Selena menatap pada suaminya yang masuk ke dalam rumah dengan tatapan datar dan tidak ada senyuman di bibir suaminya itu. Selena berdiri dari tempat duduknya berjalan mendekati suaminya. “Mas, kamu kemana saja? Udah tiga hari kamu nggak pulang. Kamu masih saja berzina dengan wanita itu? Mengginap di rumah dia dan melakukan itu?” tanya Selena menatap suaminya dengan tatapan mata yang penuh kesenduan.
Calvin mendengar apa yang dikatakan oleh Selena, mencengkam rahang Selena. “Jangan sekali-kali kamu bilang saya dan Maya itu berzina! Kami akan menikah bulan depan.” Calvin masih saja membela Maya.
Padahal apa yang dikatakan oleh Selena tidak ada yang salah, semuanya adalah sebuah kebenaran. Kalau Calvin dan Maya itu berzina! Calvin tidak pulang-pulang dan menginap terus di rumah wanita itu. Mengabaikan istrinya di rumah yang sedang mengandung dan membutuhkan Calvin di rumah.
“Kamu mau bela dia lagi Mas? Apa yang salah sama apa yang aku bilang? Semuanya benar Mas. Kamu berzina dengan wanita itu lalu kamu mengabaikan istri kamu di rumah yang sedang mengandung anak kamu.” Ucap Selena dengan berani menatap pada mata Calvin.
“Zina kamu bilang! Sadar Selena, anak dalam perut kamu kayaknya hasil zina juga. Aku masih tidak percaya ya, dengan apa yang kamu bilang. Kamu hanya harus menunggu saja. Jangan pernah berani untuk kabur Selena. Kamu masih ingat tentang keluarga kamu bukan?” tanya Calvin tersenyum sinis pada Selena.
Selena menghela napasnya kasar, tentu saja dia masih ingat tentang keluarganya. Selena menyayangi orang tuanya. Tidak mau mereka kenapa-napa. Melihat bagaimana Calvin yang bisa saja nekat untuk menyakiti orang tuanya.
“Bagus kalau kamu ingat tentang orang tuamu. Sekarang kau ikut denganku ke rumah Mama!” ucap Calvin menarik tangan Selena.
“Mas! Untuk apa aku ke rumah Mama? Aku tidak mau. Aku mau di sini saja. Aku tidak akan pergi kemanapun!” Selena menolak untuk pergi ke rumah ibu mertuanya.
Calvin berbalik. “Kau turuti apa yang aku inginkan Selena! Jangan membantah! Atau kau mau mendapatkan siksaan?” tanya Calvin mengancam Selena.
Selena menggeleng, tidak mau. Dia takut mendapatkan siksaan dari Calvin yang tidak pernah main-main dengan apa yang akan dilakukan oleh pria itu. Langkahnya mengikuti langkah Calvin. Selena masuk ke dalam mobil Calvin. Menelan salivanya kasar, membayangkan bagaimana dirinya bertemu dengan ibu mertuanya dan masuk ke dalam rumah itu.
“Kau tidak perlu tegang seperti itu. Apa yang dikatakan oleh Mama nanti semuanya adalah kebenaran. Kau tidak perlu tersingung.” Ucap Calvin.
“Nggak perlu tersingung katamu Mas? Dia itu mendukung perselingkuhanmu dengan Maya! Ibumu tidak memiliki hati. Atau aku saja yang salah selama ini, karena aku memilih untuk menikah dengan dirimu,” ucap Selena tertawa kecil dan air matanya tidak keluar untuk saat ini.
“Kau menyesal menikah denganku? Apa yang kau sesalkan? Aku memberikan uang yang cukup untuk dirimu dan juga orang tuamu, juga aku membelikan rumah untuk orang tuamu, dan tidak ada kekurangan yang aku berikan untuk dirimu dan juga orang tuamu,” ucap Calvin.
Selena mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu tersenyum kecut, dia bukan hanya membutuhkan uang. Tapi dia juga membutuhkan yang namanya cinta dan kesetiaan dari pria itu. Dia akui kalau Calvin tidak pernah membiarkan dirinya dalam kesusahan juga orang tuanya.
“Aku butuh kesetiaan darimu Mas, bukan hanya soal uang.” Mata Selena menatap ke depan, jantungnya semakin berdebar kencang ketika mereka sudah sampai dikawasan perumahan mertuanya. Dia tidak mau turun dari dalam mobil. Dia memilih ingin di sini saja, tidak usah masuk ke dalam rumah itu.
“Kesetiaan? Memangnya ada lelaki yang memiliki uang yang banyak dan hidup serba berkecukupan akan setia pada istrinya yang seperti kamu Selena? Tidak ada Selena. Kau itu hanya wanita yang penuh dengan tipus muslihat. Aku saja tidak menyangka kalau kamu akan sejalang ini.” Ucap Calvin.
Selena mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya, mengerutkan keningnya. Tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Calvin. Memangnya apa yang telah dia lakukan? Dia merasa tidak pernah menduakan Calvin.
“Mas, kamu berkata apa? Aku selama ini seperti yang kamu lihat dan tidak pernah macam-macam. Memangnya kamu tahu apa tentang aku?” tanya Selena.
“Calvin! Kamu mau sampai kapan di dalam mobil bersama dengan dia?” tanya Sarah, menatap tajam pada Selena yang datang ke rumahnya.
Kalau saja dia tidak membutuhkan wanita itu, maka dia tidak mau Selena menginjakkan kakinya ke rumah ini. Dan masuk ke dalam rumahnya. Dia akan menyuruh pembantu di sini untuk membersihkan segala sudut rumah ini setelah Selena pergi nanti.
“Selena mengajak Calvin bicara sedikit tadi Ma. Bagaimana dengan Maya? Dia suka dengan dekorasi gedung hotel yang kita bicarakan kemarin?” tanya Calvin.
Sarah mendengar pertanyaan putranya mengangguk. “Dia suka dengan dekorasi yang kita bicarakan.” Sarah menghentikan ucapannya, lalu dia menatap pada Selena yang masih duduk di dalam mobil dan tidak mau keluar dari dalam mobil.
“Sampai kapan kau mau di situ hah? Bergunalah jadi manusia! Jangan hanya menjadi beban saja. Turun dan bantu saya.” Ucap Sarah sinis.
“Bantu apa Ma?” tanya Selena dengan suara lembutnya, berharap wanita itu akan bersikap lembut juga pada dirinya.
“Kau akan tahu nanti. Kau jangan banyak tanya! Saya tidak suka menjawab pertanyaan darimu!” ucap Sarah sinis, lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh Selena dari belakang.
Mata Selena menatap pada punggung suaminya yang sudah masuk lebih dulu ke dalam rumah. Selena melihat suaminya yang sudah duduk di ruang keluarga. Memakan cemilannya. Di sana juga ada Maya.
“Kenapa dia ada di sini?” tanya Selena menatap tidak suka pada Maya, yang berada di sini.
“Kenapa? Kau keberatan Maya ada di sini? Maya memang harus di sini.”
Selena duduk di depan Maya dan Calvin. Tidak membalas ucapan ibu mertuanya, yang akan menambah masalah nantinya. Lebih baik dia diam. Dan mendengar apa yang ingin dibicarakan oleh mereka semua saat ini.
“Oke! Jadi Selena sudah di sini. Dia akan membantu kita menyiapkan pernikahan Maya dan Calvin.” Ucap Sarah tersenyum manis.
Selena mendengarnya terkejut. “APA? Maksud Mama apa?” tanya Selena menatap ibu mertuanya dengan ekspresi masih terkejut.
Dia tidak salah mendengar bukan? Dia akan membantu pernikahan Maya dan Calvin? Lelucon macam apa ini? Katakan kalau semua ini tidak benar! Dan hanya sebuah candaan yang tidak lucu untuk dijadikan sebuah candaan.