Part 3

1373 Words
Edgar masuk dalam rumah bersama Danisa setelah tadi mengantarkan Alila pulang, bu Aisyah sudah menunggu mereka di ruang tamu walau jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. "Akhirnya kalian pulang juga, Nisa....kamu nggak apa apa kan sayang?" tanya bu Aisyah meraba wajah dan tubuh Danisa. "Nisa nggak apa apa oma, santai." "Ish...santai santai, oma khawatir sama kamu, kamu malah begini" omel  bu Aisyah. "Iya oma maaf" Mereka kemudian duduk di sofa. "Bagaimana ceritanya sih Nisa sampai kalian dihadang penjahat?" "Itu tadi tante Alila lewat jalan sepi oma lalu penjahat tadi menghadang kita, untung tadi ada bu Vanka yang menolong kita" "Bu Vanka? Siapa itu?" "Kebetulan ada polwan yang lewat ma lalu menolong Nisa dan Alila" "Iya oma, dia hebat banget deh oma bisa mengalahkan dua orang penjahat bertubuh kekar seorang diri" "Polwan sudah biasa itu Nisa" "Tapi beneran oma, Nisa lihat sendiri tadi, sayang penjahatnya bawa pisau makanya bu Vanka kena pisau dan terluka lengannya karena menolong Nisa" "Tapi dia nggak apa apa kan sayang?" "Nggak apa apa sih" "Baguslah kalau begitu" "Nisa kagum deh sama bu Vanka, mmm.... Nisa mau deh jadi seperti bu Vanka" "Maksudnya kamu mau jadi polisi?" tanya Edgar. "Iya pa..." jawab Danisa tersenyum sambil menerawang. "Nggak....nggak bisa, papa nggak mengijinkan" ucap Edgar tegas. "Loh...kok gitu sih pa" protes Danisa. "Profesi itu adalah profesi paling papa tidak bayangkan untuk jadi cita cita kamu, penuh bahaya" "Tapi pa....." "Edgar......itu masih cita cita dini Danisa, belum tentu nanti akan dia lakukan. Bisa saja berubah, kamu jangan terlalu keras pada Nisa" Edgar menghela nafas panjang. "Ya sudah, Nisa istirahat dulu sana, pasti capek kan seharian jalan jalan?" "Iya oma, pa, Nisa naik dulu" "Good night honey, sweet dream" ucap Edgar mencium kening Danisa. Danisa segera naik ke kamarnya. "Mama juga istirahat, ini sudah malam." "Kamu juga istirahat Gar, besok kan kamu mau ke Hongkong" "Iya ma, aku sekalian pamit ya, aku berangkat pagi sekali besok" "Iya, kamu hati hati" ~~~ ~~~ "Kamu hari ini mau jalan jalan lagi sama tante Alila?" "Rencana awal kan gitu, tapi kejadian kemarin kan tante Alila jadi sakit, gak jadi lah oma" "Ya udah di rumah aja sama oma" "Oke....eh oma kita ke kantor polisi yuk" "Ke kantor polisi? Mau apa Nisa?" "Kan kemarin papa cariin bu Vanka untuk bilang terima kasih tapi bu Vanka sudah kembali ke markas, kita kesana bawain bu Vanka hadiah sebagai ucapan terimakasih" usul Danisa. "Boleh juga, oma juga ingin kenal sama seseorang yang kamu kagumi" "Ya udah, Nisa ganti baju ya oma" "Iya, oma juga" Bu Aisyah masuk dalam kamar dan berganti pakaian, tak lama ia sudah menunggu Danisa di ruang tamu, setelah Danisa turun dari kamarnya mereka kemudian keluar dan menaiki salah satu mobil mereka, bu Aisyah memilih mobil Alphard putih dan meminta salah satu sopir untuk mengemudikan mobil, keluarga bu Aisyah memiliki 4 sopir untuk mengemudikan mobil mobil mereka, 1 khusus Edgar, 1 khusus menjemput Danisa dan mengantarnya kemanapun, 1 khusus bu aisyah dan 1 lagi khusus untuk mengantar art belanja. "Nisa, kita mau belikan apa buat Vanka?" "Apa ya oma enaknya?" "Baju?" "Jangan, kita kan nggak tahu selera bu Vanka oma" "Apa dong Nisa?" "Jam tangan aja oma, polisi kan harus tepat waktu" "Oke deh kalau gitu, pak, kita ke toko jam tangan biasanya ya" "Baik nyonya" Bu Aisyah dan Danisa memilih jam tangan yang tidak terlalu feminin untuk diberikan pada Vanka, setelah dibungkus rapi mereka segera meluncur ke mabes dan menuju bagian informasi. "Selamat siang bu, bisa saya Bantu?" tanya seorang petugas ramah. "Saya ingin bertemu bu Vanka, beliau ada?" "Bu Vanka? Di satuan apa kalau boleh tahu?" Bu Aisyah dan Danisa saling pandang karena mereka tidak tahu satuan dari Vanka. "Kami tidak tahu pak" jawab bu Aisyah bingung. "Satuan kami banyak bu, ada satreskrim, satresnarkoba dan lain lain" "Gimana oma?" "Kita coba cari aja di satreskrim dulu siapa tahu disana, pak satreskrim sebelah mana?" "Ini lurus aja lalu belok kanan bu, nah satreskrim ada di kiri ibu, kalau satresnarkoba berhadapan dengan satreskrim" "Baiklah, terima kasih pak" ucap bu Aisyah mengajak Danisa masuk lebih dalam. Saat akan masuk satreskrim Danisa mencegah bu Aisyah. "Ada apa Nisa?" "Aku lihat tadi bu Vanka jalan kesana oma?" tunjuk Danisa. "Ya udah buruan kita susul" jawab.bu Aisyah menarik tangan Danisa kearah tangan Danisa menunjuk. "Bu Vanka..!!" Danisa memanggil Vanka yang ada tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. Vanka berhenti dan membalikkan badan, ia mengernyitkan dahinya mengingat sesuatu. Bu Aisyah dan Danisa berjalan mendekati Vanka yang berdiri menunggu mereka. "Iya ibu, bisa saya bantu?" tanya Vanka. "Bu Vanka ingat saya kan? Yang kemarin ibu tolong" Vanka mengangguk. "Ah iya, bagaimana keadaan tante kamu gadis kecil?" tanya Vanka. "Nama saya Danisa bu Vanka, panggil saja Nisa" "Oh iya Nisa" "Kenalkan, ini oma saya" "Saya bu Aisyah, omanya Nisa" "Saya Vanka bu" "Sepertinya kamu masih sangat muda?" ucap bu Aisyah. "Ibu bisa saja, apa yang bisa saya bantu?" tanya Vanka. "Saya ingin berterima kasih karena sudah menyelamatkan cucu saya ini" "Itu sudah tugas saya bu" "Iya saya tahu, tapi tidak apa apa kan jika kami berterimakasih?" "Tentu saja bu" "Tolong terima ini sebagai ucapan terimakasih kami" bu Aisyah memberikan kotak kecil berisi jam tangan yang mereka beli tadi. "Tidak perlu bu, saya kan sudah bilang itu sudah tugas saya, tidak perlu memberi hadiah. Itu tidak benar bu" ucap Vanka. "Saya mohon bu Vanka terima ya?" ucap Danisa menatap Vanka memohon. Vanka terdiam melihat gadis kecil yang memohon padanya, ia merasa tidak tega menolaknya namun ia juga tidak bisa menerimanya. "Baiklah gadis kecil...mm... Nisa, saya akan menerimanya. Tinggi kamu akan menyamai oma kamu, berapa usiamu?" "12 tahun" "Wah masih 12 ya, masih bisa tinggi lagi" "Bu Vanka tahu, ia bercita cita sebagai polisi setelah melihat bu Vanka mengalahkan penjahat penjahat itu semalam" "Benarkah?, belajar yang rajin agar cita cita tercapai" "Tapi papa tidak setuju bu" jawab Danisa. "Kenapa?" "Hhh....kita tidak udah membahas itu Nisa, tolong terima ya bu" Vanka kemudian mengambil kotak kecil ditangan bu Aisyah. "Terima kasih atas hadiahnya bu Aisyah" "Sama sama bu Vanka" "Apa boleh lain kali kami mengundang bu Vanka untuk makan bersama dirumah kami?" "Tapi bu saya......" "Saya tahu bu Vanka pasti disibukkan dengan tugas, tapi jika ada waktu senggang mungkin bu Vanka bisa" "Baiklah tapi saya tidak janji ya bu" "Tentu terima kasih, kalau begitu kami pamit pulang bu Vanka" "Baiklah, sekali lagi terima kasih bu Aisyah, Danisa" Oooo----oooO "Ara....." "Iya bu Nina?" "Besok malam kan ada acara di ballroom, kamu bisa lembur? Soalnya ini acara seorang artis terkenal yang tunangan dan ingin semuanya sempurna jadi semua pagawai yang bersangkutan harus lembur seperti kita cleaning service sama kitchen dan waiters" "Lembur ya bu?" tanya Ara berfikir sejenak. "Iya, kamu ada urusan penting?" "Nggak ada kok bu, saya akan lembur" ucap Ara pada bu Nina, kepala cleaning service di hotel ini. "Bagus, aku lihat pekerjaan kamu bagus, kamu juga supel. Baru juga beberapa minggu sudah banyak yang kenal sama kamu" "Biasa aja kok bu Nina, saya langsung ke lantai 25 ya bu" "Iya, nanti aku kesana, aku harus melakukan sesuatu dulu" Ara kemudian melangkah keluar dari ruangan peralatan cleaning service dan membawa alat untuk membersihkan ruangan di lantai 25. Saat memasuki ruangan Efryan, wakil direktur ia terkejut karena Efryan sudah ada disana. "Selamat pagi pak Efryan" sapa Ara. "Mmm....." Efryan tidak memandang Ara, ia fokus pada layar laptopnya. Ara heran kenapa pagi sekali Efryan datang di kantornya, karena selama ia kerja dihotel itu ia tak pernah melihat Efryan datang pagi, paling pagi Efryan datang jam 10 pagi saat ia sedang bertugas di lobby. "Kau tidak usah membersihkan ruanganku" ucap Efryan. "Tapi pak....." "Aku bilang tidak usah. Keluar!" Ara bergegas keluar dari ruangan Efryan dan membersihkan ruangan lain. Ara melihat Edgar melangkah menuju ruangannya, ruangan Edgar sudah dibersihkan oleh bu Nina. "Hei....!! Siapa kamu? Mau apa di ruanganku?" teriak Edgar saat melihat seorang pria keluar dari ruangannya. Pria berpakaian hitam dan menutup mukanya dengan masker juga kacamata hitam itu mendorong tubuh Edgar dan berlari, Edgar mengejar pria itu yang menuju lift turun. Edgar menghubungi security jika ada seseorang yang mencurigakan sang memasuki ruangannya. Edgar mencoba masuk lift sebelahnya untuk mengejar orang itu, ia tidak tahu apa yang diinginkan pria itu tapi ia yakin itu sangat penting. Ara yang melihat hal itu bingung harus melakukan apa, ia kemudian berlari menuju tangga darurat. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD