"Apa kamu puas kalau memanggilku Pel4cur? Aku harap mulut kamu itu disambar petir." Gisella marah lalu dia langsung pergi ke luar dari kamar mandi menuju kamarnya sendiri.
"Kenapa dia menyumpahi aku tersambar petir? Apa dia marah? Tapi memang benar dia sekarang lebih seperti p*****r daripada mantan Tuan Putri yang jatuh miskin." Roger ke luar dari kamar mandi lalu dia berganti baju.
Gisella saat itu berada di kamarnya dia menangis sambil memeluk bantal gulingnya.
"Kenapa kamu selalu merendahkan aku Roger? Aku itu tidak tahu apapun yang terjadi pada kedua orang tua kamu. Kenapa kamu sangat kejam? Tuhan, apa bisa aku bertahan di penjara ini?" Gisella hanya menangis saja.
Roger sekarang sudah selesai berganti baju. Lalu dia mendapatkan telepon dari Kakeknya dan dia segera menerima panggilan itu.
"Ada apa Kakek? Kenapa meneleponku tumben?" tanya Roger.
"Melisa akan ke rumah kamu dan dia calon istri kedua kamu tapi di mataku dia istri pertama kamu. Yang akan jadi istri pertama kamu di depan publik hanya Melisa bukan Gisella. Walau kamu menikah dengan dia tapi dia hanya bisa jadi selir dan hanya Melisa yang hanya bisa jadi istri sah kamu," kata sang Kakek.
"Aku tidak mau menikah dengan Melisa. Kenapa Kakek selalu memaksaku?" Roger bertanya dengan nada marah.
"Jika kamu tidak mau menikahi Melisa, maka kamu tidak akan pernah menjadi ahli warisku atau kalau tidak aku akan bunuh saja Gisella," ancam sang Kakek melalui panggilan ponselnya.
"Apa? Kakek kenapa kamu selalu mengancamku? Baiklah! Aku akan nikahi dia jadi istri keduaku tapi dia yang akan jadi istri pertamaku dan Gisella yang hanya jadi selir." Roger tidak mau menjadi pria miskin lagi karena kalau dia jatuh miskin dia tidak akan bisa balas dendam pada Gisella dan menyelidiki pembunuhan Ibunya dan Papanya di masa lalu.
"Besok pagi dia akan tinggal di villa kamu karena dia calon istri kamu. Kamu jangan pilih kasih dan kaku harus perhatian pada gadis yang harus jadi istri kamu walau kamu sudah menikah." Sang Kakek langsung menutup panggilan ponselnya.
"Ah... perjodohan lagi, aku kira aku sudah menikah dengan Gisella. Kakek akan membatalkan perjodohan ini tapi dia malah menyuruh aku tetap menikahi Melisa. Tapi jika dia tinggal di sini maka aku bisa membuat Gisella semakin sakit hati karena pastinya dia akan cemburu." Roger tersenyum sinis dan segera ke luar dari kamarnya menuju kamar Gisella.
Dia mendengar Gisella yang menangis dan saat itu dia mendekati wanita ini masuk ke kamarnya.
"Aku akan menikah lagi dan aku akan membawa calon istri keduaku ke sini. Kamu hanya selir dan aku sama gadis itu akan diadakan pernikahan besar mewah karena dia yang diakui Kakek sebagai istri sahku bukan kamu," kata Roger yang membuat Gisella kaget.
"Apa? Kamu akan menikah dengan dia? Apa ini cara baru kamu lagi membuat aku sakit hati? Kenapa kamu seperti ini?"
"Apapun yang terjadi kamu akan terus bersamaku meskipun aku dijodohkan. Aku senang kamu akan sedih, kamu jangan pernah membuat Melisa tidak betah di rumah ini. Jadi kamu hanya bisa diam saja dengan apapun yang dia lakukan." Roger hanya senang melihat Gisella wajahnya semakin sedih.
"Kapan kamu akan membawa calon istri kedua kamu?"
"Besok dia akan tinggal di sini. Pernikahan akan ditentukan oleh Kakek jadi kamu hanya bisa terima saja."
"Aku hanya wanita yang kamu beli, aku bisa apa. Jujur hatiku sakit karena aku sangat mencintai kamu dari dulu sampai sekarang. Roger, entah sampai kapan kamu akan benci aku dan terus membuatku seperti ini?" Gisella menghapus air matanya dan dia memeluk Roger.
"Wanita bodoh! Harusnya kamu tidak bisa mencintai aku karena aku benci kamu. Daripada kamu tersiksa dengan mencintai aku, lebih baik kamu cari cara untuk membunuh aku dan kabur dariku."
"Aku tidak bisa membunuh kamu karena kamu pria yang aku cintai." Gisella memeluk Roger dan sepertinya tanpa disadari oleh pria ini dia juga membalas pelukan wanita ini.
Roger hatinya sedikit sakit melihat Gisella menangis tapi dia senang karena rasa bencinya bisa dia balaskan. Malam hari itu mereka tidur di kamar masing-masing hingga pagi hari tiba.
Ketika mentari pagi sudah menampakkan sinarnya. Suara bel pintu diketuk dan seorang gadis cantik dan modis datang membawa koper besar. Dia saat itu langsung menyuruh pembantu untuk diantarkan ke kamar Roger. Melisa masuk ke kamar Roger dan di langsung memeluk Roger yang masih tidur.
"Roger, aku datang. Calon istri kamu datang," kata Melisa.
"Apa? Kenapa bisa kamu lancang masuk ke kamarku dan langsung memelukku?"
"Kakek bilang aku bisa melakukan apapun di villa kamu. Apa aku salah?"
Saat Melisa masuk ke kamar Roger, Gisella sudah bangun dan dia sudah menyiapkan sarapan pagi. Dia membangunkan Roger pergi kamarnya karena suaminya akan kerja, tapi saat dia masuk ke kamar. Dia melihat seorang gadis memeluk suaminya di atas ranjang.
"Roger, waktunya sarapan pagi. Maaf! Aku menganggu kalian berdua." Gisella saat itu berbalik arah dan segera berlari ke luar dari kamar Roger dan air matanya tak terasa menetes begitu saja melihat Roger bersama wanita lain.
"Dia istri kamu ya? Istri gelap kamu?"
"Dia bukan istri tapi teman ranjang saja. Kamu ke luar saja dulu, aku mandi dan segera ganti baju. Kalau kamu belum sarapan pagi nanti sarapan sama aku." Roger mencoba peduli pada Melisa agar Gisella cemburu dan hatinya semakin sakit.
"Aku akan ke kamarku saja. Tapi saat malam aku ingin tidur sama kamu. Aku ingin membuat wanita itu pergi dari sini agar dia tahu kalau kamu hanya akan mengakui aku sebagai istrimu bukan wanita rendahan itu." Melisa senang karena dia tahu Roger tidak jatuh cinta pada Gisella.
Beberapa menit kemudian, Roger dan Melisa ke meja makan. Melisa mengandeng tangan Roger dan dia memamerkan kalau dirinya itu calon istri Roger.
"Hei kamu kenapa menangis? Cepat siapkan piring dan peralatan makan untukku juga. Aku akan makan di sini bersama calon suamiku," kata Melisa.
"Gisella, cepat kamu lakukan apa yang dia suruh," Roger membela Melisa.
"Ya, aku akan siapkan peralatan makan untuk Nona Melisa juga." Gisella segera menghapus air matanya karena dia tadi menangis sendirian duduk di kursi makan.
Mereka bertiga makan bersama tapi Roger melihat ekspresi wajah Gisella yang seolah menahan kesedihannya. Dia tersenyum sambil menikmati makanan.
'Rasakan itu! Gimana rasanya sakitkan? Aku berhasil balas dendam dan akan aku buat hidup kamu seperti di neraka' batin Roger.
Gisella yang sedang makan saat itu di hatinya dia juta membatin.
'Apa kamu puas Roger pamer istri kedua kamu di hadapanku? kamu berhasil membuat hatiku sakit dan rasanya ingin pergi tapi tidak bisa'