Part 1

1368 Words
"Ara ......" "Iya bu Nina" "Semalam pulang jam berapa?" "Jam 9 malam" "Sebenarnya pak Edgar melarang pegawai Lembur Ra, tapi kamu keras kepala" "Kan biar esok harinya ringan pekerjaan saya bu Nina" "Ya sudah, aku hari ini ada urusan jadi aku ijin cuti, tolong bersihkan ruangan pak Edgar dan pak Efryan" "Pak Efryan?" "Iya, dia adiknya pak Edgar, jabatannya sebagai wakil direktur, pak Edgar kan sering keluar negeri ke cabang cabang hotelnya jadi pak Efryan yang memegang kepemimpin sementara waktu" "Oh begitu" "Iya, ya sudah aku pergi ya Ra" "Iya bu" Bu Nina keluar dari ruang locker khusus OG, sedangkan Ryara bersiap melakukan tugasnya, ia mengambil peralatan kebersihan dan segera menuju lantai 25 dengan menggunakan lift, ia kemudian membersihkan ruangan direktur dengan teliti, ia lihat Ruangan ini sangat luas, dengan meja kerja besar dan lemari file di belakangnya. Sebelah kanan ada sofa set berwarna coklat tua, juga ada mini bar di sudut ruangan, juga beberapa fasilitas mewah lainnya. Ryara mulai membersihkan ruangan dengan sesekali menoleh ke arah pintu, entah apa yang diperhatikan oleh Ryara. Hingga langkah kaki yang begitu jelas terdengar di telinganya, ia menatap ke arah pintu dan melihat direktur hotel yang adalah Edgar, Edgar menoleh pada Ryara sesaat dan melanjutkan langkahnya menuju mejanya dan duduk di kursi kebesarannya. "Boleh saya minta tolong?" "Bapak bicara pada saya?" "Tentu saja, disini kan hanya ada kamu" "Iya, bapak mau minta tolong apa?" "Baiklah pak, saya akan ke pantry dulu" "Eh tidak usah, di mini bar itu ada kompor listrik mini untuk membuat kopi, lengkap" Ryara menoleh pada minibar kemudian mengangguk. Ia letakkan peralatan kebersihannya dan melangkah menuju minibar dan menyiapkan kopi, disana juga lengkap berbagai minuman dari yang instan dan ada juga yang beralkohol. Ia meracik kopi di cangkir mewah yang ada disana, dalam waktu singkat kopi sudah siap, Ryara tak tahu takaran kesukaan bosnya itu namun ia hanya memakai takaran kesukaannya. Ryara kemudian membawa secangkir kopi itu ke hadapan Edgar. "Silahkan pak Edgar" ucap Ryara meletakkan kopi di depan Edgar. "Makasih....eh....., siapa nama kamu?" "Nama saya Ara pak" "Terima kasih Ara, kami boleh melanjutkan pekerjaan kamu" "Baik pak" Ryara yang sudah selesai melakukan tugasnya keluar dari ruangan Edgar. Sebelum keluar ia melirik Edgar sekilas, terbersit rasa kagum dihati Ryara, pantas saja sejak awal mulai bekerja banyak karyawan terutama para office girl teman teman Ryara selalu memuja dan mengelu elukan Edgar, walau sudah berumur matang diatas 40 tahun tapi Edgar terlihat masih muda, pria itu juga ramah pada siapa saja tanpa membedakan kedudukan, apalagi Edgar seorang duda karena ditinggal istrinya meninggal karena kecelakaan dengan seorang putri berusia 12 tahun. Ryara sering mendengar para office girl berandai andai jika mereka bisa mendapatkan hati Edgar tapi sayang Edgar sudah menjalin hubungan dengan Alila, sahabat masa kecilnya atas permintaan mamanya karena ingin cucunya mendapatkan perhatian seorang mama, namun Ryara tidak ikut dalam deretan pemuja Edgar karena bukan itu tujuan Ryara bekerja di hotel ini. Ryara kemudian memasuki ruangan wakil direktur dan mulai membersihkannya. Ia melihat sebuah berkas yang dibuang ditempat sampah, ia mengernyitkan keningnya kemudian mengambil berkas itu dan membacanya. "Apa yang kamu lakukan?" Ryara tersentak dan menjatuhkan berkas yang ia baca. "Ma.....maaf pak, ini ada berkas di tempat sampah jadi saya baca, mungkin penting" "Jangan sok tahu, kalau sudah di tempat sampah berarti itu sudah tidak berguna lagi" "Maafkan saya pak, biar saya buang sampahnya" "Ya sudah sana keluar" "Baik pak Efryan" Ryara buru buru keluar dengan membawa tempat sampah untuk membuangnya. ~~~ ~~~ Efryan berjalan dengan waspada, ia menaiki lift menuju lantai 10, ia keluar dan melangkah, menoleh ke kanan dan kiri, ia menuju kamar di ujung koridor dan masuk. Ia tak tahu jika ada seseorang yang mengawasi gerak geriknya, saat Efryan masuk kamar di ujung, yang mengikutinya memasuki kamar di sebelah kamar itu. 2 jam kemudian Efryan keluar bersama dua orang pria bertubuh tegap dan meninggalkan kamar itu, Efryan dan dua pria itu kemudian turun melalui tangga darurat, dan keluar lewat pintu samping hotel menuju area parkir dan menaiki mobil. Oooo---oooO Edgar keluar dari lift lobby hotel, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan ia baru pulang, ia merasa bersalah pada Danisa, putrinya karena tidak bisa memberikan perhatian karen kesibukannya, untungnya ia dan Danisa tinggal bersama bu Aisyah, mamanya sehingga ia masih bisa tenang karena putrinya berada di tangan terbaik dalam mendidik anak, sedangkan Efryan, adiknya memilih tinggal di apartemen. Ia menghubungi sopirnya dan memintanya membawa mobil ke depan lobby, ia segera masuk saat mobil Alphard warna metalik sudah berada di depan lobby, sopir segera melajukan mobil, Edgar menyandarkan tubuhnya yang lelah dan memejamkan matanya sejenak namun entah kenapa ia membuka lagi matanya dan mengawasi jalanan, ia mengernyitkan keningnya saat melihat seseorang yang ia kenal. "Stop pak" "Kenapa bos?" "Berhenti saja dulu" Sopir Edgar menghentikan mobilnya, Edgar keluar dari mobil. "Tunggu....!!" pekik Edgar, gadis itu menghentikan langkahnya, ia membalikkan badannya, matanya membola saat mengetahui siapa dihadapannya. "Pak Edgar??!!" "Kamu mau pulang? Jalan kaki?" "I...iya pak, kost saya dekat sini" "Biar saya antar, ini sudah sangat malam, bahaya kalau kamu pulang Sendirian" "Tidak usah pak terima kasih" Ryara segera melangkah pergi meninggalkan Edgar dengan langkah cepat. "Hei tunggu...!!" Namun Ryara tidak menghiraukan panggilan Edgar, ia malah mempercepat langkahnya bahkan cenderung berlari. Edgar heran melihat reaksi pegawainya itu. "Aneh sekali gadis itu" Edgar kemudian kembali ke mobil. "Itu tadi mbak Ara kan pak?" "Kamu kenal Dia To?, aku tadi berniat mengantarnya pulang karena ini sudah malam, tidak baik dia pulang sendiri" "Kenal bos" "Bukannya dia office girl baru?" "Iya bos, sekitar 2 minggu" "Dari ucapan kamu, kamu seperti sudah akrab" "Mbak Ara memang ramah bos, suka bergaul sama banyak orang, bos tanya aja semua pegawai hotel pasti kenal semua" "Wah bagus buat marketing ya dia To, kalau dia pandai bergaul gitu pasti akan bisa menarik klien, aku lihat wajahnya juga lumayan. Tapi kenapa dia melamar jadi office girl, nggak bagian front office" "Masalah pendidikan mungkin bos" "iya kamu benar To, ayo kita pulang" "Siap bos" Pak Wanto, sopir Edgar kembali melajukan mobil menuju pulang, baru dua minggu bekerja dan sudah banyak yang mengenalnya itu hal menakjubkan bagi Edgar, ia yakin gadis bernama Ara itu berbakat dalam hal marketing. Wanto kagum pada bosnya itu, tanpa melihat jabatan ia berniat mengantarkan pulang, itu sudah sering dia lihat, beberapa kali bosnya itu mengantarkan pegawai pulang saat bertemu dijalan tanpa ada niat lain, ia tahu bosnya itu sangat baik, ia pun pernah merasakan kebaikan Edgar, saat istrinya melahirkan dan ia tak punya tabungan Edgar membiayai semua biaya persalinan juga memberikan uang dan tak menganggap itu sebagai pinjaman, tak sekali dua kali bosnya itu menolongnya, itu membuatnya betah bekerja menjadi sopir pribadi Edgar. Edgar memasuki rumah mewahnya dimana ia tinggal bersama mamanya dan putrinya. Rumah bertingkat tiga itu luas dan mewah dengan ornamen ornamen guci besar di sudut sudut rumah. Edgar memilih kamar di lantai dasar, mamanya juga sedangkan Danisa putrinya memilih kamar di lantai 2. Saat ia melewati ruang keluarga ia lihat mamanya sedang duduk disana. "Mama??!, mama belum tidur, ini sudah sangat larut ma" Edgar mendekati mamanya dan duduk disamping mamanya. "Mama menunggu kamu Gar, mama mau bicara" "Mama mau bicara apa?" "Kapan kamu akan menikah dengan Alila?" Edgar tersentak saat mendengar pertanyaan mamanya, ia menghela nafas panjang. "Edgar belum berfikir untuk menikah lagi ma" "Kamu jangan egois Gar. Fikirkan Danisa, ia butuh figur seorang ibu" "Tapi kan sudah ada mama" "Mama ini neneknya Edgar, pasti beda" "Apa bedanya ma, cara mendidik mama berhasil membuat Edgar jadi seperti sekarang ini kan?" "Kamu selalu bisa menjawab. Baiklah lupakan soal figur seorang ibu untuk Danisa. Kamu seharusnya menikah agar ada seorang istri yang akan merawat dan melayani kamu, jangan bilang sudah ada mama" Edgar tersenyum menatap mamanya. "Edgar belum bisa ma menikah lagi, dan mungkin tidak akan bisa. Mama yang minta Edgar dekat dengan Alila namun Edgar tidak bisa menganggapnya lebih dari sahabat ma, Alila itu sahabat masa kecil aku dan selamanya akan aku anggap sebagai sahabat. Mama tolong mengerti itu" "Mama hanya ingin kamu bahagia nak, memiliki istri yang mencintai kamu" "Aku bahagia seperti ini ma, memang aku kurang perhatian dengan Amanda tapi akan aku usahakan untuk memberikan kasih sayang padanya" "Baiklah jika itu keinginanmu Gar, tapi mama berharap kamu akan menjalin hubungan lagi dan menikah lagi." "Akan aku fikirkan ma" "Baiklah kamu istirahat" Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD