5. Suatu saat

2004 Words
"sialan bener tuh cewe" syafiq mengusap kening nya, sambil menatap raina yang masih di jam olahraga nya, wajah kesal namun berbeda dengan bibir nya ia membuat senyuman manis yang membuat adi menyenggol aimar untuk melihat sahabat nya terdebut. "Wah gila nih orang" ucap aimar, sambil menengok ke arah syafiq "Ngeliatin raina terus" ucap adi "Kata nya gak naksir" ucap aimar sedikit lantang, membuat syafiq tersadar dari lamunan nya "Hah? Apaan si lu berdua" jelas syafiq kelabakan ketika tahu melihat raina dengan lekat, apalagi senyum yang tak sengaja terbentuk di bibir nya. Keningnya masih terasa sakit ketika di lempar bola basket secara tidak sengaja oleh raina. Langit kini mulai bersahabat, panasnya tertutup awan, udara yang terus berhembus seolah sedang di pinggir pantai. Syafiq , adi, aimar telah menyelesaikan hukuman nya untuk berdiri di lapangan, yang menandakan bahwa jam pulang sudah berbunyi. "Gila keliyengan gue" ucap adi, mereka mengelap keringet yang bercucuran dengan kasar namun malah membuat semua kaum hawa yang melihat berteriak histeris. Astagfirullah ganteng banget Ngelap keringet aja ganteng banget nya mereka Yaallah makin makn dah ini mah Adi manis banget anj Yaallah aimar, bebeb gue Fiq sini di elapin keringet nya Yaallah berlian banget dah ah mereka Syafiq makin ganteng aja ya Raina yang sedang berjalan untuk segera pulang, hanya mendengar saja pujian-pujian yang terlontar dari mulut mereka untuk sosok yang malah musibah untuk dirinya, Raina mengakui ke tampanan syafiq namun hati nya tidak tergoda sama sekali untuk mengejar sosok penyebab mood nya rusak setiap kali bertemu. "Ganteng banget ya rain syafiq" ucap kila, raina lupa kila juga sama tergila nya dengan syafiq, jadi ia hanya diam saja ketika raina memuji soal syafiq. "Alay banget" batin raina. "Rain" ucap syafiq, mereka berpapasan di lorong sekolah tepat syafiq yang ingin ke kelas dan raina yang keluar kelas melewati satu lorong yang sama dengan syafiq. Raina hanya memutar bola mata nya dengan malas, tanpa berkata namun tidak dengan kila yang terus menatap syafiq kagum. "Sial" batinya mengumpat. "Sombong banget si rain" Namun raina benar-benar tidak meliriknya. "AWAS YA LU! SUATU SAAT LU BAKAL JADI MILIK GUE" Syafiq berteriak dengan lantang, hingga membuat raina berhenti sebentar dan menatapnya tajam, kesal! Pasti. Karena kini ssemua siswa-siswi berhenti dan menoleh ke arah mereka berdua. Syafiq hanya tersenyum sambil menaikkan kedua alis nya, tengil memang namun bukan syafiq namanya jika tengil tidak melekat di dirinya. "Fak!' batin raina mengumpat "syafiq bener-bener nyari masalah" ia menatap tajam ke arah syafiq dengan u*****n di hati nya. Raina langsung berbalik kembali, tak perduli kan ocehan lantang dari pembuat musibah bagunya "Rain syafiq kaya nya serius deh" Ucap kila, membuat raina menatap tak percaya ke arah kila. "Gak usah ngada-ngada la" Raina berkata dengan raut wajah judes nya "Iya iya maaf, udah jangan cemberut lagi" Kila merayu raina yang sedang badmood. Sedangkan di sisi lain, syafiq masih menatap pelongo atas kejadian tadi. Gadis itu benar-benar cuekin dirinya, bahkan dengan teriakan lantang sosok syafiq tetap tak di anggap spesial bagi raina. "Hahaha anjir. Lu di cuekin" ucap aimar, ia tertawa lepas ketika ada satu wanita yang benar-benar tak memandang penakluk wanita seantero sekolah. Syafiq menjitak kepala aimar "anjir malah tawain gue" Aimar memberi kode melalui mata ke pada adi untuk berlari meninggalkan syafiq "Tikus dasar! Gue di tinggal" Aimar dan adi tertawa mendengarkan teriakan syafiq, tak pikir panjang syafiq pun berlari mengejar mereka hingga ke kelas. "Ampun bro ampun! Gue gak ikutan" Adi mengelak, setelah syafiq siap untuk menjitak mereka berdua. Mereka bertiga lalu mengambil tas dan berjalan keluar kelas, keadaan sekolah sudah lumayan sepi. "Fiq fiq, didepan ada sma Greal" ucap huda dengan nada yang sedikit tersenggal akibat berlari dari lorong kelas, adek kelas nya. Syafiq tidak gila hormat, jadi adik kelasnya tidak harus memanggil nya dengan embel-embel abang . "Siap?" Ucap syafiq, adi dan aimar hanya mengangguk ketika ucapan syafiq, sedangkan ia lalu menyeringai dan berjalan ke arah gerbang sekolah dengan tas yang bertengger di bahu sebelah kanan nya. Sorot mata nya mulai menajam ketika melihat banyak teman-teman nya yang tak sedikit tumbang. Berlari dari arah gerbang sekolah, syafiq menendang siswa Greal, syafiw memiliki julukan 'kaki hantu' karena kecepatan ia menendang tak terlihat. "fiq belakang lu" ucap adi sambil memukul musuh yang kini afa di tangan nya, syafiq kalu menendang dengan kaki kearah belakang membuat siswa Greal sedikit memuntahkan darah. Bugh! "b******k lu!" Ucap syafiq dengan nada dingin, ketika melihat aimar babak belur dan tersungkut ke aspal. Syafiq berlari, dan memukul tiga siswa Greal sekaligus hingga, Sma Greal berteriak "MUNDUR!" Syafiq tersenyum miring menatap kepergian Greal yang mundur melawan Sma nya. Ia mengelap sudut bibir nya yang membiru, dan menghanpiri aimar yang terkapar lemas ia lalu membopong aimar yang benar-benar kalap saat itu. "Baru kali ini gue liat lu tumbang" ucap syafiq, lalu ia tertawa kecil aimar hanya tersenyum simpul mendengar ledekan dari sahabat nya. "Aman fiq?" Ucap adi, ia berlari dan membantu syafiq membopong aimar dengan cara aimar merangkul syafiq dan adi. "Aman gue, ini temen lu gak aman" ucap syafiq, adi lalu melirik ke arah aimar yang paling banyak luka di antara mereka berdua. "Eh ke apart gue aja" ucap aimar, sedangkan syafiq hanya menghendikkan kedua bahu nya. Sebelum melangkah pergi , syafiq menengok ke arah teman-teman lain nya "Obatin di basecamp" mereka semua lalu mengangguk seolah mengerti. "Pesen taxi online dah" ucap syafiq "Lebay lu, naik motor aja. Gue sama lu di" ucap aimar, syafiq lalu memandang tajam ke arah aimar, yang pandang hanya menaikkan kedua alisnya seolah bertanya kenapa. "Ko gak ama gue" ucap syafiq, aimar hanya memandang jengah ke arah syafiq "Ogah, gue lagi begini di bawa naik motor sama lu. Amit dah amit" ucap aimar lalu tertawa, membuat adi juga ikut tertawa. "Makanya naik motor jangan kaya setan" ucap adi, Tak di pungkiri syafiq memang kalo mngendarai motor sampai hilang akal, mereka bertiga memang pembalap liar juga namun syafiq lah yang terkadang suka menantang maut. "Yaudah ayuk cuss, sakit nih bibir gue" ucap syafiq, mereka bertiga kembali memasuki gerbang sekolah untuk mengambil motor mereka masing-masing, namun tidak dengan aimar. Tak butuh waktu lama, mereka bertiga sampai di apart milik aimar, ya mereka berdua tahu aimar juga jarang sekali kerumah, ia lebih sering di apart nya "P3k lu dimana?" Ucap syafiq "Di kamar" Aimar mendaratkan tubuh nys untuk duduk, dengan kepala yang menatap ke arah atap, tubuh yang terseder di sofa tak sesekali ia meringis ketika memegang luka-luka yang di wajah nya. "Kulkas lu penuh amad anjir" ucap adi, ia lalu mengambil minuman untuk mereka bertiga dan cemilan tentu nya. Seolah mereka merasa keributan udah hal biasa di kehidupan mereka bertiga, apalagi dengan syafiq mereka berdua akan makin semangat jika syafiq juga ikut ribut. "Nih obatin" ucap syafiq, ia menaruh kotak p3k di atas meja. "Pantesan lu kalap hari ini" Syafiq menenggak minuman yang di berikan oleh adi, sedangkan aimar hanya menatap ke arah syafiq sambil mengobati luka di wajah nya. "Kenapa emang fiq" Kini adi penasaran, seperti ada berita heboh ketika melihat wajah syafiq yang tersenyum jahil. "Lu liat aja noh di kamar nya" ucap syafiq, aimar melotor tak percaya atas perkataan syafiq. Adi yang penasaran, lalu berjalan cepat ke arah kamar aimar dan ia lalu tertawa terbahak, membuat syafiq tersenyum jahil. Aimar benar-benar malu! Kini muka nya memerah seperti kepiting rebus. "Astaga aim" ucap adi, ia benar-benar tak tahan untuk tidak tertawa "k*****t lu fiq" Aimar mendengus kesal, menatap ke arah syafiq yang sedang menaikkan kedua alis nya seolah meledek aimar. "Maka nya jangan ngocok terus anjim" ucap adi, ia tertawa lagi dan bensr-benar terbahak hingga membuat perutnya sakit "Kaya gak pernah aja lu" ucap aimar, ia tak mau malu sendirian "eh tapi gue kan tahu sikon. Kalo tahu besom mau ribut, gue gak bakal ngelakuin lah anjim bikin nguras tenaga aja" ucap adi "Kaya nya berkali-kali" ucap syafiq, sedangkan aimar melotot kearah syafiq yang sedang menenggak minuman soda nya "Ah t*i lu berdua" ucap aimar "Udah fiq udah, malu entar" Sekali lagi adi tertawa, dan kini syafiq juga ikut tertawa melihat aimar yang seperti nya sudah malu. "Di kabarin bocah, skip dulu balapan" ucap syafiq, adi hanya mengangguk dan mengirim pesan ke grup. "Padahal lawan nya si yero fiq" ucap adi, sorot mata syafiq menajam namun ia bisa mengendalikan ia tak ingin di kuasi oleh emosi apalagi keadaan ia juga lagi gak baik setelah keributan tadi. "Biarin, next time gue lawan dia" ucap syafiq "Pasti dia ngremehin lu nih gara-gara lu batalin balapan" ucap aimar, ia tersenyun simpul sambil membuka cemilan. "Gue remehin balik entar" ucap syafiq, lalu mereka tertawa. "Lu ko sekarang kaya nya lagi deketin raina?" Ucap aimar berhasil membuat syafiq menyemburkan minuman soda nya, jelas ia salah tingkah! "Ah apaan si im, enggak" ucap syafiq "Jadi lu mau nerima tantangan buat jadiin dia target lu?" Ucap aimar, syafiq terdiam seolah memikirkan jawaban yang tepat hati nya ragu namun "Setujulah, gak ada yang bisa ngelak dari pesona Syafiq" Ia terlanjur gengsi untuk menghentikkan semuanya. "Gue si gak yakin raina mau sama lu" ucap adi, sambil menaikkan kedua alisnya seolah meledek syafiq. "Haha gue sebenernya sama gak yakin, cuman kaya nya sahabat kita satu ini mau mencoba rasanya patah hati" ucap aimar "Gila lu, gue patah hati? Ya gak mungkin lah apalagi sama cewek sialan kaya dia" ucap syafiq, adi dan aimar hanya meledek saja ketika ucapan tersebut keluar dari mulut syafiq. "Tinggal nunggu karma aja nih bocah" ucap adi "Entar bilang cewek sialan tau nya jadi cewek spesial" ucap aimar, mereka berdua tertawa puas. Sedangkan syafiq hanya mendengus kesal "ngeledek terus lu berdua, siake banget!" Umpat syafiq, sambil melemparkan kuaci ke arah dua sahabat nya tersebut. Namun, sejenak ia berfikir ucapan aimar! Raina memang berbeda dari cewek-cewek yang lain. Bagaimana kalo yang di bilang aim benar? Bagaimana kalo ia bakal takluk sama cewek yang ia selalu sebut dengan cewek sialan tersebut, pikiran nya kini terlalu jauh dan menerka-nerka. "Gak mungkin!" Batin nya , ia jelas menolak pembenaraan dari perkataan aimar. *** Di sisi lain, raina baru saja sampai di rumah untung saja hujan turun ketika ia sudah di depan pintu rumah. "Untung udah sampai" Raina bersyukur ketika melihat hujan yang tiba-tiba deras mengguyur. Ia menghirup bau khas dari hujan sebentar, ia membentuk lengkungan senyum di wajah nya. Ia lalu membuka pintu rumah nya, "Asalamuallaikum" ucap raina, namun tak ada sautan dari seisi rumah, ia hanya menengok kesana kemari mencari dan menutup kembali pintu tersebut. "Maaf non tadi bibi gak denger" ucap bi anum, yang mendekat ke arah raina. "Gakpapa bi, yaudah rain ke kamar dulu ya bi" ucap raina, sedangkan bi anum hanya mengangguk saja. Raina langsung menuju kamarnya untuk membilas tubuh nya, dan langsung mengganti baju santai. Perutnya kini berbunyi, menandakan ia laper apalagi dalam keadaan hujan seperti ini. "Masak mie, pake telor, sawi, cabe 5" Gumam raina, tak ingin terus terbayang atas ucapan nya tadi ia langsung menuju dapur untuk memasak mie. "Eh non ngapaiin, sini bibi aja yang buatin" ucap bi anum, ketika melihat anak majikannya sedang memotong cabe "Gak usah bi, rain bisa cuman masak mie ko" ucap raina "Udah bibi istirahat saja" lanjutnya, bi anum hanya tersenyum seolah bersyukur memiliki majikan yang baik kepada nya. Tak butuh waktu lama untuk menyiapkan semua nya, kini ia membawa mie hasil racikan nya keruang tamu untuk menikmati sambil menonton film. "Eh saos nya" Ia lalu berdiri dan berlari ke arah dapur, untuk mengambil saos yang ketinggalan tidak lengkap jika tidak ada saos dalam makanan raina. Raina melahap mie yang telah ia buat kan, cocok banget emang makan mie di saat hujan turun. "Loh kamu udah pulang ka?" Ucap sang Mamah yang beru menutup pintu rumah, ia melihat anaknya sedang menonton film di ruang tamu dengan wangi mie yang semerbak meng-gugah selera. "Udah mah, mamah dari mana?" Ucap raina "Belanja bulanan rain" ucap mamah, sedangkan raina hanya mengangguk dan ber Oh ria sambil melirik kantong belanjaan yang di tenteng oleh mamah nya. "Papah belum balik?" Ucap raina "Belum, sepertinya papah pulang telat" ucap sang Mamah, Raina yang telah selesai memakan mie , lalu ia beranjak ke dapur untuk menaruh mangkok bekas mie nya tak lupa ia mematikan tv terlebih dahulu sebelum beranjak. "Rain ke kamar yak mah, mau bobo" Senyuman dari sang Mamah yang seolah berkata iya, ia lalu menuju ke kamarnya kembali, kini rebahan yang pantas ia lakukan ketika perut sudah terisi kenyang, hujan yang masih deras mengguyur seolah menambah kesan sejuk, hordeng yang sengaja ia buka untuk melihat hujan yang mengguyur dari balik jendela kamar nya. "Sama hal nya kaya hujan, gue bisa membawa bahagia bisa juga membawa sakit" Gumam nya begitu saja, senyuman nya yang meneduhkan menatap hujan yang deras. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD