas ranjang dengan baju yang dibuka. Dan memeluk Maya manja. Selena memegang dadanya yang terasa sangat sakit sekali melihat foto ini dikirim oleh Maya pada dirinya.
Selena berharap suaminya akan duduk di kursi meja makan seperti sebelumnya. Menyambut Selena dengan senyuman manis, lalu memuji masakan yang dimasak oleh Selena. Sebuah rutinitas yang sering dilakukan oleh keduanya ketiga bersama. Namun semuanya berubah semenjak semalam. Semenjak dirinya memergoki suaminya berselingkuh dan memilih selingkuhannya dibanding di rumah bersama dengan Selena.
“Kamu nggak tahu malu ya Maya. Kamu kirimkan foto suamiku ke aku, dan kamu kelihatan bangga sekali sudah merebut suamiku dan perhatiannya. Jalang kamu!” Pesan balasan itu dikirimkan oleh Selena untuk Maya, dan mengatai wanita itu jalang. Memang jalang bukan? Dia sudah berani merebut pria yang sudah memiliki istri, dan istri pria itu sedang hamil.
Hanya butuh waktu singkat, pesan yang dikirim oleh Selena tadi langsung dibalas oleh Maya.
Maya: Kenapa? Kamu iri lihat Mas Calvin yang lebih nyaman sama aku dibanding kamu. Kamu bilang aku jalang? Hahaha. Kamu yang jalang. Kamu enggak dengar apa yang dikatakan sama Mama kemarin? Kalau kamu itu jalang!
Selena mengepalkan tangannya membaca isi pesan yang dikirimkan oleh Maya pada dirinya, matanya menatap pada masakan yang ada di meja makan. Berharap dia bisa makan bersama dengan suaminya. Tapi melihat suaminya yang lebih nyaman bersama dengan wanita lain dibanding pulang ke rumah, dan memeluk dirinya. Dia lebih memilih untuk memeluk wanita lain yang merusak rumah tangga mereka.
Selena mencoba untuk mengirim pesan pada suaminya. Berharap suaminya akan mendengarkan apa yang dikatakan oleh dirinya, dan pulang ke rumah. Lalu bilang padanya, maaf atas semua kesalahannya. Selena pasti memaafkannya asalkan suaminya ini tidak mengulanginya lagi.
“Mas, kamu enggak pulang? Aku udah masak makanan kesukaan kamu. Pulang ya Mas. Nggak baik kamu sama wanita itu terus. Kalian itu berdosa lakkukan kayak gitu! Kalau kamu perjalanan pulang nanti, belikan aku buah mangga ya Mas. Sama buah semangka. Aku pengen buah itu.”
Selena tersenyum setelah mengirimkan pesan pada suaminya, berharap suaminya ini akan membalas pesan yang dikirimkan oleh dirinya untuk suaminya ini.
Selena melebarkan senyumannya ketika mendapatkan balasan pesan dari suaminya. Senyuman itu hanya bertahan sebentar, balasan pesan yang didapat oleh dirinya. Tidak sesuai dengan harapan Selena. Suaminya membalas dengan kata-kata kasar, yang membuat Selena sakit membaca isi pesan dari suaminya ini.
Mas Calvin: Berisik! Pulang? Aku nggak akan pulang. Aku mau mengajak Maya untuk melhat cincin pernikahan kami. Juga mau ajak Maya untuk melihat persiapan pernikahan lainnya. Kalau kamu mau buah itu. Cari sendiri Selena! Kamu bisa hamil anak itu. Pastinya kamu bisa untuk memenuhi keinginan anak itu. Jangan minta sama aku!
“Mas, you’re crazy? Kamu minta aku untuk cari sendiri! Ini anak kamu Mas. Dia mau ayahnya memenuhi apa yang diinginkan oleh dirinya. Kamu seharusnya bertanggungjawab dengan anak dalam kandungan ini Mas!”
Mas Calvin: Tanggung jawab? Aku sudah tanggung jawab, dengan masih menampung kamu di rumah. Dan aku membiayain kebutuhan kamu. Kamu sudah besar Selena jangan kekanakan! Maya lebih butuh aku dibanding kamu!
Selena menggeleng membaca isi pesan dari suaminya. Maya lebih membutuhkan suaminya. Maya sehat-sehat saja. Bahkan saking sehatnya wanita sialan itu, dia bisa merebut suami Selena tanpa perlu bersusah payah untuk menarik perhatian Calvin.
Selena yang harusnya lebih dibutuhkan di sini. Bisa saja dia stress dan membahayakan anak di dalam kandungannya. Lalu dia keguguran. Selena memeluk perutnya, tidak mau anaknya pergi dari dalam hidupnya.
Memang sudah gila suaminya. Selena menatap pada makanan yang ada di atas meja, lalu dia mengemasi semua makanan yang ada di atas meja. Dan akan membagikan ke oranng-orang yang lebih membutuhkan. Dibanding harus dibuang ke tong sampah. Selena keluar dari dalam rumah, berjalan kaki menelusuri jalan.
“Pak, mau makanan?” tanya Selena dengan suara lembut.
“Mau Neng, makasih ya Neng. Boleh nambah Neng? Untuk teman saya.” Tanya Bapak yang memulung.
Selena menganngguk. “Ini Pak. Boleh ambil semuanya,” ucap Selena, dan memberikan semua makanan itu pada Bapak yang sedang memulung.
Bapak itu mengangguk. “Terima kasih Neng.”
Selena mengangguk, berjalan tak menentu arah. Dia mau pergi Tuhan … kenapa hidupnya harus seperti ini. Masih ingat di dalam ingatan Selena saat Calvin dulu mengajaknya dia menikah dan membujuknya menerima lamaran dari pria itu. Padahal dulu Selena ragu untuk menikah dengan Calvin.
“Selena, plis! Terima lamaran aku! Aku nggak bakalan nyakitin kamu Selena. Aku akan membuat kamu bahagia! Aku nggak akan pernah duain kamu.”
“Aku nggak tahu Mas. Aku nggak bisa—aku nggak mau menikah. Kamu tahu gimana keadaan aku, dan kita itu nggak direstui sama ibu kamu. Dia datang ke kafe kemarin, dan marah-marah di sini. Aku nggak mau menjadi perusak hubungan kamu dan ibu kamu.” Selena menolak Calvin, yang mau menikah dengan dirinya.
Mereka memang sudah pacaran selama dua tahun. Dan Calvin ingin menikahi Selena. Ini sudah kedua kalinya Calvin melamar Selena, berharap Selena akan menerima dirinya. Dan mau menikah dengannya.
“Aku enggak peduli sama Mama, Selena! Yang aku pedulikan itu. Kamu mau nerima aku sebagai suami kamu! Aku mohon … terima lamaran aku. Kamu sudah kenal aku dengan baik. Bahkan hubungan kita sudah dua tahun. Apalagi yang buat kamu ragu?” tanya Calvin menatap pada mata Selena.
“Aku ragu kalau kamu bakalan setia. Dan pernikahan itu bukan mainan. Yang seperti pacaran bisa bilang putus dan setelahnya bisa balikan. Enggak Mas! Pernikahan itu sakral. Aku takut… dengan pernikahan.” Jawab Selena, dia banyak mendengarkan cerita dari teman-temannya yang diduakan dalam pernikahan oleh suami mereka.
Suami mereka memilih wanita lain dibanding mereka. Mencampakkan mereka dengan anak mereka.
“Kamu ragu aku nggak bakalan setia sama kamu? Aku bakalan setia Selena! Aku cuman cinta sama kamu. Dan sampai mati hatiku hanya untuk kamu.”
Kenyataannya sekarang Calvin tidak mencintai dirinya juga tidak setia padanya. Semua ucapan Calvin hanya omong kosong. Tidak dapat dipercaya! Pria itu berboohong dan mengingkari semua yang pernah dikatakan oleh dirinya. Selena tertawa miris mengingat masa lalunya dengan Calvin.
Hal yang perlu disesali oleh dirinya? Kenapa harus menikah dengan Calvin? Kenapa harus percaya dengan Calvin? Kenapa harus mencintai Calvin?
Kenapa?