Part 2

1393 Words
"Selamat pagi pa, oma" sapa Danisa pada Edgar dan omanya, ia sudah memakai pakaian sekolah, ia adalah siswa kelas VII SLTP ternama di Surabaya. "Selamat pagi sayang, ayo sarapan, setelah itu papa antar kamu ke sekolah" ucap Edgar. Danisa yang baru duduk menatap papanya heran, biasanya papanya ini sangat sibuk sehingga tidak ada waktu untuknya, apalagi mau mengantar pergi sekolah. "Papa sehat?" tanya Danisa membuat mama Edgar, bu Aisyah tergelak mendengar pertanyaan Danisa. "Nisa...." tegur bu Aisyah. "Piss oma, tumben sih pa mau antar Nisa?" "Mulai sekarang papa akan antar kamu sekolah sayang, memang kamu nggak mau?" "Mau dong pa, mau banget" "Pulangnya baru dijemput driver kamu ya" "Iya pa, Nisa sayang papa" ucap Danisa senang. Selama ini papanya selalu sibuk mengurus bisnis hotelnya yang memiliki banyak cabang, setelah mamanya meninggal papanya itu makin menenggelamkan diri dalam pekerjaan. "Pa....weekend tante Alila ngajak Nisa jalan jalan" Edgar menoleh pada mamanya kemudian pad Danisa. "Kamu suka kalau jalan sama tante Alila?" tanya Edgar. "Suka aja sih pa, baru beberapa kali juga jalan sama tante Alila" "Kamu mau?" "Boleh?" "Boleh, kenapa enggak. Asal kamu senang" "Papa nggak ikut?" "Papa kan harus ke Hongkong weekend ini, papa janji weekend depan ya kita jalan?" "Sama tante Alila?" "Terserah kamu, kamu mau sama papa aja atau sama tante Alila juga" "Ya udah itu nanti aja Nisa fikirkan lagi" "Ya sudah, habiskan sarapan kamu lalu papa antar ke sekolah" "Oke pa." Mereka kemudian melanjutkan sarapan pagi, setelah selesai sarapan Edgar dan Danisa pamit pada bu Aisah untuk berangkat, bu Aisah senang melihat perubahan Edgar yang mulai memerhatikan Danisa, entah Edgar berjodoh atau tidak dengan Alila namun ia akan berusaha mendekatkan keduanya agar Danisa bisa memiliki ibu lagi yang bisa menyayanginya, ia memilih Alila karena Alila adalah teman Edgar sejak kecil, ia juga tahu Alila memiliki perasaan pada Edgar sejak dulu namun takdir berkata lain, Edgar menikah dengan orang lain, bahkan hingga kini Alila tidak menikah karena masih memiliki perasaan pada Edgar, dan mungkin Alila adalah jodoh Edgar nanti. Edgar mengantarkan Danisa ke sekolahnya dan langsung menuju hotelnya yang berjarak 30 menit dari sekolah Danisa. Edgar segera menuju ruangannya di lantai 25 dan segera memasuki ruangannya, saat memasuki ruangannya ia melihat Ara sedang membereskan ruangannya. "Selamat pagi pak Edgar, permisi saya sudah selesai membersihkan ruangan ini" tanpa menunggu jawaban Edgar Ara segera melangkah keluar membawa peralatan kebersihannya. "Tunggu....." cegah Edgar pada Ara. Ara menghentikan langkahnya dan berbalik. "Kenapa pak?" "Kenapa semalam kamu berlari? Apa kamu fikir saya akan berbuat jahat? Saya hanya ingin mengantar kamu pulang" "Maaf pak, saya tidak ingin merepotkan, lagi pula daerah kemarin sudah dekat dengan tempat tinggal saya" "Dekat tempat tinggal kamu?" itu daerah perkantoran dan terdekat dengan police station? Apa kamu tinggal di area perkantoran atau di kantor polisi?" tanya Edgar menatap Ara heran. "Itu....bukan itu maksud saya pak, saya...." "I just kidding, kamu boleh pergi" ucap Edgar kemudian berjalan menuju meja kerjanya. Ryara menghela nafas lega, ia kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari ruangannya Edgar namun terhenti sesaat di ambang pintu dan melirik Edgar, kemudian kembali melanjutkan langkahnya. Oooo----oooO "Kamu senang Nisa hari ini?"  "Senang tante, makasih ya sudah ajak Nisa jalan jalan." "Tante senang kalau kamu senang" ucap Alila yang sedang fokus mengemudi. Alila baru saja pulang mengajak Danisa jalan jalan di mall, hari sudah beranjak malam saat mobil mereka melintasi jalanan sepi dan tiba tiba 2 orang menghadang mobil mereka membuat Alila menginjak rem hingga bunyi ban mobil yang di rem mendecit. "Tante....mereka siapa? Jangan jangan orang jahat" "Kamu tenang dulu Nisa" "Nisa takut tante"  Mereka masih diam dalam mobil. "Keluar kalian!!" teriak salah satu pria yang menghadang mobil Alila namun Alila dan Danisa masih diam dalam mobil, Alila juga takut sebenarnya namun ia tak ingin membuat Danisa makin ketakutan, ia harus melindungi Danisa. Dua laki laki itu mendekati mobil Alila kemudian menggebrak mobilnya dengan tangan kekarnya. "Keluar aku bilang!!!"  "Kamu disini saja ya Nisa" "Tapi tante..." "Kamu tenang, tante nggak akan membiarkan mereka menyakiti kamu" ucap Alila kemudian membuka pintu dan keluar mendekati pria pria itu. "Apa mau kalian" "Serahkan tas kamu" "Enggak...!! "Serahkan atau kami akan menyakiti dia" ucap laki laki itu menunjuk pada Danisa dalam mobil, salah satu pria itu mendekati pintu mobil kiri sebelah Danisa dan membuka pintu, ia menarik Danisa keluar.  "Tante Alila....tolong Nisa" "Lepaskan dia!!" pekik Alila Salah satu pria itu mengeluarkan pisau dan meletakkan dileher Danisa, wajah Danisa semakin ketakutan, ia sudah menangis karena ketakutan. "Jangan sakiti dia" ucap Alila berusaha mendekati Danisa namun tengkuknya dipukul oleh pria itu dan langsung pingsan. "Kita bawa gadis kecil iti, kita bisa meminta tebusan, sepertinya orangtuanya kaya raya" ucap pria itu kemudian berjalan membawa Danisa meninggalkan Alila yang pingsan. "Lepaskan dia!!"  Dua pria itu menghentikan langkahnya. Mereka berbalik dan melihat wanita dengan memakai seragam polisi. "Ibu polisi.... Ibu sendirian, bagaimana bisa menangkap kami yang berdua dengan badan tegap ini" ucap pria itu sombong. Polwan itu berjalan mendekat pada dua pria itu, ia hanya tersenyum. "Kenapa penjahat pria seperti kalian selalu meremehkan polwan?" ucap polwan itu. "Lepasan gadis kecil itu, apa kalian tidak malu melakukan ini" "Jangan banyak bicara" salah satu pria itu kemudian menyerang polwan itu, dengan beberapa jurus saja polwan itu bisa menumbangkan pria itu, sedangkan pria yang memegang Danisa melepaskan pegangannya pada Danisa san juga menyerang polwan itu, sama dengan yang pertama pria itu pun tersungkur namun ia kemudian berdiri dan coba menggunakan pisau membuat lengan ataa polwan itu terluka. Dengan sekali tendangan pria itu tersungkur pingsan. Polwan itu menghubungi markas dan meminta petugas datang, ia memegang lengan atasnya yang terluka. "Ibu nggak apa apa?" Danisa sudah ada di sebelah polwan itu. Polwan itu tersenyum. "Kamu kenapa sendirian di jalan sepi seperti ini, bahaya dek" ucap polwan itu. "Ya Tuhan tante Alila" Danisa berlari menuju Alila yang terkulai pingsan di samping mobilnya, polwan itu mengikutinya. "Mama kamu?" "Bukan bu, ini tante saya" "Sebentar lagi rekan saya datang, kamu tenang ya, kami akan membawanya ke rumah sakit" Tak berapa lama petugas polisi datang dan menolong Alila juga Danisa. "Van....kamu terluka?" tanya salah satu anggota polisi yang datang. "Biasalah, dia tadi bawa pisau" "Ya udah sekalian kita ke rumah sakit" "Iya" Pria pria itu dibawa ke kantor polisi sedangkan Alila, Danisa dan polwan itu di bawa ke rumah sakit terdekat. Danisa duduk di kursi sebelah brankar dimana Alila masih terbaring pingsan, ia terlihat khawatir apalagi ia belum mengerti tentang semua itu. "Dia akan baik baik saja" ucap polwan yang tadi menolong Danisa dan Alila, Danisa melihat lengan polwan itu sudah diperban. "Bu polwan...." "Nama kamu siapa?" "Danisa bu" "Kamu jangan Khawatir, kamu sudah menghubungi keluarga kamu" "Sudah bu, saya sudah menelpon papa saya" "Terima kasih bu.....Vanka" ucap Danisa yang membaca nama d**a polwan itu. "Sama sama, itu sudah tugas saya sebagai polisi, baiklah saya pergi dulu" pamit Vanka. Danisa mengangguk, Vanka kemudian keluar dari IGD dan berbelok ke kanan sedangkan Edgar masuk melalui sisi kiri IGD. "Nisa....ya Tuhan apa yang terjadi, kamu nggak apa apa kan sayang?" "Nisa nggak apa apa kok pa, cuma tante Alila yang tadi dipukul penjahat itu" "Apa dia terluka parah sayang?" ucap Edgar khawatir. "Enggak pa, kata bu Vanka tante Alila baik baik saja" "Syukurlah....bu Vanka siapa? Dokter disini?" tanya Edgar. "Bukan pa. Polwan yang tadi menolong Nisa dan tante Alila, kalau bu Vanka tidak datang, Nisa nggak tahu bagaimana nasib kami, tadi penjahat itu meletakkan pisau disini" ucap Danisa menunjuk lehernya. "Syukurlah ada dewi penolong saat kamu dalam bahaya" "Iya pa, tapi malah bu Vanka yang terluka lengannya karena nolongin Nisa" "Bu Vanka terluka? Parah?" "Nisa nggak tahu pa, tapi tadi sudah dibalut lukanya." "Ya udah biar papa cari bu Vanka dan ucapkan terima kasih, kamu jagain tante Alila dulu" "Iya pa" Edgar keluar dari IGD dan mencari-cari sosok polwan yang dimaksudkan Danisa. Dari kejauhan ia melihat 3 orang polisi dan salah satunya adalah polwan. Edgar melangkah mendekati mereka. "Permisi bu Vanka..?" Ketiga polisi itu menoleh pada Edgar. "Anda siapa?" tanya polwan itu. "Saya Edgar, orangtuanya Danisa, korban perampokan di jalan Elang" "Maaf, saya bukan bu Vanka, beliau sudah kembali ke markas, kami yang akan bertanya pada korban tentang kejadian tadi" "Oh...." Edgar melirik nama d**a polwan itu yang adalah Ranita. "Boleh saya minta nomor ponselnya? Saya ingin mengucapkan terimakasih karena sudah menolong anak saya" "Baiklah" polwan itu memberikan kontak Vanka pada Edgar. "Terima kasih" Edgar kemudian kembali ke IGD, ia mencoba menghubungi Vanka namun nomornya tidak aktif, Edgar memutuskan menghubunginya lain kali. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD