Part 11. New beginning

1695 Words
Memulai awal yang baru itu tidak sesulit yang kita pikirkan asal kita menjalaninya dengan ikhlas--erika rahayu-- *** Sudah hampir 3 bulan Naya dekat dengan Dhani, tepatnya setelah pesta perayaan empat bulan kehamilan istri Abi. Tindakan impulsif Naya yang terkesan tidak lagi menolak Dhani, membuat pria itu semakin gencar mendekatinya. Setiap memiliki waktu luang, maka yang pria itu lakukan adalah mengajak jalan Naya. Berusaha membuat Naya selalu tersenyum. Beberapa kali pula Dhani membawa Naya bertemu teman-temannya. Sebenarnya itu bukan lagi hal baru baginya, karena Naya sudah sering berkumpul dengan geng Bimo cs sebelum mereka dekat. Namun yang membedakan adalah status mereka yang sudah menjadi lebih dekat. Meskipun Naya masih menggantung pernyataan cinta Dhani, namun Dhani sudah memperlakukannya layaknya seorang kekasih. Membawa Naya ke acara-acara baik santai ataupun formal. Naya tidak menolak. Meski hatinya masih belum benar-benar terbuka untuk Dhani, namun Naya suka setiap kali berada dalam lingkungan yang sama dengan Abi. Melihat mata pria itu menatapnya cemburu. Itu yang ingin selalu dia lihat dari Abi. Pembalasan dendam Naya yang sayangnya melibatkan Dhani. Pria yang begitu tulus menyayanginya. Seperti saat ini, Naya berada di rumah Bimo. Bimo cs sedang berkumpul. Seperti biasa membahas proyek yang sedang mereka kerjakan. Kali ini hanya ada Erika rahayu dan Naya, sedang para wanita lain tidak ikut serta. Naya duduk di teras rumah Bimo bersama Yayuk. Sedang para pria sedang mengobrol di gasebo halaman depan. " Nay, sampai kapan kamu mau menggantung perasaan Dhani?" Tanya Yayuk tiba-tiba. Tatapannya lurus ke depan, kearah gazebo dimana para pria sedang terlihat serius berdiskusi. Naya menoleh menatap sahabatnya yang kini sedang dalam mode serius. Ia mengikuti arah pandang Yayuk. Melihat Dhani di sana, hati Naya terasa nyeri. Ia sadar sudah salah karena memanfaatkan perasaan Dhani untuk membuat Abi cemburu. " Dia orang baik Nay. Sudah dari kapan dia cinta sama kamu. Nggak putus ngedeketin kamu. Aku tahu tidak mudah buat kamu melupakan perasaanmu pada Abi." Yayuk memiringkan posisi duduknya kearah Naya, meraih kedua tangannya dan menggenggamnya erat. Naya menunduk, menatap genggaman tangan mereka. " Bukalah hatimu untuk Dhani. Dia pantas mendapat kesempatan Nay. Jangan sia-siakan hidup kamu meratapi pria yang sudah menikah. Bahkan sebentar lagi dia akan jadi Papa." Yayuk menggelengkan kepalanya.  " Dia nggak pantes dapatin hati kamu Nay. Abi tidak pantas mendapatkan Naya. You deserve better than him. Dan orang itu adalah Dhani." Naya mengangkat wajahnya, bertemu tatap dengan Yayuk yang memandangnya sayu. Ia mendesah, melepaskan genggaman tangan mereka, lalu tatapannya beralih kembali ke arah gazebo. " Susah Yuk. Hati aku udah sakit. Aku sudah coba dengan jalan bareng Dhani. Itu bagian dari usahaku." " Nay, memulai awal yang baru itu tidak sesulit yang kita pikirkan, asal kita ikhlas." Yayuk mengusap lengan sahabatnya. " Ikhlaskan Abi supaya hati kamu tenang, dan kamu bisa memulai awal yang baru bersama Dhani. Raih kebahagiaanmu Nay." " Aku benci Abi yuk. Sangat membencinya hingga yang kuinginkan adalah melihatnya hancur." ungkap Naya membuat Yayuk terhenyak. Naya yang dia kenal sebagai sosok baik, dan pemaaf ternyata kini memiliki dendam. Abi benar-benar sudah merubah sahabatnya. Pria itu menghancurkan hati Naya. " Aku tahu sudah salah karena memanfaatkan perasaan Dhani, tapi dengan begitu aku tahu satu hal. Abi masih mencintaiku. Entah berapa persen, tapi aku yakin masih memiliki pengaruh pada hatinya." Yayuk mengangguk. " Aku tahu Nay. Aku bisa melihatnya. Tapi justru itu yang aku takutkan." Naya menoleh pada Yayuk yang sedang memperhatikannya. " Aku takut kamu kebablasan Nay. Aku takut kamu pada akhirnya menghancurkan pernikahan Abi. Perasaan Abi yang goyah karena cemburu pada Dhani bisa membawa malapetaka pada rumah tangganya. Dan aku nggak mau kamu menjadi penyebabnya Nay." Yayuk kembali meraih tangan Naya. " Please Nay. Berhenti bermain-main dengan Abi. Sudah cukup. Aku yakin sampai saat ini pun Abi tidak bisa hidup dengan tenang. Rasa bersalahnya padamu, dan juga maaf yang tak kunjung keluar dari mulutmu, itu sudah cukup menjadi mimpi buruk untuknya." Naya mengedip-ngedipkan matanya, mencoba mencerna kalimat panjang Yayuk. Yayuk menghela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Menahan gejolak emosi didadanya. Dia sangat menyayangi Naya, dan melihat Naya rapuh itu menyakitinya. " Abi sempat curhat sama Bimo." ia menjeda kalimatnya, memperhatikan reaksi Naya. Gadis itu sekarang memberikan perhatian penuh pada Yayuk. " Dia menyesal Nay. Menyesal karena tidak terlebih dulu mencarimu sebelum memutuskan memulai hubungan dengan Sandra. Setelah bertemu kembali denganmu, perasaan yang sudah ia kubur kembali muncul. Ditambah melihat kehancuranmu saat tahu dia sudah menikah. Sejak hari itu dia tidak bisa terlelap dengan tenang. Perasaan itu semakin tumbuh seiring dengan seringnya dia melihatmu. Melihat kamu dekat dengan Dhani membuatnya sadar. Cinta itu masih ada." Yayuk terdiam sebentar. Seolah menimbang apa perlu dia melanjutkan ceritanya. " Trus apa ?" Tanya Naya. Tatapannya menghunus manik Yayuk, memaksa Yayuk kembali membuka mulutnya. " Hubungannya dengan Sandra menjadi hambar. Itu yang dia katakan pada Bimo." Naya menelengkan kepalannya, senyum miring terbit dibibir gadis itu. Yayuk membenci itu. Benci melihat Naya yang seperti ini " Itu balasan setimpal buat dia Yuk. Kalau aku saja tidak bisa bahagia, bukankah dia juga tidak pantas untuk bahagia ?" " Kamu salah Nay. Kamu bisa bahagia. Sangat bahagia kalau saja kamu mau menerima kebahagiaan yang ada di depan mata kamu. Tapi kamu menolaknya. Kamu memilih menghancurkan kebahagiaan didepan mata kamu." Naya terdiam. " Tuhan nggak pernah tidur Nay. Kamu tahu itu. Saat kamu tersakiti karena Abi, biar tangan tuhan yang bekerja. Apa yang kita tanam, itu yang akan kita tuai nantinya. Jangan melanjutkan balas dendam kamu. Bersihkan hati kamu, dan kembali menjadi Naya yang baik dan pemaaf. Karma itu jauh lebih menyakitkan." Naya terhenyak. Ia sadar apa yang dikatakan Yayuk benar. Dia tidak hanya menyakiti dirinya sendiri, tapi juga Dhani, Sandra, serta Abi. Semua karena keegoisannya yang merasa tersakiti oleh Abi. Hanya karena keinginanya untuk balas dendam kepada pria itu. Tapi apa yang sekarang ia dapatkan ? Tidak ada. Kosong.  *** Selama perjalanan pulang dari rumah Bimo, Naya lebih banyak diam. Hal itu membuat Dhani penasaran. Saat perjalanannya terhenti karena lampu merah, ia mengalihkan perhatian kepada Naya. Gadis itu terlihat lesu. Naya menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. Tatapannya kosong ke depan. Dhani mengernyit. " Kamu kenapa Nay? Apa terjadi sesuatu tadi di rumah Bimo ?" Yang ditanya masih terdiam. Belum ada reaksi apapun hingga Dhani akhirnya menarik sebelah tangan Naya. Gadis itu terhenyak. Lalu menolehkan kepalanya kearah Dhani. " Kenapa Dhan?" Tanyanya bingung. Dhani menghela nafasnya. " Aku tanya kamu kenapa? Apa ada yang terjadi saat di rumah Bimo tadi?" Ulangnya. Naya terlihat gelagapan, lalu segera menggelengkan kepalanya. " Enggak kok ... nggak ada apa-apa. Cuma ngobrol sama Yayuk aja tadi." Naya melempar senyum pada Dhani. Berusaha meyakinkan pria itu. Lampu hijau menyala, Dhani kembali memfokuskan pandangannya ke depan. Membiarkan percakapan mereka terhenti sejenak. Sisa perjalanan menuju tempat kos Naya begitu hening. Naya kembali terlihat murung dan Dhani tidak menyukai itu. Maka setelah memarkirkan mobil di halaman kos Naya yang untungnya lumayan luas, hingga ia tidak merasa kerepotan, Dhani memutuskan untuk mengikuti Naya turun dari mobil. Naya berhenti sejenak, berdiri berhadapan dengannya. " Makasih ya Dhan. Udah anterin pulang." ia tersenyum kecil. Dhani mengangguk " Boleh aku masuk Nay ?" Pertanyaan Dhani membuat Naya sedikit terkejut. Selama ini memang Naya tidak pernah mengajak Dhani masuk. Pria itu hanya mengantar sampai depan rumah kos. Tapi kali ini, Dhani meminta ijin untuk ikut masuk ke kamar kosnya. Naya menatap lekat Dhani sebelum akhirnya mengangguk. Lalu membimbing Dhani masuk ke dalam rumah kos. Kamar kos Naya ada di lantai 2. Hanya Yayuk yang pernah masuk ke dalam kamar kosnya, selain keluarganya tentu saja.  Sampai didepan kamar kosnya, Naya membuka tas lalu tangannya mengaduk isi tas yang besarnya tidak seberapa itu. Mencari kunci kamar. Setelah menemukannya, ia segera memasukkan ke dalam lubang kunci dan memutarnya ke kanan 2x. Mencabut kembali kuncinya lalu tangannya bergerak meraih handel pintu. Bunyi 'klek" terdengar, ia mendorong pelan daun pintu hingga terbuka sepenuhnya. Memiringkan tubuhnya supaya Dhani bisa masuk terlebih dahulu. " Masuk Dhan. Sorry nih tempatnya sempit gini." Dhani tersenyum, lalu melangkah masuk. Duduk di sofa mini yang didepannya terdapat televisi 21" tertempel di dinding. " Bentar aku ambilin minum dulu. Kamu mau minum apa ? Aku punya jus jeruk kalau mau." tawar Naya. " Air putih dingin aja Nay." Naya mengangguk lalu bergegas menuju dapur mininya, setelah meletakkan tas begitu saja di meja. Kembali ke ruang tamu dengan satu botol besar air putih dingin dengan dua gelas. Serta satu toples kripik singkong rasa keju. Meletakkan semuanya di meja depan Dhani, lalu duduk di samping pria itu. Menuang air putih dalam botol besar ke dalam dua gelas yang tersedia. Tanpa sungkan Dhani langsung meraih gelas dan meneguk isinya hingga setengah. Setelah itu ia memusatkan perhatian pada gadis di sampingnya, setelah meletakkan gelas kembali ke meja. " Udah bisa cerita sekarang ?" Tanyanya dengan tenang. Naya menjalin jari-jari tangannya. Meremas- remas beberapa kali sebelum memulai. Kepalanya menunduk, merasa tidak tahan menatap mata Dhani. " Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu Dhan." Dhani menegakkan duduknya. Hatinya waspada merasa pada akhirnya Naya tetap akan menolaknya. Naya menggigit bibir bawahnya.  " Maaf sudah menggantungmu selama ini. Aku sudah membuat keputusan.". Kali ini kepalanya terangkat, menatap Dhani yang terlihat tegang. " Aku ingin mencobanya denganmu." lanjut Naya yang membuat Dhani perlahan bisa bernafas lega. Senyum lebar perlahan menghias wajah tampannya. Naya tersenyum " Maaf sudah membuatmu menunggu lama." Dhani menggeleng. Tangannya bergerak meraih tangan Naya yang masíh terjalin diatas pangkuan gadis itu. " Berapapun banyaknya waktu yang kamu butuhkan, aku tidak keberatan. Asalkan jawabannya iya." ekspresi serius saat Dhani mengatannya, membuat Naya tergelak. Perlahan ekspresi Dhani berubah melembut, lalu senyumnya kembali terbit.  " Terima kasih Kanaya putri. Terima kasih karena sudah mau menerimaku." " Terima kasih juga sudah bersabar menungguku." Pandangan keduanya tertaut dengan senyum tersungging dibibir. Dengan ragu, Dhani mendekatkan kepalanya kearah Naya. Tatapan matanya tak putus menyorot manik hitam Gadis yang sudah membuatnya jatuh cinta. Ketika gadis itu tidak memberi reaksi apapun, ia memberanikan diri mengecup bibir Naya. Hanya sebuah kecupan ringan yang sudah bisa membuat Naya menegang dengan bola mata terbuka lebar. Ada debar halus yang Naya rasakan didada, ketika bibirnya bertemu dengan bibir Dhani. Pria itu masih menatapnya dengan senyum. Lalu detik berikutnya, Naya merasakan dekapan hangat seorang Dhani. Ia menghembuskan nafas lega. Berdoa dalam hati kali ini ia mempercayakan hatinya pada orang yang tepat. Semoga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD