4. Naksir Lu?

2006 Words
Syafiq berjalan dengan santai melewati mereka yang selalu berbisik memuja kepada nya, kaca mata hitam yang bertengger di mata nya menambah kesan tampan dipadu dengan style anak SMA putih abu-abu, baju yang tidak terkancing sampai atas, dua kancing di buka memperlihatkan kaos hitam miliknya. Yaallah kenapa ganteng banget si fiq Kak minta wa nya dong Ka line nya apa Masyaallah banget si fiq Syafiq pacaran yuk Fiq besok jalan yuk Gila ka syafiq bisa ganteng gitu ya Ka mamah kaka ngidam apasi ko bisa ganteng banget Ganteng apaan, buruk rupa gitu di bilang ganteng Tas yang hanya bertengger di sebelah kanan membuat syafiq memang terlihat urakan, dan pantas di juluki preman sekolah. "Woy!" Ucap adi berlari menyamai langkah syafiq yang di depan, ia menepuk pundak syafiq. "Aim mana?" Ucap syafiq ketika melihat adi sendirian, tidak bersama aimar. "Telat dia" ucap adi, sedangkan syafiq hanya mengangguk saja. Adi merangkul syafiq membuat syafiq hanya menyengir kuda. "Ntar sore jadi?" Ucap adi, seketika syafiq hanya tersenyum miring membuat adi malah mengerutkan kening nya "Jadi" ucap syafiq singkat, membuat adi tersenyum senang. "Udah lu kabarin belom anak-anak" lanjut syafiq, adi menepuk bahu syafiq dengan keras hingga membuat syafiq sedikit meringis "Tenang aja mabro, udah siap semua" syafiq yang mendengar hanya tersenyum simpul penuh arti. "Semua tahu gue ikut?" Ucap syafiq, sedangkan adi hanya menggelengkan kepala nya "gak usah kasih tahu, biar kejutan" lanjut syafiq, adi hanya mengacungkan jempol dan tersenyum puas, seolah mengerti apa yang akan terjadi nanti, dan pasti semua anak-anak akan tercengang kalo melihat syafiq kembali ke jalur "Raina fiq" ucap adi, sedangkan syafiq sudah terlebih dahulu melihat raina yang sedang mengikat rambut nya sambil berjalan di lorong koridor kelas. "Pepet fiq" ucap adi, semakin mendekat jarak syafiq dan raina membuat syafiq tersenyum jahil. Tepat dimana syafiq berada di samping raina, syafiq menarik ikat rambut raina dengan mulus membuat rambut raina kembali terurai. Raina langsung berbalik badan mengarah ke syafiq, mata yang menyalang seperti ingin menerkam, tangan yang terkepal, syafiq melihat raut wajah raina yang kesal.hanya tersenyum sambil menaikkan kedua alis nya. "Balikin gak!" Ucap raina, ia meminta syafiq mengembalikan ikat rambut yang kini berada di pergelangan syafiq "Hah? Balikan? Kan kita belum jadian" ucap syafiq lantang, sehingga membuat yang berada di koridori sekolah memperhatikan mereka. Raina kesal! Ia mendekat ke arah syafiq, dengan tangan yang terkepal namun syafiq hanya tersenyum jahil dengan menaikan kedua alis nya mengarah ke raina. "Gue bilang balikin bukan balikan! Budeg!" Ucap raina tepat di hadapan syafiq "Ini!" Ucap syafiq sambil mengarahkan pergelangan tangan nya yang ada ikatan rambut milik raina, wajah nya sangat dekat di wajah raina. Membuat raina sebenarnya salah tingkah, namun ia menutupi nya dengan muka kesal nya. "Ambil kalo bisa" tak pikir panjang, raina langsung ingin mengambil nya namun syafiq malah mengangkat tangan nya hingga membuat raina mendengus kesal, ia harus meloncat untuk mengambil ikatan rambut nya. Sedangkan syafiq hanya tersenyum jahil melihat raina yang sedang meloncat di hadapan nya. "Maka nya jangan pendek" ucap syafiq dengan muka jahil nya "aw" syafiq meringis ketika raina menginjak kaki nya dengan kencang, raina langsung mengambil ikatan rambut nya di dalam rasa kesakitan syafiq. "Makanya jangan lemah, di injek aja kesakitan" ucap raina, ia lalu mengikat kembali rambut nya tepat di hadapan syafiq yang sedang merasakan kaki nya nyut-nyutan karena injakan raina. Syafiq terdiam, seolah merasakan slow motion ketika raina mengikat rambut di hadapan nya, memang benar kata orang-orang di luaran sana, cewek tambah cantik ketika mengikat rambut nya. "Heh nglamun aja lu" ucap adi, syafiq yang tersadar langsung meringis kembali ia merasa kaki nya benar-benae seperti habis nendang besi. "Cantik ya doi" adi jelas meledek syafiq, sambil menaillan kedua alis nya. "Cantik apaan, kaya kodok gitu" ucap syafiq, adi hanya tertawa. Jelas adi tahu syafiq menutupi, sahabat nya terlalu gengsi untuk bilang raina itu cantik dalam versi beda. Di sisi lain, raina masih merasa kesal dengan tingkah syafiq membuat malu dirinya karena perkataan syafiq yang soal balikan. "Ishh!!" Ucap raina "Kenapa pagi gue harus ketemu setan si" lanjut raina, dengan sedikit menghentakkan kaki nya. Ia ingin sekali menonjok kaca toilet untuk melampiaskan rasa kesal nya. "Sabar rain" ucap kila, ia mengelus punggung raina dengan lembut. "Kesel gue! Astagaaaa nyari masalah mulu tuh dakjal" ucap raina, muka nya masih memerah menahan amarah nya. "Eh emang lu pernah jadian?" Ucap kila, raina langsung menoleh tajam ke arah sahabat nya, membuat kila mengangkat jari nya membentuk peace . "Inget, fitnahan dakjal itu kuat" ucap raina "Lagi rain, akuin aja syafiq ganteng" ucap kila "Buruk rupa!" Raina menatap nyalang ke arah kila, dan langsung keluar dari toilet ia berjalan melewati lorong kelas yang tentu bisikan-bisikan tentang diri nya soal kejadian beberapa menit lalu mulai santer terdengar di telinga. Bruk! Raina jatuh terduduk ketika ada yang menubruk nya dengan sengaja. "Bangun lu!" Ucap abella, raina bangkit berdiri dan membersihkan tangan nya lalu ia melirik ke arah abella dan tentu bersama dua teman nya. "Kenapa?" Ucap raina "Jauhin syafiq!" Ucap abella, raina hanya mengerutkan kening nya. Kila berdiri di samping raina, dengan menatap bingung apa yang barusan terjadi. "Jauhin? Bahkan ngdeket dia aja gue ogah" ucap raina. "Ngdeket ogah?" Abella langsung mengambil hape di saku baju nya, dan menscroll seolah sedang mencari "TERUS INI APA? MUNAFIK" ucap abella sedikit membentak dengan lantang, raina melihat yang di tunjuk oleh abella. Kaget! Tentu. Abella menunjukkan foto raina dengan syafiq seolah berfose sedang ciuman, padahal itu raina sedang berbisik. "Rain" ucap kila menenangkan, ia menggenggam tangan raina yang mulai terkepal. "Lu gak malu? Hah? Lu fikir lu siapa berani deketin syafiq" Abella menyentuh bahu raina dengan satu jari nya, namun membuat raina sedikit terdorong. Kini ia menjadi tontonan, tangan nya terkepal kembali. "Murahan!" Ucap abella, raina langsung menatap nyalang ke arah abella. "JAGA MULUT LU BEL!" ucap raina, emosi nya benar-benar membuncah di hati. Sedangkan abella hanya tersenyum sinis ke arah raina, begitu juga dengan kedua teman nya. "Udah rain kita ke kelas aja" ucap kila, ia langsung menarik raina tanpa persetujuan dari raina. "Bye bye cewek kampung" ucap abella. Raina bukan cewek yang lemah hanya karena perkataan, ia menahan tangisan nya dalam raut emosi nya. "b******k! Siapa si yang motoin" ucap raina ia langsung terduduk di bangku nya. "Siapa lagi kalo bukan lamtur sekolah sini" ucap kila "Gila emang!" Ucap raina, ia tak habis pikir kenapa bisa-bisa foto dengan keadaan seperti itu yang membuat orang bisa mengira diri nya mencium syafiq, jangan kan mencium membayangkan syafiq berada di hadapan nya saja membuat ia ingin menendang ke antartika. Bell pelajaran berikut nya sudah berbunyi, semua siswa-siswi berhamburan untuk masuk ke kelas masing-masing. Namun tidak ketiga cowok populer di sekolah tersebut, yang masih terang-terangan duduk santai di bangku kantin dengan masih memakan somay yang mereka pesan. Aimar datang terlambat, namun tas nya sedaei tadi sudah ada di kelasnya. "Emang dah somay pak sidik paling mantep" ucap aimar dengan lahap nya memakan somay yang hanya tinggal sedikit. "Eh lu tumben telat" ucap syafiq "Abis nganterin ehem ama bebeb" ucap aimar, membuat syafiq langsung menengok ke arah aimar. "Kebiasaan buat pikiran gue traveling" ucap syafiq "Enak im?" Ucap adi, sedangkan aimar hanya mengangguk membuat adi sedikit tertawa dengan kerakusan aimar. Bagaimana tidak, porsi syafiq oun di lahap nya. "Yeh lu mah t*i kucing di kecapin juga di bilang mantep" ucap adi, sedangkan syafiq hanya tertawa ia hanya meminum ait mineral dingin. Tanpa mereka sadari, Pak Rit sudah mendekat ke arah meja mereka dengan kayu rotan yang bertengger di tangan nya ia sudah siap menghukum ketiga siswa pembuat onar di sekolah tersebut. BRAK!!! Sebuah gebrakan dari kayu rotan yang tebal, membuat mereka bertiga terlonjak kaget. "Eh ayam ayam" latah yang sangat telat, adi memang kelakukan nya minus sekali. "Telat anjim" syafiq menoyor kepala adi hingga membuat adi hanya menyengir saja. "Bagus ya kalian! Masih enak-enakan makan di kantin" ucap pak Rit "Enak pak" ucap aimar, membuat pak Rit melotot tak percaya. "Berdiri di lapangan sekarang juga!" Ucap pak Rit dengan lantang, mereka hanya bisa mendumel di dalam hati "Pak tadi bapak di cariin ama pak kepsek" ucap syafiq, jelas ia membohongi pak Rit untuk terhindar dari hukuman berdiri di lapangan "Oh ya?!" Mereka semua mengangguk , adi dan aimar yang tidak tahu apa-apa mengikuti intruksi kode mata dari syafiq. "Bapak tidak akan tertipu lagi! Sekarang kalian berdiri, dan kelapangan sampai jam pelajaran selesai" ucap pak Rit "Lu si" ucap adi "Lu anjir" ucap aimar "Heh! Malah main salah-salah'an cepet berdiri ke lapangan" ucap pak Rit, pasrah! Mereka hanya bisa pasrah, mendengus kesal karena sial mereka terkena hukuman. Mau tidak mau mereka berjalan ke arah lapangan, dan tentu dengan pak Rit yang berada di belakang dengan kayu rotan yang terus mengawasi mereka bertiga. "Kalian berdiri disini" ucap pak Rit, ketika mereka telah sampai di lapangan. Mereka bertiga langsung berjejer di lapangan membelakangi tiang bendera, dengan kaki yang mengangkat satu. "Sampai jam berapa pak?" Ucap syafiq "Jam pulang sekolah" ucap pak Rit, mereka bertiga langsung membuka mulut dengan rasa tak percaya, dua jam?! Berdiri dengan satu kaki, benar-benar sial. "Astaga pak lama banget, gak bisa lima menit aja" ucap adi "Iya pak, astaga" ucap aimar "Gak ada tawar menawar!" Ucap pak Rit, ia lalu berbalok arah untuk keruang guru syafiq dkk langsung menurunkan kaki nya, padahal baru lima menit tapi rasa pegel sudah menjalar. "Ohiya" mereka bertiga yang mendengar pak Rit, langsung kembali ke posisi semula dengan satu kaki yang di angkat. "Kaki tetap seperti itu, kalo pegel boleh tuker" ucap pak Rit, ia lalu berbalik ke arah mereka dan melirik dari atas sampai bawah untuk memastikan kaki mereka masih di posisi awal Sedangkan di sisi lain, Jam terakhir pelajaran kelasan raina adalah olahraga dan sekarang jadwal untuk teori. Mereka sudah berganti baju dengan baju olahraga begitu juga dengan raina dan kila, sebenarnya malas namun iming-imimg pengambilan nilai lah yang membuat raina dan kila turut serta. "Males banget nih gue" ucap raina, sambil memasukan seragam nya ke dalam tas nya. "Sama, cuman ngambil nilai kata pak wawan" ucap kila, mereka berdua keluar dari kelas untu menuju ke lapangan. Raina hanya mengerutkan kening, ketika teman sekelas nya terutama kaum hawa berbisik-bisik syahdu. "Kenapa si mereka" ucap raina, sedangkan kila hanya menghendikkan bahu nya bertanda bahwa ia tidak tahu. Tanpa perdulikan teman sekelas nya mereka berjalan kembali, namun dengan rasa masih penasaran raina mengarahkan pandangan nya ke tiga cowok yang berjejer di lapangan. "Pantesan!" Ucap raina "Pantesan apa rain?" Ucap kila "Ada musibah tuh" ucap raina, kila yang tak mengerti langsung mencari tahu. "Yaallah syafiq kenapa gantemg banget si apalagi keringetan gitu" ucap kila, raina langsung mengerutkan kening nya dan memegang kening kila. "Ganteng banget dong rain" ucap kila kembali, kali ini tangan raina di arahkan ke pipi kila dengan tetap mata yang masih menuju syafiq dkk. "Sakit lu" ucap raina, ia langsung meninggalkan kila yang melamun menatap syafiq di lapangan "Rain tunggu!" Ucap kila, yang tanpa sadar syafiq dkk mendengar nama tersebut langsung mengikuti sumber suara. Kelasan raina berbaris untuk mengabsen, dengan tatapan kaum hawa di kelasan raina yang tak henti-henti nya menatap syafiq cowok populer di sekolah mereka. Hanya raina yang tak mengarahkan mata nya ke arah mereka, dan syafiq dapat melihat itu namun ia tersenyum penuh arti tepat ke arah raina yang tak menatap nya sama sekali. "Baik anak-anak, hari ini kita akan praktek bola basket" ucap pak Wawan selaku guru olahraga, yang terkenal humble dengan murid. Semua bergiliran untuk melempar bola ke arah ring, untuk sebagai pengambilan nilai pertama. "Raina mentari" ucap pak wawan, kini giliran raina ia langsung maju ke arah pak wawan untuk menerima bola basket tersebut. Deg-deg'an! Itu yang lagi raina rasakan, ia pejamkan matanya dan membaca bismillah seolah berharap bola itu masuk ke ring namun tiba-tiba... "Aww" pekikkan suara seperti orang kesakitan yang malah berbunyi. "Loh kok teriakan" Ia lalu membuka mata. Ia melotot ketika bola basket nya tidak masuk ke ring, tapi malah mengenai salah satu cowok yang sedang di hukum tersebut, sial nya itu mengenai syafiq . "Mampus gue!" Ucap raina, ia lalu berlari ke arah syafiq untuk mengambil bola basket tersebut untuk sekalian melihat syafiq. "Sorry" ucap raina singkat, ia langsung ingin merebut bola basket tersebut yang audah berada di tangan syafiq. "Sakit! Sorry-sorry, lu liat nih jidat gue" ucap syafiq, Raina langsung melihat ke arah jidat syafiq dan ternyata memerah sedikit benjol. "Yakan gue udah minta maaf" ucap raina "Salah sendiri lu di hukum malah di lapangan" lanjut raina, dengan kasar ia langsung merebut bola basket tersebut membuat syafiq menyeringai menatap raina yang telah membelakangi nya. "Naksir lu?" Ucap aimar "Naksir-naksir, jidat gue ini" ucap syafiq, sambil memegang jidat ia yang memerah karena lemparan raina cukup kencang. "Abis di liatin terus" ucap adi, lalu menaikkan kedua alisnya seolah meledek syafiq membuat aimar tertawa seolah mengiyakan perkataan adi tersebut
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD