"Roger, aku tahu aku di mata kamu hanya jalang murahan yang kamu beli seharga 20 miliar dan aku hanya selir juga makanya kamu memperlakukan aku seperti ini. Sekarang malam pernikahan kalian jadi aku harus tahu diri, aku tidak akan menganggu kamu dan istri kamu." Gisella menghapus air matanya dan dia berdiri kembali lalu masuk ke dalam villa.
Dia naik ke lantai atas menuju kamarnya. Dia sama sekali tidak tahu kalau kamar pengantin itu sebelah kamarnya, ternyata Roger sudah merencanakan semuanya.
"Jadi kamu memang sengaja membuat kamar pengantin kalian di dekat kamarku. Apa agar aku bisa mendengarkan kalian menikmati malam pengantin bersama? Tega sekali kamu Roger?" Gisella sudah berada di depan kamar pengantin Roger dan Melisa lalu dia mendengarkan suara yang tidak asing seperti seorang yang telah memulai bergelut mesra di ranjang.
Gisella tidak kuat mendengarkan suara itu lalu dia masuk ke kamarnya, dia tidak mengunci kamarnya karena dia saat ini harus bisa tidur lebih awal agar tidak mendengarkan suara mereka yang sedang bercinta menikmati malam pengantin.
"Aku tidak suka suara ini. Roger kenapa kamu tega? Harusnya aku yang kamu jadikan istri sah kenapa harus dia? Aku yang menikah dengan kamu pertama kali dan kenapa aku yang jadi selir?" Gisella hatinya sangat sakit mendengarkan semuanya.
Di tidur di kamarnya dengan memakai gaun yang dia kenakan di pesta pernikahan Melisa juga Roger. Dia berusaha memejamkan matanya agar bisa cepat tidur.
"Tolong tidurlah!" dia memejamkan kedua matanya dan langsung tertidur karena kesedihannya begitu sangat dalam.
Sementara Roger dan Melisa saat itu menghentikan acara malam pengantin mereka. Roger tidak Sudi menyentuh Melisa yang dia tahu wanita ini tidak perawan lagi saat dia memasukan miliknya begitu lancar tanpa ada tanda sempit atau keperawanannya robek karena dirinya. Roger begitu marah dan menghentikan niatnya untuk tidur dengan istri barunya.
"Dasar murahan! Kamu tidur dengan siapa? Kamu tidak perawan lagi, berani-beraninya kamu mau dijodohkan denganku. Kamu itu hanya wanita bekas yang tidak pantas tidur denganku." Roger begitu marah dan dia mencengkram erat leher Melisa.
"Sakit! Aku minta maaf tapi aku melakukan ini karena cinta kamu. Aku dulu pernah diculik dan diperkosa, aku tidak perawan bukan karena aku tidur dengan beberapa pria. Tolong jangan memandang aku w************n," jawab Melisa dengan suara terbata-bata.
"Cukup! Lebih baik kita menjadi suami istri palsu saja. Aku tidak akan pernah menyentuh kamu wanita kotor." Roger saat itu mengenakan kembali bajunya lagi lalu dia pergi meninggalkan kamar pengantinnya kembali ke kamarnya sendiri.
"Roger aku tidak perawan bukan karena kesalahanku jadi kenapa kamu membenciku? Sedangkan kamu sering tidur dengan Gisella? Aku wanita dari keluarga terhormat istri yang diakui oleh Kakek kamu tapi kamu malah memperlakukan aku seperti ini." Melisa menangis tapi dia tidak berani menjerit karena dia takut dipermalukan Gisella di malam pernikahannya dia ditinggal pergi oleh Roger karena dirinya sendiri sudah tidak suci lagi.
Roger yang begitu marah dia kembali ke kamarnya dan di kamarnya seperti biasanya dia meminum wine yang sangat memabukkan hingga malam itu dia mabuk. Tanpa sadar dia mabuk dan menuju ke kamar Gisella.
"Wanita yang aku inginkan hanya Gisella dia masih suci dan aku beli dengan harga mahal." Roger saking mabuknya dia tanpa sadar memuji Gisella dan sekarang dia sudah naik ke ranjang Gisella.
Gisella yang tidur terbagi. Saat Roger mencium dirinya.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa bisa kamu ada di sini?" Gisella membuka kedua matanya dan dia kaget saat Roger memeluk dirinya.
"Puaskan hasratku sekarang." Roger saat itu langsung mencium paksa Gisella dan merobek gaun yang dikenakan wanita ini.
Setelah tanpa sehelai benangpun wanita ini, Roger langsung melancarkan aksinya. Dia membelai mesra dan menciumi setiap inci tubuh gadis ini lalu dia segera membuka bajunya sendiri. Dengan keadaan mabuk dia memaksa Gisella bercinta dengan dirinya.
"Stop! Sakit.. jangan kasar... Apa kamu masih kurang bercinta dengan istri sah kamu? Kenapa kamu harus mengajakku juga?"
"Gisella, kamu... tunggu sebentar lagi." Roger terus menggerakkan pinggulnya dan mengikut ritme pemainan hingga dirinya mencapai puncak kenikmatan.
Tentunya hasratnya sudah terpenuhi dan Gisella hanya bisa menangis. Pria ini memeluk Gisella dengan sangat erat sehingga dia tak bisa kabur.
"Lepaskan aku! Aku bukan pelarian kamu. Kenapa aku harus ada di penjara hasrat kamu padahal kamu sudah punya istri yang diakui oleh semua orang. Kenapa kamu harus menjadikan aku hanya wanita pemuas nafsu kamu saja." Gisella sangat sedih dan dia terpaksa tidur bersama dengan Roger.
Mereka berdua karena capek jadi tidur bersama sampai pagi tiba. Roger terbangun lebih dulu dan dia melihat kalau dia bangun sambil memeluk Gisella.
"Sial! Kenapa bisa saat aku mabuk lari ke kamar wanita ini? Ada apa denganku? Gisella bangunlah!" teriaknya.
"Iya, ada apa? Apa kamu puas sekarang? Aku sudah melayani hasrat kamu. Aku sudah lama di penjara hasrat olehmu dan tidak akan pernah bisa menolak kamu. Setelah kamu bercinta dengan Melisa lalu kamu ke kamarku bercinta denganku, apa kamu sudah puas menyakiti aku?" Gisella membuka kedua matanya dan dia langsung begitu marah.
Gisella memukul d**a bidang Roger yang baru saja membangunkannya. Pria ini langsung memeluk wanita yang ada di hadapannya.
"Gisella, terimah kasih kamu mau melayani aku. Harusnya kamu mengaku saja, kamu terus mencintai aku meksipun aku menikah dengan orang lain." Roger mencoba menenangkan wanita ini agar ada di genggamannya.
"Aku tidak cinta kamu, aku benci kamu sekarang. Pria yang tidak setia dan bisa punya dua istri. Aku akan tutup mulut dari siapapun kalau kamu sering memaksaku bercinta karena hasrat kamu itu. Jadi kamu pergi dari kamar ini dan aku hanya wanita pemuas nafsu kamu." Gisella sangat marah dan dia mengusir Roger dari kamarnya.
Roger memakai bajunya lalu dia pergi ke kamarnya sendiri sebelum Melisa menyadari kalau semalam dia bercinta dengan selirnya. Gisella saat ini dia hanya bisa mandi dan menangis di bawah guyuran air shower.
"Apakah aku serendah itu di mata kamu? Apa aku hanya sekedar alat saja untuk memuaskan hasrat kamu? Roger kenapa tega? Dulu kamu begitu mencintai aku meksipun kamu anak pembantu tapi sekarang kamu berubah." Gisella tidak bisa menahan rasa sedihnya karena dia hanya dijadikan alat pemuas nafsu itupun setelah bercinta dengan istri sahnya Roger lari ke pelukan dirinya.
Roger yang kembali ke kamarnya dia merasa bingung dengan perasaannya sendiri.
"Apa aku mulai mencintai Gisella lagi? Tapi ini tidak boleh karena dialah penyebab Ibuku meninggal dunia." pria ini hanya ingat masa lalu saja dan dia tidak bisa mencintai Gisella lagi.