6. Ceroboh

2099 Words
Hari senin, hari yang membosankan sebenarnya, harus berdiri untuk upacara, mendengar ceramah yang akan di sampaikan, Kini syafiq berbaris paling belakang. Tentu saja ia sengaja telat, semua bersiap untuk melakukan upacara pembawa acara dalam upacara sudah membacakan teks. "Lama banget dah" Syafiq mendumel, ia mulai tak nyaman. Kaki yang terus mengusel sana-sini. Guru BK keliling untuk melihat siswa-siswi yang tidak lengkap memakai seragam, untuk sebagai contoh hal yang tidak baik. Setiap barisan guru tersebut memperhatikan, sampai di mana titik syafiq berbaris Guru tersebut menatap dari atas sampai bawah seolah mencari kesalahan pada sosok siswa yang sudah banyak catatan merah di buku para guru "Nah gitu dong rapih, kan kamu jadi ganteng kaya saya" Ucap guru BK tersebut dengan pelan, namun dapat syafiq dengar. Syafiq hanya menatap seolah tak terima bahwa guru tersebut menyebut dirinya ganteng. "Pede banget anjim" gumamnya pelan, ketika guru BK tersebut sudah melewatinya. Untung syafiq hari ini memakai atribut lengkap, namun entah kalau siang hari. "Amanat pembina upacara, pasukan di istirahat kan" pembawa acara upacara. "Untuk amanat, istirahat di tempat grak!" Ucap sang Pemimpin upacara, ia mengintruksi dan semua peserta mengikutinya. Kini baru beberapa menit pembina upacara membawakan amanat "Yaallah ini dongeng mulu si" syafiq mulai bosen dengan ocehan nya, matanya melirik sana-sini untuk mencari celah kabur. Namun niat nya ia urungkan kembali, ketika menatap raina yang berada di satu baru dengannya. "Sssst" Raina hanya melirik dengan ekor mata nya, menoleh sebentar lalu kembali fokus ke depan, syafiq hanya mengerutkan keningnya ketika sekilah melihat wajah pucat dari raina. "Woy, lu sakit?" Ucp syafiq dengan berbisik, badan yang masih tegap mengarah ke depan namun ekor mata yang terus memperhatikan raina. "Rain"  Brug! Raina tiba-tiba jatuu begitu saja, mwmbuat syafiq reflek menengok ke arahnya. "Raina!" Tak pikir panjang syafiq langsung menggendong raina dengan gaya Bridal Style , pembina upacara sampai menghentikan amanat nya sejenak karena melihat sosok siswa nya yang mencari masalah, begitu peduli. Semua siswa-siswi menatap dengan tatapan heran, seolah bertanya di dalam pikiran mereka, ada juga yang menganggap bahwa raina caper untuk di gendong oleh syafiq. Alah paling caper Cara nya basi banget Sok pingsan gitu, gak sekalian lumpuh Norak Makin jijiq ama dia Yaallahh deh sweet banget si Gue mau jadi raina Seriusan? Syafiq gendong raina?! "Jadi anak-anak...." Amanat nya mulai kembali, namun seketika diam ketika menatap peserta upacara nya masih sibuk melihat kejadian  tadi "MOHON PERHATIAN NYA! TONTON NYA SUDAH YA" semua siswa-siswi langsung kaget, dan kembali ke arah pembina upacara. Sedangkan di sisi lain, syafiq langsung membawa nya ke UKS sekolahnya, ia baringkan raina, dan mengecek denyut nadi nya entahlah ia mengerti atau tidak. "Loh syafiq, kamu ko di sini" ucap Bu wati, selain guru ia juga pernah bekerja sebagai suster di puskesmas, entah lah apa yang mendorong ia untuk menjadi guru. "Raina kenapa fiq?" Ia langsung memeriksa tubuh suhu nya. Tak lama, bu wati pergi dan kembali dengan teh hangat yang ia buatkan. "Ibu tau raina kenapa?" Ucap syafiq, ia mulai sedikit kepo wajh yang khawatir sungguh tak bisa di tutupi lagi. "Perutnya kosong, dan kaya nya dia kecapean. Entah habis begadang atau apa" "Ceroboh!" Umpat syafiq memandang raina yang masih terbaing, dengan wajah pucatnya. "Kamu jagain ya" setelah mengangguk, bu wati pergi meninggalkan mereka berdua di UKS, Tatapan syafiq masih tertuju dengan wajah pucat raina tak lupa ia menaruh minyak kayu putih di pinggiran kening raina, dan mendekatkan minyak kayu putih nya ke hidung raina. "Eu aw" Raina sedikit meringis karena pusing di kepalanya ketika ia membuka mata, menatap sekelilingnya. "Siapa yang bawa gue kesini" Gumam raina, tak lama pintu UKS terbuka dan raina menatap ke arah pintu tersebut untuk melihat siapa yang datang. "ELU!" raina berteriak, tak memikirkan keadaan kepalanya yang masih terasa pusing, ia terlalu terkejut dengan kehadiran syafiq yang membawa plastik putih. "Teriak mulu kerjaan lu" Syafiq menghampiri raina, dan menyodorkan plastik putih ke hadapan raina, Raina hanya mengerutkan kening nya dan menatap bingung ke arah syafiq. "Bubur buat lu, maka nya sarapan biar gak pingsan. Lemah banget!" Ucap syafiq, Raina yang mendengar merasakan sesak dan menatap sengit ke arah nya walau air mata ingin mendarat "kalo gak ikhlas gak usah! Dan gak usah sampe ngatain gitu" Syafiq menatap sendu, rasa bersalah mulai menyelimuti. "Maaf" Itu tulus permintaan maaf syafiq yang ia lakukan sama wanita, permintaan maaf yang tulus. "Yaudah nih makan bubur nya, gue jauh nih beli nya" ucap syafiq, tak mendapat respon juga dari raina ia membuka bubur itu sendiri dan seolah ingin menyuapi raina. "Ngeng ngeng ngeng, pesawat mau mendarat" syafiq berlaga sok menjadi pilot, dengan sendok berisi bubur seolah menjadi pesawat nya, Raina masih terdiam walau ia menahan senyuman nya. "Wah bandara nya mana nih? Ko gak keliatan. Ngeng ngeng ngeng, kapten mau mendarat" Kini raina benar-benar tak bisa menahan tertawa nya, membuat syafiq terdiam menatap raina yang tertawa lepas. "Kenapa ketawa?" Raina langsung terdiam, dan menatap jengah ke arah syafiq. "Gue lucu ya" ucap syafiq sambil menaikkan kedua alisnya, seolah meledek raina yang tiba-tiba langsung terdiam tadi. "Najis" Singkat, namun menusuk. Membuat syafiq hanya menggelengkan kepalanya namum tersenyum, raina kembali memalingkan mukanya. "RAIN!!!" Kila masuk tanpa mengetuk, dengan tangan syafiq yang masih mematung dengan sendok berisi bubur, dan raina yang menatap kila malas. Sahabatnya benar-benar berisik. "Eh sory gue gak tau ada lu" ucap kila, ia hanya menyengir tanpa dosa mengarah ke syafiq dan raina. Syafiq yang tersadar langsung menurunkan tangan nya, dan kembali menaruh sendok nya. "Gue keluar ya, udah ada temen lu" ucap syafiq "Dari tadi kek" Raina membalas dengan jutek, membuat syafiq hanya tertawa pelan, kila yang melihat seakan terpesona, ia terdiam menatap syafiq yang keluar UKS. "Ahh beruntung banget si lu rain bisa seruangan sama syafiq walau di UKS" ucap kila "Beruntung apan, buntung iya gue" ucap raina, yang sambil melahap bubur dari syafiq, biarlah di kata apa yang penting perutnya terisi dulu. "Beruntung lah rain! Apalagi pas tadi lu di gendong ala bridal style sana syafiq, yaallah sweet banget" Ucap kila "Lebay lu!" "Hah?! Apa lu bilang di gendong?" Raina melotot tak percaya, ia menghentikkan sendok berisi bubur yang ingin mendarat di mulutnya "Iya di gendong, gendong depan" Kila menegaskan, dengan senyam-senyum sendiri melihat kejadiab tadi. "Serius?!" Kini raina benar-benar tak percaya. "Semua ngeliatin dong" Kila mengangguk, kini wajah raina pucat bukan karena sakit lagi, namun karena akan berurusan dengan masalah harga diri nya. "Bahkan pembina sampe berhenti ngasih amanat" ucap kila, Sekali lagi raina benar-benar di buat melongo pendengar pernyataan sahabat nya, bahkan sampai pembina katanya. "Ahhh kila! Mau taruh dimana muka gue" ucap raina, ia benar-benar frustasi mendengar pernyataan kila. "Ya gak dimana-mana, muka lu masih setia di tubuh lu" ucap kila, namun malah membuat raina menepuk jidatnya bukan itu jawaban yang raina inginkan. "Bukan itu maksudnya kila!" Raina sedikit lantang, membuat kila hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sedangkan di sisi lain, Syafiq meninggalkan raina di Uks yang sudah berada sahabatnya. Kini ia berjalan, melewati lorong sekolah untuk menuju ke kelasnya, sambil berdendang asal ia merasa dirinya tampan. Tok Tok Semua siswa-siswi yang berada di kelas XIC menengok ke arah pintu. "Dari mana saja kamu syafiq" ucap Pak Hito yang kini sudah mengajar di kelasnya. Syafiq melangkah menuju ke hadapan pak hito. "Saya baru menjadi pahlawan pak" ucap syafiq, semua yang berada di sana menatap melongo dengan jawab syafiq. "Pahlawan kesiangan kamu mah, yasudah duduk" Ucap pak Hito, sedangkan syafiq menaikkan kedua alisnya dengan tersneyum membuat sang Guru hanya menggelengkan kepalanya. Semua mengikuti pelajaran dengan tenang, walau sesekali syafiq dkk tertawa seolah mereka asik sendiri membuat pak hito harus berteriak dengan lantang. "SYAFIQ, ADI, AIMAR! PERHATIKAN KEDEPAN" ucap pak Hito sedikit berteriak, dan tegas. "SIAP PAK" Mereka berteriak kembali dengan kompak, sambil hormat mereka kembali memperhatikan sang Guru mengajar. Hingga bell istirahat berbunyi, semua berhamburan keluar "Woy! Kantin ayuk" ucap adi, ia menyenggol syafiq yang sedikit melamun sambil tersenyum. "Eh ayuk" syafiq lantas berdiri, dan berjalan menuju kantin adi aimar yang berads di belakangnya hanya menghendikkan bahunya dan menatap satu sama lain. Tiga cowok memasuki area kantin yang benar-benar sesak, seolah seperti ada pembagian sembako gratis. "Rame banget" ucap aimar, sedangkan syafiq hanya melirik sana-sini seolah mencari bangku kosong. Ia berjalang di tengah-tengah siswa-siswi yang sibuk memesan makanan, namun seolah magnet semua minggir untuk memberi jalan kepada syafiq dkk dan tentu di balas senyum menawan dari syafiw yang membuat siswi-siswi menjerit kesenangan. "Emang dah abang syafiq" ucap adi "Pesona nya gak luntur-luntur" ucap aimar, kini mereka duduk di bangku pojok tempat biasa mereka duduk. Entah kenapa, tidak ada yang berani menduduki tempat tersebut atas ijin dari mereka apalagi syafiq, seperti horor saja bagi mereka padahal syafiq tidak pernah melarang. "Eh tapi luntur kalo sama raina" Aimar menaikkan kedua alisnya ke arah syafiq. "Yeh gak tau-tau nya lu, dia tadi ketawa gara-gara gue" Syafiq jelas dengan pede berbicara seperti itu, karena itu kenyataan yang terjadi di uks. Adi dan aimar saling menatap, lalu tertawa seolah ucapab syafiq adalah lelucon. "Halu! Mana mungkin" ucap adi "Bercanda aja lu" ucap aimar, syafiq memukul pelan ke mereka berdua "gue serius anjim, masa iya gue bercanda" ucap syafiq dengan serius, kini raut wajah adi dan aimar berubah melongo dan menatap syafiq seolah masih tak percaya. "Ko bisa?" Ucap mereka berdua secara bersamaan, kini syafiq mulai menceritakan yang membuat raina sampai tertawa padahal bagi syafiq itu tidak lucu-lucu banget. "Jadi gitu" Adi dan aimar menatap satu sama lain lalu tertawa terbahak, hingga membuat mereka menjadi pusat perhatian. "Pantesan aja dia ketawa, lu kaya anak kecil gitu" ucap aimar "Segala ngeng ngeng , harga diri lu di mana breh" ucap adi, ia tertawa benar-benar terbahak hingga membuat perutnya sakit. "Astaga perut gue sakit" "Ledek terus ledek" ucap syafiq "Ngeng ngeng ngeng" Kini aimar mempraktekkan gaya syafiq , yang membuat ia mendapat tatapan jengkel dari syafiq namub ia tetap saja tertawa. "Cuman sama raina, harga diri seorang penakluk wanita turun karena ngeng ngeng" Ucap adi. "Bener ini mah kaya nya lu jatuh cinta" ucap aimar, pernyataan dari aimar membuat syafiq terdiam seolah berfikir apa benar dirinya telah jatuh cinta? Bahkan jatuh cinta sama wanita yang ia selalu sebut sialan itu "Nah diam im, berarti bener udah jatuh cinta" Adi mengiyakan perkataan aimar, ketika ia melihat syafiq terdiam. "Enggak! Apaan si lu berdua, amit-amit gue ama tuh cewek" ucap syafiq, tanpa sadar cewek yang sejak tadi ia bicarakan melewati mereka. Raina melewati mereka dengan tatapan kecewa ke arah syafiq, namun perasaan itu harus ia tepis "b******k!" Umpat raina secara pelan, kila yang melihat raina hampir ingin menangis mengelus punggung raina perlahan. "Gue ke toilet la" Raina langsung meninggalkakn kila yang terbengong, ia berjalan cepat. "b******k!!! Lu pikir lu siapa syafiq!" Raina sedikit berteriak di dalam toilet, untung saja hanya ia yang berada di dalam toilet. "Kaya nya ada yang sakit hati nih" ucap abella, ia lalu tertawa memandang kasihan kepada raina. "Kasihan ya, belum jadi apa-apa aja udah di rendahin gitu, sampe syafiq amit-amit sama lu" Abella sedikit mendorong bahu raina dengan telunjuknya. Membuat raina semakin terkihat agak menyedihkan, ia menatap dirinya lewat pantulan kaca toilet. "Lu liat diri lu! Jangan ketinggian kalo mimpi, cewek kaya lu gak pantes buat syafiq" Raina menatap tajam ke pantulan cermin, ketika abella menyelesaikan ucapannya. Ia langsung berbalik badan, dan mencengkram rahang abella, yang membuat abella sedikit meringis kesakitan. "Udah pernah gue bilang! Hidup gue bukan urusan lu, dan intinya gue bukan sampah kaya lu! Udah di buang masih aja ngejar. Ngaca nih" Raina menarik abella dengan masih mencengkram rahangnya, ia mendekatkan wajah abella dengan kaca. "Ss..aa..kkii..tt" Raina melepaskan cengkraman nya, ia lalu mencuci tangan seolah abella adalah kuman bagi dirinya. Ia berjalan keluar meninggalkan abella yang masih memegang ke area rahangnya. "Sialan!" Umpat abella, ia mengepalkan tangan nya dengan kencang. Kini mood raina benar-benar hancur, setelah mendengar ocehan gak bermutu syafiq, ia juga baru menghadapi nenek lampir gak beratitude. "Tuh cowok kenapa mau sama nenek lampir ya!" Gumam nya, ia berceloteh sepanjang ia melangkah melewati koridor sekolah, membuat siswa-siswi lain menatap heran. "Rain!" Kila berteriak, ketika melihat raina yang terus berjalan tanpa melihat ia di hadapan nya. "Eh kila, bikin kaget aja lu" ucap raina, ia sedikit terlonjak kaget karena kila yang tiba-tiba di hadapan nya "Lu kenapa si?" Ucap kila, ia menatap wajah raina dengan secara seksama "Gak papa" ucap raina jelas ia berbohong "Gak papa nya cewek pasti ada apa-apa" ucap kila, raina hanya mendengus kesal bagaimanapun sahabat nya adalah hal sulit ia bohongi. "Iya-iya, gue abis ketemu nenek lampir" ucap raina, Kila di buat terkejut karena pernyataan raina. "HAH?! SERIUS DIMANA?" kila teriak, membuat raina malu karena mereka sekarang menjadi pusat perhatian "Kila! Suara lu astaga" Ucap raina "Eh maaf keceplosan, abis gue kaget" Kila hanya menyengir saja karena suaranya yang sedikit tidak terkontrol.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD