Zira terbangun pagi ini karena handphone nya berbunyi, dia mendapat telpon dari manager nya.
Zira bangun dengan malas-malasan.
"Zira jelaskan padaku?? Aku sudah menelponmu berkali-kali tapi kenapa baru kau angkat sekarang??"
"Jelaskan apa lagi Mike?? Aku kan sudah mengosongkan jadwal pemotretan dan segala urusan lainnya sebelum aku pulang ke Indonesia!"
"Jelaskan tentang berita kalau kau akan bertunangan itu benar atau tidak? Kau tahu
Aku diikuti wartawan terus gara-gara berita pertunangan mu ini."
"Oh itu, biarkan saja dulu Mike.
Jika memang sudah saatnya aku akan konfirmasi semuanya.
Dan satu lagi Mike, tolong jangan terima pemotretan atau job apapun itu untuk dua bulan mendatang, aku ingin fokus terhadap kuliahku dulu. Dan tenang saja, gaji mu tidak akan berkurang sedikitpun."
"Baikalah nona Zira, semua perintah anda akan saya laksanakan. Tapi ingat hanya dua bulan. Karna jika lebih, bisa-bisa kau akan tidak dipakai lagi didunia modelling."
"Aku akan memikirkannya Mike sayang. Bye... Aku mau mandi dulu oke. Love you"
Zira mematikan ponsel nya dan bangkit dari tidur nya. Kelambu tempat tidur yang sangat halus itu dia singkirkan agar dia bisa berjalan mendekati cermin hias di kamarnya.
Saat bercermin Zira terkejut karena benda yang paling dia jaga tidak ada dilehernya.
Zira langsung menyambar selendang yang tertata rapi dilemari pakaian dikamarnya dan dia memakai nya.
Beberapa pelayan ingin mengikutinya tapi Zira menyuruh mereka untuk tinggal.
Zira berjalan sambil melihat-lihat kebawah apakah kalung itu terjatuh disana.
Dia mencarinya sampai ketempat dia bertemu dengan Alvian.
Rambutnya yang tertiup angin membuat Zira sedikit kesusahan karena harus menahan rambut dan juga selendang nya.
Alvian dari jauh melihat Zira masih memakai jubah tidur tipisnya itu berjalan sambil menunduk.
Rambutnya masih berantakan, dan dia hanya menutupi nya dengan selendang. Dan Alvian sangat menyukai Zira seperti ini.
Tadinya Alvian ingin mengembalikan kalung Zira itu, tapi sepertinya wanita itu sudah terlebih dulu mencarinya.
Alvian jadi berpikir apakah sepenting itu kalung ini bagi Zira. Apakah pria di foto itu adalah kekasih Zira.
"Apa kau mencari ini putri?? "
Alvian mendatangi Zira yang sedang mencari kalung nya.
Zira melihat Alvian dan pandangannya terkejut saat melihat Alvian menjuntaikan kalungnya.
Zira langsung mengambil kalung itu dan memakai nya. Tapi karena kesusahan akibat rambut nya yang panjang, Alvian memutari nya dan memakai kan kalung itu.
"Sini ku bantu, kenapa harus terburu-buru memakainya? Apa kalung ini sangat penting untukmu. "
"Ya kalung ini sangat penting." jawab Zira singkat.
Saat mereka masih berbicara dari kejauhan Aisyah melihat mereka berdua.
Dia melihat Alvian tersenyum dibelakang Zira karena wanita itu mengoceh.
Aisyah mulai tak yakin akan perasaan Alvian kepadanya lagi. Apakah karena kecantikan wanita itu Alvian bisa seperti itu pikir Aisyah.
Aisyah dipanggil oleh ketua pelayan dan dia pun segera pergi dari taman itu.
Ditempat lain Zira membalikkan tubuhnya menghadap Alvian.
Terimakasih pangeran, anda sudah membantu memakaikan kalung saya.
Saat Zira hendak pergi, Alvian menghentikan langkahnya.
"Apa pria di foto itu kekasihmu? "
Beberapa detik Zira terdiam dan dia tersenyum, "ya dia kekasihku".
"Lalu kenapa kau malah mau bertunangan dengan ku? Apakah pria itu membuat mu kecewa sehingga kau memilih kita bertunangan. Karena kau ingin kembali menyakitinya juga. "
"Dengar pangeran tidak baik mengasumsikan seseorang hanya dari pemikiran anda yang belum tahu pasti siapa yang anda nilai.
Anda hanya baru melihatnya dari foto ini, jadi bagaimana bisa anda langsung mengasumsikan orang seperti itu.
Lagi pula aku beritahu sesuatu pangeran. Aku bukan wanita yang suka lari dari masalah nya. Jika pria ini membuat ku kecewa aku sudah pasti akan memberinya perhitungan dan aku pasti tidak sudi menyimpan foto nya lagi. "
Lama mereka berpandangan saling memahami perasaan apa yang mereka rasakan sekarang. Mata hazel Zira kembali membuat Alvian terpesona.
Alvian mendekat dan membetulkan selendang dikepala Zira.
"Kau sangat cantik Zira, apalagi jika sedang berpidato seperti tadi. "
Zira memukul d**a Alvian dan Alvian tertawa.
"Hahahhhaha... Maafkan aku, tapi dengar kali ini aku serius. "
"Aku tidak mau mendengarkan mu lagi pangeran jelek. "
Zira ingin berlari tapi Alvian menarik tangannya. Dan jadilah Zira sangat menempel ketubuh Alvian.
"Dengarkan aku tuan putri Zira, jangan pernah memakai jubah tidur mu ini lagi saat keluar. Jubah ini bisa membuat seseorang mendekati mu dan menculik mu.
Apalagi aku kasihan melihat para pengawal dan prajurit istana menahan diri untuk tidak melihat mu. "
Zira baru sadar kalau dia masih memakai jubah tidur tipisnya.
Alvian menggendongnya tiba-tiba membuat Zira terkejut.
Zira tersenyum dan melihat Alvian yang juga tersenyum.
"Apa sekarang kau akan segera memintaku menikah dengan mu secepatnya pangeran?
Ya... Aku tahu aku memang seksi tapi kenapa baru sekarang kau menyadarinya walau jubah ini tipis tapi masih sangat sopan dari pada baju-baju ku saat dilondon."
Alvian tertawa karena ocehan Zira.
Pelayan yang heran karena Alvian tidak pernah tertawa sekarang tertawa.
Adegan itu terlihat oleh Baginda Raja dan Ratu yang sedang ada ditaman belakang istana itu juga. Meski dari kejauhan apa yang Zira dan Alvian lakukan masih dapat mereka lihat.
"Lihat lah Ratu ku, kita tidak salah memilih Zira sebagai calon istri Alvian."
"Benar suamiku," jawab ibunda Ratu.
****
Zira tersenyum saat mengingat kejadian tadi pagi bersama Alvian.
Saat ini Zira sedang berada diperpustakaan kerajaan. Dia membaca beberapa peraturan kerajaan bagi seorang putri.
Setelah selesai dengan bacaannya Zira hanya memikirkan tentang Alvian dan dia tadi.
Dia ingat semua perkataan Alvian termasuk.
"aku menggendongmu kembali ke paviliunmu karena aku tidak mahu mereka melihat calon istriku memakai pakaian tipis seperti ini"
"kau sangat cantik Zira"
Zira memutuskan keluar dari perpustakaan.
Tapi sampai dipintu perpustakaan seorang pelayan menabraknya.
"Maafkan hamba tuan putri, saya tidak sengaja."
Pelayan itu menundukkan wajahnya.
Saat Zira ingin melihat lebih jelas wajah pelayan itu Alvian datang.
"Apa kau tidak apa-apa??"
Alvian terlihat sangat khawatir kepada pelayan itu.
"Hey pangeran akulah yang ditabraknya. Dasar baru saja tadi pagi kau menggombaliku sekarang kau malah mengkhawatirkan gadis lain."
Zira membungkuk dan melihat wajah pelayan yang menunduk itu.
"Oh.... Jadi ini Aisyah, tidak usah takut kepadaku Aisyah. Anggap saja ini hutang karena aku tidak sengaja membuat mu jatuh kemarin."
Zira lalu pergi meninggalkan kedua orang itu dipintu perpustakaan.
Ntah kenapa Zira merasa kesal dengan sikap Alvian.
Dia merasa Alvian menyukainya, tapi dia juga tahu bahwa Alvian sangat mengkhawatirkan kekasihnya itu. Zira bukan benci terhadap pelayan bernama Aisyah itu hanya saja dia tidak suka sikap Alvian yang menurutnya plin plan.
Ataukah hanya perasaannya saja bahwa Alvian juga menyukainya.
Pelayan istana datang dan memberi hormat kepada Alvian dan Zira.
Sedangkan Aisyah masih disana juga menundukkan kepala mereka.
Maaf pangeran, baginda Raja dan yang mulia Ratu memanggil pangeran dan putri Zira ke paviliun Baginda Raja.
Tanpa menunggu Alvian Zira langsung pergi bersama pelayan tersebut.
Alvian masih diam melihat Aisyah.
"Aisyah temui aku jam 8 malam ini oke. "
"Maaf pangeran saya tidak bisa, saya harus menemani ibu saya ke rumah sakit. "
"Baiklah, sampaikan salam saya pada ibumu. "
Aisyah menunduk dan pergi dari hadapan Alvian. Alvian berjalan ke paviliun baginda Raja, saat sampai Alvian sudah melihat Zira memilih beberapa perhiasan dan gaun yang sangat indah.
"Apa baginda Raja memanggil saya??"
"Ya Alvian kemarilah nak, kamu akan bertunangan sebentar lagi seharusnya kalian pilih cincin pertunangan kalian."
"Iya Alvian sini bantu Zira memakai mahkota ini, tangan nya kan sedang terluka kamu saja sini bantu Zira melihat nya."
Zira tidak seceria biasanya dimata Alvian, apa yang membuat gadis yang super percaya diri ini tiba-tiba menjadi diam pikir Alvian.
"Tidak usah ibunda Ratu, saya sudah memutuskan untuk memilih gaun dan perhiasan yang ini saja saat acara pertunangan nanti."
Zira menunjukan perhiasan dan gaun yang dia maksud.
"Lalu bagaimana dengan cincin nya??
Apa kalian tidak ke kota untuk mencari nya saja?? Ibu rasa Zira juga mau sekalian berjalan-jalan di Fortania. "
Zira hanya diam dan tersenyum saja, dan Alvian bingung harus bagaimana.
"Zira sayang", terdengar suara wanita tua bersama dua orang pelayan yang membantu nya berjalan.
Zira langsung mendekat ke arah nenek Alvian itu.
"Ada apa ibu Suri?? Mari saya bantu. " Zira mendekati ibu suri dan tersenyum.
Nenek Alvian itu duduk di kursi dan membelai rambut Zira.
"Zira jika kamu tidak keberatan nenek punya sesuatu untuk pertunanganmu dan Alvian."
Zira melihat cincin indah bermata biru diletakan di tangannya oleh nenek Alvian.
"Dulu saat nenek dilamar kakek Alvian dia memberi ku ini.
Saat pertunangan ibu Alvian juga aku memberikan cincin ini kepadanya untuk disematkan. "
"Sekarang aku ingin menyerahkan cincin ini kepadamu.
Apa kau mahu menggunakan cincin ini dan menjaga nya sampai kau memberikannya kepada menantu mu kelak."
"Tentu saja saya mahu ibu suri, hanya saja apakah Alvian memang mau memberikan itu kepada saya atau tidak.
Saya takut dikira tidak tahu malu karena langsung menerima ini. "
Alvian merasa sangat aneh dengan sikap Zira ini, biasanya dia akan berbuat sesuka nya tanpa bertanya dulu. Tapi kenapa sekarang begini.
"Ah Zira, Alvian pasti tidak keberatan, harusnya dia bersyukur mendapatkan kamu yang baik cantik pula. "
"Jangan berlebihan memuji saya ibu Ratu, saya tidak sebaik itu. "
"Ayo sini Alvian pakaikan kepada Zira."
Alvian yang dipanggil neneknya menuruti perkataan neneknya. Saat memakaikan cincin bermata biru itu ke jari Zira dia menatap mata Zira.
Zira tidak heboh atau menggodanya seperti biasanya.
Zira seperti menahan sesuatu sekarang pikir Alvian.
***
Hari sudah mulai sore Alvian mendatangi Dion yang berada di taman belakang kerajaan.
"Apa kau merindukan Fara??"
Dion tersenyum dan meloudspeaker kan panggilannya.
"Hei kalian pangeran tampan ini ingin berbicara."
"Alvian.... Akan kubunuh kau saat kita bertemu nanti."
Itu adalah suara merow sahabat mereka.
Merow adalah fans Zira bahkan Merow rela pergi kemanapun demi melihat Zira melenggak lenggok di catwalk.
"Hahahahaha... Maafkan aku Merow aku tidak sengaja merebutnya darimu."
"Hei pangeran tampan ini aku" itu suara Aldrich.
"Kami akan segera kesana bersama Rose dan sahabatnya itu.
Tapi apa kau sudah bisa menangani Zira sekarang? Apa kau sudah tidak pernah bertengkar dengannya. "
"Kau ketinggalan sekali Aldrich, sepupu mu ini sudah jinak dengan Zira."
"Wah.. Wah... Zira memang adik perempuanku yang paling cantik dan berbakat."
Alvian hanya tersenyum dan memberikan handphone kembali pada Dion.
"Kami akan kesana secepat mungkin, bye...." Suara Merow mengakhiri panggilan mereka.
Hening sebentar hanya terdengar deburan suara ombak yang menemani mereka duduk dibangku taman belakang ini.
"Dion, apakah Zira memiliki kekasih!"
Tanya Alvian yang membuat Dion terkejut.
"Jika adikku itu memiliki kekasih, dia tidak akan sudi menerima pertunangan ini.
Kenapa kau menanyakan hal itu?? "
"Aku menemukan kalung Zira dan melihat fotonya bersama seorang pria yang menciumnya. "
"Oh... Itu memang kekasih Zira." Jawab Dion sedikit ragu.
"Lalu mengapa Zira mau bertunangan denganku kalau dia memiliki kekasih.
Apa benar pria itu menyakitinya?"
"Nama pria itu Reno, dia kekasih Zira. Dan mungkin Zira masih menganggapnya begitu.
Reno meninggal karena kecelakaan. Dia ingin memberi sureprise kepada Zira saat ulang tahun Zira dan Zira sendiri tidak tahu kalau Reno ingin menjemputnya malam itu."
"Aku, Fara, mommy, dan daddy lah yang tahu.
Reno dan Zira berpacaran saat Zira masuk kelas 2 SMA dan Reno adalah kakak kelas nya. "
"Semenjak meninggalnya Reno Zira semakin sibuk di dunia modelling dan menjadi susah ditebak.
Dia melarang aku maupun daddy untuk naik motor dan dia juga tidak lagi ingin ada sureprise dihari ulang tahunnya.
Aku tahu Zira suka berdekatan dengan pria manapun yang menyukainya.
Tapi Zira hanya sebatas menghormati perasaan mereka dan tidak lebih dari itu.
Dia selalu memakai kalung dengan liontin hati dari Reno. "
"Reno ingin memberikan kalung itu dan sebuah boneka.
Boneka itu juga setahu ku selalu dibawa Zira kemanapun dia pergi.
Boneka beruang itu memiliki rekaman suara Reno.
Reno selalu menyebut Zira dengan sebutan Princess dan Zira sangat menyukainya. "
Alvian tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Ternyata Zira yang selama ini dia lihat ceria menyimpan kesedihannya.
"Apa Reno itu anak orang terpandang seperti dirimu?"
"Tidak, Reno hanya anak dari seorang buruh pabrik diperusahaan milik uncle hans ku. Dan Reno sendiri bekerja paruh waktu sebagai office boy dikantor daddy ku.
Tapi Reno sangat pintar. Itu yang membuat mommy dan daddy ku menyukai nya juga."
"Pantas saja Zira berkata dia mungkin tidak akan menemukan pria yang tulus mencintainya lagi."
"Kalau itu Zira lah yang aneh.
Saat dia pertama bertemu Reno dia memakai kaca mata tebal dan membuat dirinya sejelek mungkin selama disekolah. Dan Reno tahu dia adalah Zira Al'derson George si model cantik saat mereka pertama kali kencan. "
Dion tersenyum mengingat wajah Zira yang pulang karena tidak jadi berkencan dengan Reno. Reno tidak mengenalinya karena Zira berubah 180 derajat dari yang dia tahu.
Alvian mendengar semua tentang Zira dari Dion, dan dia tidak menyangka bahwa selama ini dia salah menilai Zira adalah perempuan nakal. Dia harus minta maaf pikirnya.
*****
Alvian masuk kedalam paviliun Zira, para pelayan memberi hormat sedangkan Zira sepertinya berada dikamar.
Alvian membuka pintu kamar perlahan.
Dan dia mendengar,
Happy birthday princess Zira, maafkan pacarmu yang payah ini ya.
Aku tidak bisa merangkai kata-kata indah untuk ulang tahunmu princess
Tapi kau harus tahu saat ini aku berdoa agar dirimu selalu bahagia, karirmu sukses dan nilai-nilaimu bagus terus.
Aku mencintaimu Zira, sampai aku mati aku akan selalu mencintaimu.
Baiklah dengar kan lagu ini yah...
Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan semua takkan mampu mengubah ku, hanya kaulah yang ada direlungku.
Hanya lah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta kau bukan hanya sekedar indah.
Kau tak akan terganti....
I love you princess...
"Kau tak akan terganti.... "Zira ikut menyanyikan lagu itu. Dan air mata keluar dari mata nya sambil dia memeluk erat boneka beruang kecil itu.
"I miss you bodoh,, I love you too my prince. "
Alvian mengurungkan niat nya menemui Zira saat ini. Dia keluar dari paviliun Zira dan pergi ke Paviliunnya.
Dia mengerti mengapa Zira selalu berkata berjuanglah dan tidak melupakan cintamu. Karena saat kau kehilangan orang yang kau cintai kau tidak akan mampu memperjuangkannya lagi.
Dan dia harus memperjuangkan Aisyah nya.
Dia menulis surat dan menyuruh pengawal pribadinya menyampaikan surat nya itu ke Aisyah.
*****
TBC