"Apa?" tanya Gasta tiba-tiba, saat dia mendapat laporan dari Nugraha.
Nugraha menatap Gasta serius, "Gue lihat tadi dia nganter ceweknya di depan gerbang. Ceweknya anak sekolah sini cuy," tuturnya.
"Serius yang lo lihat Karrel? Anak Cendrawasih yang lain kali," Leo berseru.
"Enggak anjir, tadi gue beneran ngenali motor dia, meskipun dari jauh," kata Nugraha ngotot, "Ninja hitam, ada stiker elang di plat motornya. Terus velg di bikin model racing."
"Karrel tuh masih jomblo, nyet. Nggak mungkin lah mata-mata kita salah ngasih laporan," Alex menyahut. Nugraha mendecak, "Gue yakin 100% kalau tadi itu Karrel. Mata gue emang minus nyet, tapi beneran gue lihat dia tadi, sama ceweknya."
"Ceweknya anak kelas mana?" tanya Gasta tetap tenang.
"Itu dia...gue nggak tau."
"Yeeuu, setan!" umpat Alex langsung menjambak rambut Nugraha geram.
Nugraha meringis, "Gue masih nyetir tadi. Baru mau belok masuk ke sekolah. Dan posisi mereka belakangin gue. Ya gue nggak sempet lihat wajah itu cewek."
"Ciri-cirinya gimana?" tanya Leo penasaran.
"Dari postur tubuhnya sih, agak miripan sama Denta. Tinggi, langsing gitu.”
Sandy yang sejak tadi hanya diam pun berseru, "Tapi jelas--nggak mungkin itu Denta. Mereka nggak saling kenal, Nu. Waktu Denta pacaran sama Azka aja, dia nggak pernah ikut nongkrong geng nya Azka," balasnya logis.
Alex mendecak, "Di sekolah dia, stok cewek cantik udah habis apa gimana sih? Nyarinya kok di sini," katanya ngedumel sendiri.
"Gue rasa, itu cuma trik deh, biar dia bisa mata-matain kita lewat cewek itu."
"Anjir, sialan banget dong," umpat Nugraha.
***
Gerombolan siswa laki-laki SMA Dharma Wijaya memenuhi jalanan. Mereka sudah siap melakukan pertempuran. Tawuran akan terjadi sebentar lagi. Gasta, cowok itu sudah berdiri di barisan paling depan, siap memimpin teman-temannya. Sesuai dengan strategi yang di siapkan mereka sejak tadi pagi. Tangan kanannya menggenggam tongkat baseball cukup besar. Di ikuti Nugraha yang sudah lengkap dengan helm untuk melindungi kepalanya begitu pula Alex, Leo terlihat memegangi balok kayu, di ikuti puluhan murid lainnya.
Gasta dan segerombolan murid yang tergabung dalam Arvata, sudah berdiri di tengah-tengah jalan. Pun dengan geng Levian yang di pimpin oleh Karrel. Posisi mereka saling berhadapan sekarang. Membuat jalanan, mendadak jadi macet karena ulah mereka.
TIN TIN TINNNNN!!!
Empat gadis cantik duduk di atas jox mobil Jazz milik Gista. Dengan Denta yang di peralat untuk menjadi sopir dadakan sekarang. Ke empat cewek itu terlihat mengumpat, meruntuki gerombolan murid yang memenuhi jalan di depan mereka, bersiap untuk tawuran.
"Mau puter balik macet, mau nrobos salting," kata Denta sewot sendiri.
"Ini pada kenapa sih, tawuran mulu gue heran. Mereka nggak bikin ulah, bakal sakit kejang kali ya?" gerutu Gista di samping Denta.
"Gue justru takutnya pas mereka saling lempar batu, malah kena kaca mobilnya Gista," sahut Dira di belakang. Cewek itu menyadari jika posisi mobil mereka ada di barisan terdepan. Di ikuti mobil-mobil lain di belakangnya.
"Iya anjir, mau mundur juga nggak bisa. Macet banget di belakang," kata Denta panik.
"Hadeh, gue pengen makan donat aja, cobaannya banyak banget, setan." Ivon berseru.
Hari ini, ke empat cewek cantik itu berniat untuk nongkrong di Gotta Go Caffe. Sekalian membahas persoalan dance untuk ujian praktek seni budaya di akhir semester. Tapi, nasib sial justru menimpa ke empatnya, saat harus terjebak dalam tawuran begini.
Dira melirik sinis, "Yeeuu, donat aja lo fikirin Pon-Pon!"
"Bakal lama banget nih pasti. Lihat deh, muka-muka mereka udah kayak saling lempar kode, kalau tawuran mau di mulai," Gista berseru panik.
"Cowok gue emang sialan, banget. Kenapa sih dia nggak ngasih tau kalau bakal ada tawuran sebelah sini. Jadinya kan kita bisa lewat jalan lain, bukan sini,” kata Dira gondok.
"Nta-Nta, itu tuh pimpinannya Cendrawasih. Yang berdiri tepat di depan Gasta.”
"Waaaahhh, yang pakai ikat tali di kepala warna merah itu, kan? Ganteng banget," Dira berdecak kagum.
"Iya yang itu. Emang sih, tuh cowok ganteng banget. Nama dia itu paling di segani tau, di Cendrawasih," sahut Gista. Denta mengeryitkan dahi sesaat, pada pemuda yang di tunjuk Gista. Sontak saja cewek itu melebarkan mata, ketika sosok jangkung yang tadi pagi menolong dialah, yang berdiri di sana.
"Dasar chili! Tuhan pas ngasih otak lo berdua tuh, lo pada dateng telat apa gimana sih, kok kebagiannya cuma ampas doang," omel Ivon, "Mending lo pada mikirin, gimana caranya buat bisa lewatin tawuran ini. Laki mulu di otak lo pada," sambungnya nyolot.
Denta sudah terlihat mendecak frustasi sekarang. Tak ada pilihan lain, dia pun menurunkan kaca mobil sampingnya, dan menyembulkan kepalanya dari sana. Dira, Ivon dan Gista langsung menganga dengan mata melebar.
"Nta, lo udah gila?" pekik Ivon galak, sambil melotot pada gadis itu.
"Bac*t deh, mending lo pada bantuin gue sekarang. Karena nggak mungkin mereka bakal mukul cewek," sembur Denta.
"Tapi kan Nta--"
"Kalau nggak mau ya udah, biar gue aja. Diem-diem aja di sini!" Kali ini tidak hanya kepalanya yang keluar, tapi sebagian tubuhnya pun ikut keluar dari kaca jendela mobil yang terbuka. Kedua kakinya bahkan sudah naik ke atas jox, agar lebih mudah melihat ke depan. Cewek itu sudah berniat memulai aksinya. Tiga temannya yang lain, jadi mengikuti sekarang.
"WOY MINGGIR! JANGAN BIKIN MACET JALANAN DONG!!!" teriak Denta.
"GUE SAMA TEMEN-TEMEN GUE MAU PULANG NIH!!!" Denta memekik nyaring sekali lagi, tidak gentar sama sekali. Semua siswa dari dua kubu sekolah, yang sudah angkat senjata berniat memulai tawuran, jadi langsung menengok ke arah mobil Jazz merah. Dari dalam mobil itu, menyembul dari jendela empat gadis cantik berseragam kebanggaan SMA Dharma Wijaya.
Sontak saja semua murid di buat terkejut luar biasa. Terlebih dari kubu SMA Dharma Wijaya yang memang mengenal betul siapa empat gadis cantik itu. Gasta yang biasanya selalu tenang dan datar, kini pun ikut terkejut setengah mati. Tidak hanya Gasta. Karrel Davian Andara sebagai pimpinan Cendrawasih pun syok luar biasa melihat gadis cantik yang tadi pagi di antarnya, berada di sini.
"TUNDA DULU AJA WOI, PERANGNYA BESOK LAGI!!" teriak Denta lagi.
"Anjir Gas, cewek lo berani banget. Emang dia nggak lihat apa, ada Karrel juga di sini," bisik Alex ngeri sendiri.
Satu siswa, anak buah Karrel pun angkat suara, "Lo siapa, berani banget sama kita??"
"EH MAS, MAKANAN LO APA, GUE TANYA!? PAKU? BELING? APA KERAMIK?" seru Denta tak kalah sinis. Cowok berkulit hitam itu jadi mendelik.
"SAMA-SAMA MAKAN NASI NGGAK USAH SOK TUHAN DEH, MAS!!!" Ivon berseru, tak mau Denta melawan sendirian.
"LO NGGAK TAU SIAPA KITA?" bentak anak buah Karrel yang lain.
"INDONESIA!!" pekik ke-empatnya kompak, mengangkat tangan tinggi-tinggi.
"Anjir, bangs*t, mereka ngelawan kita, Rel!?" seru satu siswa. Sementara Nugraha sudah terbahak kencang sekali di sana, "Emang nggak ada matinya mereka," kata Nugraha.
"Mereka siapa, sih? Berani banget sialan!" umpat yang lain.
Dari kubu SMA Cendrawasih, mulai banyak yang naik pitam sekarang, melihat keempat siswi Dharma Wijaya yang nggak ada takut-takutnya sama sekali ini. Mereka fikir, siswa nya aja yang punya kelakuan kayak preman, ternyata siswi nya pun tak kalah bar-bar.
Azka Ramadhan, sejak kehadiran Denta di sini, cowok itu sudah mulai kesulitan untuk menghirup oksigen. Terlebih, saat mata keduanya sempat bertemu, walau tak lama Denta langsung membuang wajahnya lagi. Azka melirik Karrel--sahabatnya sekaligus ketua dari perkumpulan mereka. Raut wajah cowok itu hanya nampak terkejut, tidak terlihat jika ketuanya itu menahan emosinya sekarang.
"AYAANGGG!! Suruh mereka semua minggir dulu dong! Gue sama yang lain buru-buru mau ngerjain tugas sekolah," rengek Dira, pada Alex yang sekarang mendelik kaget.
"Gas, gimana nih Gas? Cewek gue tuh. Bisa ngambek dia, kalau tugasnya dapet nilai C gara-gara gue," seru Alex panik di samping Gasta. Karrel mengerutkan kening.
"WOI ELAH, GUE TERIAK-TERIAK GINI BUKAN BUAT JADI PAJANGAN DOANG YA!!" teriak Denta kembali.
Ivon langsung menyentak, "LO PADA MINGGIR DONG, SIALAN!"
"EH, MAS-MAS! LAPANGAN PERMAI UJUNG SONO MASIH LUAS. MAIN PERANG-PERANGANNYA DI SANA AJA!!" Kali ini Gista angkat suara.
Denta mengangguk setuju, "LAGIAN INI JALAN DI BUAT PRESIDEN BUKAN BUAT ELO PADA DOANG!!!"
"Wah anj*ng, k*****t bener tuh cewek."
"Mereka kira, mereka itu siapa, berani nyolot ke kita?" sahut yang lain.
"Udah bosen hidup kayaknya."
Beberapa anak Cendrawasih berniat menghampiri mereka untuk memberi pelajaran pada Denta dan teman- temannya, tapi anak buah Gasta yang lain langsung menghadang.
"Berhenti!" ujar Karrel dan Gasta kompak, membuat semua orang jadi terdiam.
"Tapi bos, mereka kelewatan sama kita tadi," protes yang lain.
"Iya bos, mereka harus di beri pelajaran biar jera." Yang lain menimpali.
BUGH!! BUGH!!
Karrel langsung memukul kedua anak buahnya, hanya dengan sekali pukulan. Sontak saja, Gasta melebarkan mata melihat hal itu. Pun dengan Azka yang tak kalah terkejutnya. Tatapan tajam Karrel tertuju pada keduanya, "Nggak usah sok jagoan, anj*ng! Gue nggak nyuruh lo nyerang cewek!" sentaknya, membuat mereka menunduk takut-takut.
"Biarin mereka lewat!" kata Gasta tenang. Tatapan Karrel beralih pada Gasta yang balik menatapnya. Lantas melirik ke empat gadis yang masih ada di mobilnya.
Karrel mendesah kasar, sambil berkacak pinggang, "Mundur semua!" kata Karrel datar, membuat semua pasang mata menatap cowok itu tak percaya.
INI BOS MEREKA KESURUPAN APA GIMANA???
Mendengar seruan seperti itu, mata Denta dan yang lain jadi berbinar cerah. Merasa senang luar biasa. Apalagi, saat mereka semua bergerak mundur memberi jalan untuk mereka.
TIN TIN TINNNNN
"MAKASIH YA KALIAN!!" teriak Denta, memasukan tubuhnya ke dalam mobil.
"AYANGGG, AKU PULANG YA!!" pamit Dira pada Alex, yang kini nyengir.
"Hati-hati ya, langsung mandi kalau sampai rumah. Jangan lupa makan!" kata Alex.
"NAJIS!" umpat Ivon.
"Selamet mobil gue," kata Gista.
Jazz merah itu pun melesat pergi meninggalkan tempat. Denta dan yang lainnya menyempatkan diri mengeluarkan tangan mereka dari jendela, seolah menandakan salam perpisahan.
***