Bab 2

1027 Words
Pulang kuliah. Raka lebih dulu pergi ke halte. Tepat, saat hujan deras mengguyur begitu derasnya. Raka duduk di halte terdiam, di sebuah halte. Di tengah derasnya hujan. Dia hanya ingin melihat seseorang yang sedang ditunggu datang menunggu bis di halte. Tetapi, sudah hampir satu jam. Dia sama sekali tidak menunjukan batang hidungnya. Wajah Raka terlihat sangat cemas. Dia menggenggam payung di tangan kanannya. Sembari memainkan, dan memutarnya di kala dia merasa jenuh. Sudah beberapa bus yang berhenti di halte. Dia sama sekali tidak ingin naik ke dalam Bis. Raka masih setia menunggu Lana. Dirinya yakin jika Lana masih di kampus. Dengan wajah cemasnya. Raka mengangkat tangannya. Melihat jam tangan berwarna hitam yang melingkar di tangannya. Jarum jam menunjukan pukul 2 sore. Dan, genap 1 jam dia menunggu. Jelmaan napas terdengar begitu frustasi. Riko menatap ke depan, ke samping kanan dan kiri bergantian. Berharap dia segera datang. Tak lama, pandangan matanya tertuju pada seorang wanita yang berjalan di tengah derasnya hujan. Dengan rambut terurai panjang. Dan, tangan kiri menggenggam beberapa buku di pelukannya. Tangan kanan memegang payung meneduhi tubuhnya. Dia berjalan dengan langkah cepat. Menuju ke halter. Bersamaan dengan sebuah mobil yang melintas cepat di sampingnya. Menerjang air yang memenuhi jalan. Cipratan air itu mengenai tubuh Lana. Hingga rambut yang semula terlihat kering. Kini mulai basah sekujur tubuhnya. "Shiitt. " umatnya lirih. Seolah dia memandang kekesalannya. Dia lebih memilih untuk marah dalam hati. Dari pada harus berteriak tidak ada gunanya. Lana, segera berlari menuju ke halte. Tanpa memperhatikan Raka yang duduk di halte. Dia terlihat begitu panik dengan pakaian bawahnya. Baju yang terlihat terawang saat terkena air. Dan, bukunya yang basah. "Haduh… Basah lagi.. Gimana nih.." ucap Lana lirih. Dia menoleh ke belakang. Melihat Bis dari jauh mendekat ke halte. Raka yang semula hanya diam melihat gerak gerik Lana. Dia bangkit dari duduknya. Melepaskan jaket lepis yang dia pakai. Berjalan dengan langkah penuh keraguan. Dia mendekati Lana. Memekakkan jaketnya dari belakang punggung. "Pakailah! Dari pada kamu di bis nanti di lihat laki-laki hidung belang." ucap Raka. Lana, mengerutkan keningnya dalam-dalam. Dia tidak sadar jika ada Raka tadi. Perlahan, Lana menggerakkan kepalanya. Menoleh menatap ke arah Raka. "Apa yang kamu lihat?" geram Lana, menutup tubuhnya dengan tas basah miliknya. "Aku tidak melihatnya." ucap Raka. " Aku hanya ingin berikan ininpadamu. Pakailah, dari pada kamu kedinginan nanti. Lagian, baju kamu basah." lanjutnya. "Tidak perlu." Lana mencoba melepaskan kembali jaketnya. Tetapi, Raka terus memaksanya. "Aku tidak butuh perhatian kamu." "Kamu lebih membutuhkan sekarang. Jika kamu tidak mau bertemu aku. Setidaknya, kami pakai jaket ini. Dan, ambilah. Jangan dikembalikan lagi." kata Raka. "Jangan menolaknya. "Dari pada kamu di godain laki-laki nanti." Beberapa detik kemudian. Bis berhenti tepat di depan mereka. Raka, tersenyum simpul pada Lana. Lalu, masuk ke dalam bis. Meski dia sebenarnya beda tujuan dengan Lana. Dia sengaja selalu naik bisa yang sama. Agar bisa melindunginya. Dan, bisa melihatnya dari dekat. "Kamu gak naik? Mau sampai kapan berdiri disitu?" tanya Raka. Dia mengulurkan tangannya ke depan. Berharap Lana menerima uluran tangannya. Tetapi, itu ternyata hanya sebuah harapan. Lana, mengejutkannya. Dia naik sendiri ke dalam bis. Dan, duduk di tempat yang kosong tepat di belakang Raka berdiri. Raka tersenyum tipis. "Tidak masalah, ini adalah awal perjuanganmu. Aku tidak akan menyerah." hanya itu yang di ucapannya dalam hati. Mencoba bertahan Meski hatinya sangat sakit dengan perlakuan Lana yang acuh dengannya. Beberapa menit perjalanan. Raka terus melirik ke arah Lana, dia tetap saja mengacuhkannya. Saat Raka berjalan kedepan. Lana, menatap ke arah Raka. Kedua mata mereka tak sengaja saling bertemu. Mereka hanya diam, Raka melayangkan senyuman pada Lana. Meski di acuhkan olehnya. Lana, memalingkan wajahnya. Menatap ke arah kaca di sampingnya. Raka tetap tersenyum, dia turun lebih dulu dari bis seperti biasa. Raka juga memutuskan untuk turun lebih dulu. Untuk menunggu bus menuju ke rumahnya. Raka, menoleh sekilas ke arah Lama yang hanya diam, duduk dengan kaki bersilang. Pandangan matanya fokus pada kaca bis yang basah terkena air hujan dari luar. Dia sengaja lebih memilih melihat keluar dari pada menatapnya. Di tengah derasnya hujan. Raka turun dari bus. Dia tidak peduli dengan badannya yang basah. "Raka…" ucap vera yang kebetulan dia juga berada di halte itu. "Kenapa kamu hujan-hujan." ucap Vera khawatir. Dia mencoba memberikan jaket di dalam tasnya. "Tidak usah pakailah. Kamu lebih membutuhkan. Aku laki-laki. Aku sudah biasa seperti ini." "Tapi… Kamu yang harus pakai. Lihatlah, baju kamu basah. Kalau kamu sakit. Kau juga yang repot. Kamu tahu, kan. Tante Ratih itu selalu memanggilnya saat kamu sakit." ucap Vera kesal. Raka, mendekatkan wajahnya ke arah Vera. Dengan badan sedikit tertunduk. Raka mengetuk dahi Vera. "Kamu pikir sekarang aku anak kecil lagi?" ucap Raka. "Udah, pakailah.!" lama berhenti. Bis perlahan mulai melaju pelan. Lana, melirik ke arah Raka yang berbicara dengan Vera di halte. Dia terlihat begitu akrab. Lana tidak peduli dengan hal itu. Dia kembali menatap kedepan. Dan, kini fokus dengan buku di dalam dekapannya. "Dasar laki-laki. Sudah punya pacar. Tapi, masih saja perlu dan cari kesempatan pada wanita lain." kata Lana lirih. Dia membuka buku n****+ yang dia pinjam tadi. Mulai membacanya tanpa perdulikan Raka dan Vera yang di belakang bis yang dia tumpangi. Hingga bis itu semakin jauh. *** Back Raka. "Raka.. Kamu sekarang berani mengejarnya?" tanya Vera menggoda. Dia memukul bahu Raka pelan. Seolah dirinya sangat bangga dengan temannya itu. Sudah berani mencoba mengungkapkan perasaannya. "Apa lu sudah mengungkapkan perasaanmu?" tanya Vera. Raka menghela napasnya frustasi. Dia tertunduk, lu menggelengkan kepalanya. "Boro-boro mengungkapkan perasaan. Baru bicara saja aku sudah di cuekin." ucap kesal Raka. Dia duduk di halte. Sembari menunggu bus selanjutnya. Kedua kening Raka mengkerut saat mendengar tawa mengejek dari Vera. "Hahaha… Lu, di cuekin? Seorang laki-laki yang populer di kampus di cuekin. Apa lu gak malu setengah mati.. Haha.." kata Vera tak berhenti terus tertawa. "Kenapa lo malah tertawa. Lo seneng gitu sahabat lo ini di cuekin. Bangga gitu? Lo tahu, perjuanganmu. Astaga.. Aku hampir malu tahu gak. Tapi, tidak masalah. Usaha tidak akan menghianati hasil nantinya." "Oke.. Teruslah berusaha. Dan berdoa juga. Karena kekuatan takdir yang akan menentukannya." ucap Vera sok bijak. Dia masih tersenyum menahan tawanya. Bis datang? Dia segera naik dalam bus. Sebelum wanita di sampingnya tadi terus mengejeknya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD