1. Malam di Pulau Komodo

2092 Words
Seorang gadis cantik berambut dark brown panjang dan berwajah blasteran Turki - Indonesia tampak berjalan anggun dengan mengenakan gaun malam cantik berwarna hitam yang elegan. Gadis bernama Amara Anastasia Respati tersebut tengah berjalan sendirian di sebuah pesta yang diadakan pada sebuah resort mewah di Labuan Bajo, Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Amara berjalan dari kamar resort Plataran Komodo dengan langkah agak terburu-buru karena termasuk terlambat untuk menghadiri pesta ulang tahun yang digabung dengan pesta lajang salah satu sahabatnya. Ketika ia berjalan agak cepat di lorong depan kamar-kamar yang ada di resort, secara tiba-tiba ia bertabrakan dengan sosok pria jangkung yang sama halnya seperti Amara yang tergesa-gesa berjalan. “Ups, sori …” celetuk pria itu yang wajahnya sangat dikenal oleh Amara karena laki-laki itu termasuk pria yang terkenal di negeri ini. Meski ia bukan seorang artis, tapi ia termasuk selebgram sekaligus CEO sebuah perusahaan yang memiliki ratusan ribu followers di social media-nya. Apalagi latar belakang keluarga pria itu yang termasuk konglomerat. Bara Gandawasa … Batin Amara dalam hati. “Oh … iya, aku juga minta maaf karena buru-buru juga,” balas Amara. “Malam ini kan ada dua pesta di resort ini. Kau pasti datang ke acara para wanita itu kan?” tanya Bara secara mengejutkan. Amara mengangguk. “Iya, aku datang di pesta lajang sekaligus ulang tahun temanku. Kau sendiri datang ke pesta para lelaki itu ya?” tanya Amara memberanikan diri untuk menanyakan pertanyaan serupa yang telontar dari mulut Bara. “Iya, pesta bujang Rio yang sebentar lagi akan menikah. Ya sudah, aku pergi dulu ya. Sudah telat ini,” sahut Bara yang langsung diangguki Amara. “Iya, aku juga begitu.” Amara dan Bara pun berpisah. Saat masih berjalan sejajar di lorong resort, akhirnya mereka terpisah di ujung lorong. Bara berbelok ke kiri sedangkan Amara berbelok ke kanan. Berjalan saling memunggungi satu sama lain. Ketika memasuki pesta lajang dan ulang tahun yang diadakan oleh salah satu temannya, tiba-tiba ada yang memanggil Amara. “Amara …” panggil seorang wanita di dalam pesta. Wanita yang juga tampak anggun di sana. Amara yang tanggap saat dipanggil langsung menghampiri wanita itu. “Hei Rika, kamu sudah daritadi di sini?” tanya Amara. “Iyalah, kamu kemana aja sih, daritadi aku tunggu,” jawab wanita bernama Rika yang menjadi sahabat Amara. “Oh, maaf-maaf, pesawatku tadi delay sih, cuaca nggak baik saat mau berangkat dari Jakarta,” cerita Amara. “Oh begitu, pantesan daridulu kamu nggak keliatan di resort. Aku sudah keliling-keliling soalnya,” sahut Rika seraya menyesap smoothies yang tersedia di meja. “Eh rumpi yuk, malam ini ada dua pesta di resort ini. Selain pesta lajang yang diadakan Tasya, ada juga pesta bujang yang diadakan oleh salah satu vlogger tersohor di negara ini. Kalau nggak salah namanya Rio Dewangga. Tahu kan?” “Iya, tahulah. Content creator seperti Rio Dewangga jelas tahu. Pasti pestanya juga berisi orang-orang terkenal di sana.” Amara berkata menanggapi ucapan sahabatnya. “Duh, kebetulan sekali kan, nanti mampir yuk ke sana. Lihat-lihat saja di sana. Hiburan banget bisa melihat cowok-cowok ganteng dan keren yang ada di pesta itu. Sapa tahu ada salah satu jodoh kita di sana,” celoteh Rika berharap. Amara berdeham. “Hmm … malas ah, malu. Kita nggak selevel sama mereka. Bukan artis / public figure / vlogger / selebgram seperti mereka. Lagian pasti nggak boleh masuk juga kan acara itu private party. Kalau cuma melihat dari depan yang ada malah malu-maluin. Mau ditaruh dimana mukaku? Yang ada waktu pulang, Papa dan Mama ngomel-ngomel kalau sampai ada paparazi di sana terus ambil foto kita yang kayak orang hilang.” Rika tertawa mendengar ucapan Amara. “Ha … ha … ha … kamu mikirnya terlalu jauh sampai bahas paparazi segala. Kita kan bisa lihat dari jauh. Lokasinya di pinggir pantai kan? Pantai di sini kan juga satu garis sama pantai di pesta Tasya. Keren banget pasti pesta mereka. Apalagi kalau kita bisa kenalan sama mereka.” “Nggak mau ah. Nggak suka sama dekat-dekat sama pria terkenal. Takut makan hati nanti kalo suka sama salah satu dari mereka. Pria kayak mereka itu pasti diharapkan banyak wanita,” tolak Amara seraya mengambil orange juice yang tersedia di atas meja untuk diteguk. Rika berdecak tak setuju. “Ck … ck … ck … kita ke Tasya dulu yuk, mau ngucapin selamat. Ayo!” ajak Rika sambil menarik tangan Amara untuk menghampiri ‘The Queen of This Party’, Tasya Hermawan. Sementara itu di pesta bujang salah satu vlogger papan atas, Rio Dewangga terdapat sekumpulan pria-pria tersohor karena popularitas dan kekayaan keluarganya tengah bercanda ria sambil meneguk whiskey di tangan mereka. Di antaranya tampak Bara Gandawasa yang tengah bercengkrama dengan dua orang teman lelakinya. “Hei bro, tahu nggak di sebelah juga ada pesta lajang Tasya Hermawan, anak pengusaha properti di Jakarta itu. Tahu nggak?” tanya Gandhi. “Tahulah, dia yang mau menikah atas dasar perjodohan yang dilakukan kedua orang tuanya kan? Biar usaha properti mereka makin melesat. Dijodohkan dengan orang tajir melintir,” sahut Reinhart yang berdiri di samping Bara. Bara hanya membisu sambil meneguk kembali whiskey di tangannya. Sedangkan Gandhi berceloteh lagi. “Pernikahan zaman sekarang memang begitu ya, diatur orang tua atau diatur keadaan. Sudah nggak zaman lagi cinta-cinta pada pandangan pertama, cinta yang tiba-tiba hadir antara si miskin dan si kaya, dan sekarang yang musim itu cinta hadir karena perjodohan biar keduanya saling menguntungkan. Kalau misal keadaan pun biasanya terpaksa karena perjodohanlah ataupun married by accident,” ujar Gandhi. Reinhart bersuara lagi. “Iyalah, zaman sekarang gitu. Makan saja tuh cinta. Yang ada sekarang itu yang jadi jodoh org kaya ya sama-sama kaya. Ya kan, Bara? Kau diam saja daritadi.” Bara pun angkat bicara. “Aku lagi memikirkan bagaimana caranya kekasihku mendapat restu orang tuaku.” “Lho memang hubunganmu dengan Nadia nggak disetujui? Dia kan cantik. Dia juga jadi sekretaris idamanmu di kantor kan? Apalagi dia punya side job jadi model. Cocok untukmu kan? Why not?” tanya Reinhart. Bara mendesah pelan. “Karena dia jadi model itu orang tuaku nggak suka. Pengennya gadis baik-baik yang setara sama keluarga Gandawasa.” Gandhi langsung berkomentar. “Tuh kan, benar kan apa yang kukatakan tadi? Pernikahan zaman sekarang itu ujung-ujungnya sudah diatur. Kayak keluarga Bara nih pengennya yang sama-sama tajir. Nggak mau turun kelas kalau nikah sama orang biasa aja. Oh ya, by the way, Nadia berasal dari keluarga biasa aja apa?” “Iyalah, orang tuanya di kampung. Nadia hidup mandiri di Jakarta. Tinggal di apartemen dan kerja jadi sekretaris di kantorku. Aku cinta sama dia. Berusaha mendekatkan dia sama keluargaku tapi susah. Kau tahu kan keluargaku terkenal sombong. Nggak merestui intinya,” cerocos Bara frustasi hingga meneguk beberapa gelas whiskey hingga membuatnya hampir mabuk. “Wow, lihat Rein, Bara mulai menggila saat minum whiskey. Sebanyak itu. Dia frustasi kayaknya. Sebentar lagi mabuk berat tuh,” tukas Gandhi seraya memandangi sosok sang sahabat yang hampir mabuk. “Iya tuh … Bara frustasi pacarnya nggak disetujui keluarganya. Eh, Rio Dewangga mau bikin sambutan tuh,” ujar Reinhart sembari menunjuk ke arah Rio di atas panggung. “Oh iya, coba kita dengarkan dulu,” ajak Gandhi. Gandhi dan Reinhart pun menatap lurus ke arah Rio yang hendak memberi sambutan. Sedangkan Bara mencoba melihat ke arah pria itu dalam kondisi sudah mabuk. “Teman-teman, terima kasih sudah datang di acaraku. Kita bisa berpesta di Labuan Bajo bersama-sama pada pesta bujangku kali ini. Untuk menambah semangat kita, aku ada info bagus nih buat kita. Sudah siap mendengarkan?” tanya Rio dengan mata berbinar. “Siap!!!” sahut beberapa laki-laki termasuk Gandhi dan Reinhart yang masih fresh mendengar kejutan yang akan disampaikan oleh Rio. “Baiklah, begini … karena di sebelah juga ada pesta lajang sekaligus ulang tahun dari Tasya Hermawan yang juga temanku, maka untuk memeriahkan acara kami ini, aku dan Tasya sengaja akan sengaja menggabungkan kedua acara ini agar lebih semarak lagi dan bisa menambah kenalan untuk kita. Setuju?” tanya Rio. Ucapan yang terlontar dari mulut Rio membuat Gandhi dan Reinhart kegirangan. Lantas mereka langsung berteriak, “SETUJU!!!” “Baiklah, acara penggabungan pesta istimewa di Pulau Komodo akan segera dimulai. Kalian siap-siap ya,” ujar Rio seraya mengerling. Usai mendengar kalimat yang diucapkan Rio, Gandhi dan Reinhart memekik girang. “Asyik, makin ramai nih pestanya! Cewek-cewek cantik dari pesta sebelah mau datang. Rein, kita kan jomblo nih, coba kita nanti kita lirik mereka. Siapa tahu ada yang cocok,” ajak Gandhi antusias. “Oke-oke, sekalian cuci mata ya, lihat yang bening-bening. Apalagi yang diundang ke sini itu bukan cewek-cewek matre.” Gandhi langsung menanggapi ucapan Reinhart. “Belum tentu cewek-cewek kaya itu nggak matre. Yang ada malah semakin kaya pengen pria yang lebih kaya dari mereka. Zaman sekarang gitu ….” “Whatever you said-lah. Yang jelas nanti aku mau nyari mangsa,” ucap Reinhart seraya menyeringai. “Mangsa? Mau kau makan? Hmm …” Gandhi bertanya seraya berdeham. Reinhart terkikik. “Hi … hi… hi … enggak maksudku mau kenalan sama cewek-cewek siapa tahu aku naksir.” “Ya udah,” sahut Gandhi kemudian teringat akan Bara yang mabuk. “Eh, si Bara gimana nih? Udah mabuk dia. Lama-lama bisa ambruk di sini dia.” Saat Gandhi menyebut namanya, Bara sontak angkat bicara dalam keadaan mabuk. “S-sudah, kalian have fun aja. Bisa senang-senang sama cewek-cewek. Aku di sini saja,” sahut Bara tergugu yang masih duduk di kursi sebuah beach bar yang menjadi lokasi pesta bujang. “Kamu yakin, Bar? Di saat pesta yang seru kayak gini kok malah mabuk-mabukan sih?” tanya Gandhi. “A-aku nggak terlalu hobi pesta. Aku di sini saja, coba kalau ada Nadia di sini mungkin aku lebih semangat.” Bara berkata sambil mendengkus. “Ya sudah, kami tinggal ya, Bar. Mau menikmati pesta lebih dekat pantai,” celetuk Reinhart. Gandhi dan Reinhart pun pergi meninggalkan Bara sendirian di sana. Di lokasi yang berbeda, Rika cepat-cepat mengajak Amara menuju tempat penggabungan pesta yang ada di lokasi pesta Rio Dewangga. Hanya saja lebih diperlebar untuk menampung para tamu undangan pesta. “Ra, yuk kita ke sana! Akhirnya keinginanku terwujud kan, kita bisa gabung lihat cowok-cowok keren itu,” ajak Rika dengan kedua sudut bibir terangkat dan wajah berseri-seri. “Iya-iya, tapi aku nggak mau dekat-dekat pantai. Terlalu crowded. Aku tunggu di dekat beach bar saja ya,” tegas Amara. “Ah, kamu nggak asyik nih. Kamu nggak pengen dapat kenalan cowok di sana?” tanya Rika seraya menaikkan alis. Amara menggeleng. “Enggak, aku nggak minat. Belum ingin cari calon suami. Masih pengen single saja dulu.” “Ya sudah, terserah. Yang penting kita pindah ke sebelah dulu.” Kedua gadis tersebut pun beranjak dari lokasi awal lantas bergerak menuju penggabungan pesta kaum muda sosialita di sebelah. Alunan musik EDM (Electronic Dance Music) menggema di sekitar lokasi pesta. Lagu-lagu dance milik David Guetta, Zedd, Calvin Harris dan lain-lain menjadi backsound pesta yang diselenggarakan di Plataran Komodo. Ketika mereka berdua sudah berada di sana, Rika tetap mengajak Amara mengikutinya di acara spesial di pinggir pantai namun Amara menolaknya. “Yakin kamu mau di bar saja?” tanya Rika yang hendak pergi ke pinggir pantai. “Iya, aku di sini saja. Aku nggak suka, terlalu bising di sana,” tegas Amara. “Ya sudah, aku pergi ya!” seru Rika yang diangguki Amara. Saat Rika pergi, Amara bergegas ke bar. Ia berjalan hendak mencari ruangan yang lebih nyaman untuk menikmati malam sendiri. Namun ketika gadis cantik itu bergerak maju dan bersikap acuh melewati sosok pria yang sangat ia kenal bahkan tadi sempat berpapasan di lorong resort, seketika ada tangan yang menahannya. Amara menoleh ke arah tangan tersebut dan netra cokelat miliknya menangkap sosok pria macho bernama Bara Gandawasa yang tengah mabuk berat. Amara terkejut saat Bara menahan tangannya seraya berkata, “Nadia, jangan pergi!” Mendengar ucapan permintaan dari Bara membuat Amara semakin terperanjat. Apalagi saat Bara mendadak menarik tangan wanita itu untuk duduk bersamanya. “Nadia, syukurlah kau datang! Aku cinta padamu,” ucap Bara yang kemudian secara mengejutkan ia meraih dagu Amara untuk memberinya sebuah ciuman panas. Amara yang terlonjak dengan perlakuan Bara berusaha melepaskan diri dari bibir pria itu namun dicegah oleh Bara. Baru ciuman mereka terhenti ketika pria itu hendak mengambil whiskey untuk diteguk dan diberikan pada Amara juga. “Minumlah, Sayang! Biarkan malam ini kita melupakan masalah kita! Aku menginginkanmu malam ini!” tandas Bara yang langsung mencekoki Amara dengan minuman keras hingga gadis itu terpaksa ikut mabuk. Peristiwa mengejutkan yang terjadi akibat kesalahan Bara ini menjadi awal bencana untuk kedua orang yang tidak berstatus apa-apa tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD