Zira menyambut kedatangan keluarga nya di kerajaan Fortania.
Dia bahagia karena mommy dan daddy ny datang.
Tapi hari ini dia belum melihat Alvian, kemana Alvian sempat terbesit pertanyaan tentang calon tunangan nya itu tapi dia buang jauh-jauh karena tak ingin pikirannya mubajir memikirkan pria yang tak memikirkannya.
Ini hari keempat Zira berada di Fortania. Disini dikelilingi lautan, kerajaan ini tidak terlalu besar. Hanya sebesar Negara Singapura.
Banyak masyarakatnya berpropesi sebagai nelayan dan pembuat keramik.
Disini ada sekolah gratis bagi anak-anak yang keluarga nya tidak mampu menyekolahkan mereka.
Zira sudah berkeliling kota Fortania bersama Dion dan ditemani Lilian dan beberapa pngawal kerajaan.
Saat mereka keluar istana baru lah Zira tahu kalau ternyata bahasa yang mereka pakai bukanlah bahasa inggris seperti yang selama ini Zira pakai selama di kerajaan.
Pantas saja terkadang ada pelayan yang tidak mengerti apa yang dia katakan.
Lilian menjelaskan terkadang anggota kerajaan memang memakai bahasa inggris karena ibu suri dan ibu ratu bukan warga Fortania asli.
Dan kebanyakan juga para dewan kerajaan bukan lah warga Fortania asli.
Sehingga di acara penyambutan Zira kemarin Baginda Raja memang memakai bahasa inggris.
"Zira apa kamu sudah memilih cincin bersama Alvian?"
Mawar menanyai anak nya itu.
"Sudah mom, tapi itu seperti cincin warisan. Dan kebetulan di jari ku pas. Sehingga sekarang cincin itu disimpan ibunda Ratu."
"Zira melihat mu berpakaian seperti ini membuat mommy melihat putri sungguhan saja.
Kau terlihat sangat cantik sayang. "
"Terimakasih mom, aku senang mommy dan daddy disini.
Zira apa kamu yakin akan melanjutkan pertunangan ini? "
"Kak Alvian tidak berkata menolak pertunangan ini mom. Tapi dia juga tidak bilang menerima nya. "
"Jadi keputusanmu? "
"Zira tidak tahu mom, Zira juga bingung. Sepertinya kak Alvian sangat mencintai kekasihnya itu, Zira sudah berusaha menyukainya tapi sekarang Zira tidak ingin lagi karena kak Alvian sepertinya hanya akan menyukai kekasihnya itu. "
"Bagaimana kamu bisa bahagia jika begitu sayang?? Mommy dan daddy berharap kamu bahagia dengan pertunangan ini."
"Zira bahagia berada disini mom, Zira merasa nyaman. Lagi pula perlakuan Raja dan Ratu sangat baik, kak Alvian juga baik. Hanya saja mungkin tidak lebih dari itu. "
"Baiklah jika kamu sudah memilihnya. "
Mawar mengecup kening Zira dan memeluknya.
****
Aisyah berada dirumahnya dan dia sangat merasa tertekan. Ayahnya mengatakan kalau dia perempuan bodoh yang mau dibohongi oleh Alvian.
Berita pertunangan Alvian sudah terdengar ke seluruh warga Fortania tentu nya, dan ayah nya sudah marah-marah semenjak pengumuman itu didengar nya.
Teman-teman disekitar rumah nya yang diam-diam tahu kalau Aisyah menjalin hubungan dengan seorang pangeran dulunya menyebutnya beruntung tapi sekarang mereka kasihan kepada Aisyah.
Lagi pula bagi mereka Aisyah tidak ada apa-apanya dibandingkan Putri Zira itu.
Putri Zira atau dengan nama keartisannya Zira Al'DG. Adalah anak dan cucu dari konglomerat Asia dan dia adalah wanita cerdas juga memiliki wajah yang cantik.
Bagaimana mungkin pangeran bisa menolaknya.
Jika Serin masih mungkin ditolak mati-matian oleh pangeran karena Serin tidak secantik Zira.
"Aisyah...." Bentakan ayahnya membuat dia keluar kamar nya dengan ketakutan.
"Y.... A... Ay... Ah..." Jawab aisyah gugup dan takut.
"Persiapkan barang-barang mu. Kita akan ke Desa Mogula besok subuh."
"Kenapa harus kesana ayah, bukankah keadaan ibu sudah membaik."
"Kau akan menikah disana dengan seorang yang baik dan juga kaya raya.
Kau harus bisa mengubah nasib kita Aisyah, apa kau tidak kasihan dengan ibumu yang harus terus bekerja. Apa kau tidak kasihan melihat ayah yang terus-terusan berlayar. "
"Tapi bukankah ayah sudah tidak pernah lagi berlayar semenjak kapal ayah, ayah jual dulu."
"Jangan banyak memprotes ucapanku. Menikahlah dengan pedagang kaya raya itu, dan tiap bulan kau bisa mengirimi kami uang Aisyah.
Setidaknya hidupmu juga jadi terpandang."
"Tapi aku mencintai Pangeran Alvian ayah."
Plakk.... "Gadis bodoh. Apa dia menepati janjinya untuk menikahi mu ha? Kau pikir kau bisa hidup hanya dengan menunggu janji nya dia tepati.
Bagaimana hutang berobat ibumu bisa kita lunasi kalau kau masih bodoh seperti ini."
"Dia akan bertunangan sebentar lagi dan kau masih mau menunggunya.
Wanita yang dijodohkan dengannya itu bahkan 100 kali lebih cantik darimu.
Bagaimana mungkin Alvian bisa membatalkan pertunangannya.
Selama ini kau yang bodoh dipermainkan oleh pangeran itu."
Ayah Aisyah pergi keluar rumah dan Aisyah berlari keluar juga. dia sudah menerima surat dari Alvian yang menunggunya tapi saat hendak berlari jauh, ayah nya menangkapnya dan mengurungnya didalam kamar.
"Jangan berani kau keluar dari rumah ini tanpa ijinku gadis bodoh. Kau mengerti!!"
Aisyah menuliskan sebuah surat untuk Alvian dia berharap bisa memberikan surat ini kepada seseorang yang bisa menyampaikannya dengan aman.
Dia teringat dengan sepupunya dan dia mengetuk pintu kamarnya.
Bu.... Ibu.... Kumohon panggilkan Safia kesini bu.
Ada yang ingin kusampaikan padanya bu.
Kumohon bu... Kali ini saja bu. "
Ibu nya yang mendengar Aisyah ingin membantunya tapi dia tidak bisa melakukan apa pun.
Pujaan hati anaknya itu sudah dijodohkan dan tidak ada kesempatan untuk putrinya bersama dengan pangeran Alvian.
Ratu sendiri sudah memberitahunya masalah ini. Keluarga kerajaan tidak akan membiarkan Pangeran alvian menikahi Aisyah.
Ibunya berlari keluar rumah memanggil sepupu Aisyah itu, sebelum suaminya kembali kerumah.
Safia datang sambil berlari bersama ibu Aisyah.
"Aisyah ini aku safia. Ada apa aisyah?? "
"Safia kumohon berikan surat ini kepada pangeran Alvian. Hanya kau satu-satu nya harapanku. Kau bisa masuk ke istana karena kau adalah pelayan dapur istana. Kumohon berikan ini kepada Alvian, hanya dia yang bisa menyelamatkanku."
"Dia sedang menungguku di hutan lindung kerajaan. Dia menungguku dibangku hutan itu."
"Baiklah aku akan berusaha menyampaikan surat ini. "
Safia berlari keluar rumah Aisyah. Dia berharap dapat bertemu dengan pangeran Alvian.
***
Sudah tiga jam Alvian menunggu Aisyah tapi wanita itu tidak datang juga.
Alvian berpikir mungkin Aisyah tidak bisa keluar rumah.
Dia memutuskan untuk kembali ke istana.
Saat baru sampai diistana penjaga pintu menyampaikan pesan kalau Raja sudah menunggunya di Paviliun utama kerajaan.
Paviliun utama kerajaan biasa digunakan untuk acara keluarga kerajaan dan acara adat istana.
Lalu ada apa ayahnya menyuruhnya kesana.
Alvian masuk kedalam paviliun dan mata nya langsung menatap mata Zira, tapi Zira seperti menghindari tatapan mereka.
Zira mengalihkan pandangannya kearah Mawar mommy nya.
"Pangeranku kau sudah tiba. Mari kita lanjutkan acara ini karena pangeran sudah disini. "
Alvian bingung dengan Zira yang ditarik mendekat ketempat dia berdiri.
Alvian jadi teringat ini adalah acara adat kerajaan sebelum seorang pangeran atau putri bertunangan dia akan diikat dengan kain dan mendengar semua pertanyaan dari kedua belah pihak keluarga.
Zira malam ini tidak menggunakan pakaian kerajaan. Zira memakai kaos saja dengan celana tidur panjang. Lagi pula ini bukan acara resmi.
Zira yang dilihat terus oleh Alvian merasa risih dan pura-pura sakit perut.
"Aduh... Duh.... Mom, perut Zira sakit sekali"
Alvian terkejut dan memegang tangan Zira.
"Maaf baginda Raja sebaiknya besok saja kita lakukan acara ini. Sepertinya putri Zira sakit. "
"Baiklah - baiklah kita akan lanjutkan besok saja."
Alvian terlihat khawatir karena Zira terus meringis kesakitan.
Alvian menggendongnya dan membawa nya kekamar Zira.
Mommy dan daddy nya juga ikut.
***
Pagi ini persiapan pertunangan pangeran mahkota sudah dilakukan, Alvian sendiri baru keluar dari ruang rapat dewan kerajaan.
Dia berjalan bersama pengawal pribadinya yang bernama Leo. Alvian melihat ke arah taman depan istana dan Aula istana yang sudah dihias oleh banyak bunga mawar merah.
Mata Alvian melihat Zira yang tersenyum bersama Lilian dan Almira adiknya, entah apa yang mereka bicarakan sampai mereka tersenyum seperti itu.
Zira menoleh dan mata nya bertemu dengan mata Alvian.
Alvian mengamati Zira yang memakai pakaian khas putri kerajaan fortania yang berwarna biru dongker dengan selendang yang menutupi rambut indah milik Zira.
Lalu seorang pelayan datang ingin mendekati Alvian tapi Leo menghadangnya.
Maafkan saya Pangeran saya hanya ingin menyampaikan surat dari Aisyah untuk pangeran.
Tanpa basa basi lagi Alvian langsung membaca surat yang diberikan Aisyah untuknya.
Setelah membaca surat itu Alvian berlari menuju tempat mobilnya terparkir, pengawal pribadinya memanggil yang lain untuk mengikuti Alvian.
Alvian lari dengan sekuat tenaga nya, ntah apa yang dipikirkan Zira dia pun berlari mengikuti alvian.
Saat Alvian menghidupkan mesin mobilnya, Zira langsung masuk kedalam kursi penumpang.
"aku ikut".hanya itu kalimat yang dia berikan kepada alvian.
Alvian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mobil pengawalnya pun terus mengikuti nya.
Mereka sampai disebuah pelabuhan dan Alvian berlari kearah para penumpang yang akan berangkat.
Alvian bertanya kepada seorang pria yang mengawasi para penumpang yang akan berangkat ke kapal.
"Aku pangeran Alvian, aku ingin bertanya apakah kapal ke Mogula sudah berangkat??"
"Kapal menuju Mogula sudah berangkat 2 jam yang lalu pangeran."
"Apa ada yang bisa saya bantu pangeran? "
"Jam berapa lagi kapal ke Mogula akan diberangkatkan?"
"Kapal ke mogula hanya berangkat sekali dalam dua hari pangeran."
"Tidak ada guna nya lagi mencarinya pangeran," suara seseorang yang sudah terbiasa dia dengar sejak mengenal Aisyah itu membuatnya menoleh.
"Maaf pangeran tapi Aisyah sudah menikah jam 7 pagi tadi di masjid ibu kota. Dan dia langsung pergi bersama suaminya dan ayahnya mengantarkan dia ke Mogula.
Biarkan aisyah menjalani kehidupannya pangeran. Lagi pula seorang pangeran memang tidak akan pantas bersama anak dari seorang pelayan istana seperti saya. Apalagi anak dari keluarga yang bermasalah, Aisyah tidak akan pernah bisa bersama anda. Dan dengan hanya menunggu anda dia akan terus tersiksa. Kumohon jangan mencari nya pangeran. Biarkan anak saya itu menjalani kehidupan barunya dan bahagia."
Ibu Aisyah berlutut dihadapan Alvian. Dan Alvian hanya terdiam tak mampu berkata-kata.
Seseorang yang dia yakini akan dinikahinya dan menjadi istri nya sudah menikah dengan pria lain.
Apakah dia harus menerima ini? Tapi jika dia berusaha mencari Aisyah pun apa yang akan dia lakukan. Aisyah nya sudah menikah dan tak mungkin dia menyuruh seorang suami menceraikan istrinya.
Melihat Alvian yang hanya diam Zira membantu ibu Aisyah untuk berdiri.
"Ibu jangan menangis lagi. "
Kata Zira menghapus air mata ibu Aisyah itu.
"Pulang lah bu, saya akan bicara dengan pangeran Alvian. Jika dia memang sangat mencintai putri anda dia pasti tahu apa yang akan dia lakukan. "
"Terimakasih putri, saya mohon pamit".
Ibu Aisyah menundukan kepalanya dan pergi dari sana.
Alvian berjalan kepinggir pagar pelabuhan itu menatap lautan yang luas terbentang.
Zira memegang bahu nya dan memeluknya.
Perasaan hangat menjalar ditubuh Alvian tapi dia masih merasakan sakit itu.
Dia merasa orang yang paling bodoh didunia ini. Dia tidak pernah berusaha memperjuangkan Aisyah.
Dia hanya terus mengulur waktu dan sekarang Aisyah tidak memberikannya waktu lagi. Semua janji-janji mereka hanya sebatas kenangan masa lalu bagi Alvian maupun Aisyah.
"Pangeran jika kau memang benar-benar mencintai Aisyah pergi lah. Temukan dia dan lakukan semua yang bisa kau lakukan agar kalian bisa bersama.
Aku akan membatalkan pertunangan ini. Aku tahu bagaimana ditinggalkan orang yang kita cintai. Pergilah mencarinya, aku yakin Aisyah juga mencintai mu. "
"Aku tidak bisa melakukan hal yang ingin sekali ku lakukan Zira.
Aku ingin meninggalkan tahta Fortania dan hidup bersama Aisyah. Tapi aku tidak bisa mengorbankan rakyat ku dan kerajaan Fortania demi keinginanku itu.
Bukan karena tahta nya yang kuinginkan. Tapi aku tidak bisa membiarkan Fortania hancur. "
"Jika pun aku mencari Aisyah aku tidak mungkin menyuruh seorang suami menceraikan istrinya.
Apa yang ibu Aisyah katakan tadi benar. Aku harus merelakan kisah kami berakhir dan membiarkan Aisyah menjalani kehidupan barunya agar dia bahagia. "
"Bantu aku Zira, bantu aku melewati ini semua.
Aisyah adalah impian ku, dulu saat guruku bertanya apa impianku. Aku menjawabnya dengan yakin, menikahi Aisyah adalah impianku."
Zira melepaskan pelukannya dan menatap mata Alvian yang mengeluarkan air mata.
"Jujur saja aku pun tidak tahu harus membantu apa, karena melupakan seseorang yang kita cintai itu sulit.
Aku sudah melakukan segala cara tapi tidak bisa, bahkan mendengar nama nya saja sudah membuat ku gemetaran."
"Tapi kak, aku yakin memang harus membatalkan pertunangan ini, jadi kau bisa bebas memilih seorang wanita yang kau cintai dan kau nikahi. Aku berharap kau bisa melupakan Aisyah dan cepat menemukan wanita penggantinya kak.
Maafkan aku yang membuat mu sulit selama ini."
"Satu lagi kau harus jatuh cinta dengan wanita yang sederajat denganmu. Jika tidak kisah cintamu akan begini terus. Aku tidak mau memelukmu lagi nanti saat kau terluka."
"Jangan batalkan Zira, aku ingin menjalani nya denganmu. Alvian memegang kedua bahu Zira dan menatap mata nya."
****
TBC