15 | Denta Penganggu

2070 Words
Gasta menidurkan diri di atas ranjang tidurnya. Kedua tangan teracung ke depan wajah menonton video dari layar smartphone nya. Sekilas, cowok itu terlihat tersenyum, meski samar. Wajahnya tetap cold, sedingin benua antartika. Tidak berubah. Berkali-kali, dan entah sudah keberapa ribu kalinya, dia terus memutar video yang di ambilnya Senin lalu di lapangan. Apalagi kalau bukan aksi Denta berjoget gila bersama Leo, Nugraha dan Dira. Di video, Denta terlihat lebih bebas dan lepas. Sebutan primadona high school, nyatanya tidak menjadikan cewek itu angkuh dan sombong. She's Different!! Zaman sekarang, mana ada cewek secantik Denta, mau jatuhin image gila-gilaan, dengan berjoget seperti tarzan begitu. Gasta terkekeh sendiri. Cowok itu seperti sudah menemukan titik ter-nyamannya pada gadis ini. Hingga sebuah denting notifikasi terdengar, tangan Gasta bergerak menekan chat yang baru masuk. Alis cowok itu bertaut, menemukan nomor baru di ponselnya. Unknown Number : Selamat malam!! Bisa bicara dengan saudara Gasta?? Seperti biasa, cowok itu hanya mengabaikan. Tanpa berniat untuk melirik foto profil pengirim pesan. Hal seperti ini, sudah biasa terjadi. Unknown Number : Halluuuu, ada orang di sana?? Sombong amat sih, cuma di read doing L Gasta : ?? Unknown Number : Ayo tebak aku siapa, nanti dapat uang satu juta. Unknow Number : Gue kasih clue, gue cewek cantik. Gasta : Bct Unknown Number : Ihhh perih L Unknown Number : Jangan kasar dong, hati aku tuh lemah. Gasta : Lo sapa? Unknow Number : Aku manusia, bukan sapi Gasta : Mksut gue lo siapa?? Unknow Number : Ohhh ngomong dong!! Heheh Gasta : Gila!! Unknow Number : Mimin mau nanya dong, boleh nggak? Gasta : Gk Unknow Number : 1 pertanyaan aja! Gasta : Apa? Unknow Number : Denta siapanya elo? Unknow Number : Itu loh, Denta yang cantik badai, cetar membahana :D Gasta : haa? Unknow Number : Lo siapanya Denta primadona sekolah??? :))) Gasta : Apasi? Unknow Number : LO PACARNYA DENTA ANAK IPS 5 BUKAN? ANJER EMOSI GUE. Gasta : Urusan lo apa? Unknow Number : Ya nanya aja sih, emang gak boleh? Gasta : Gk Unknow Number : Kalau Alesia yang j****y itu, siapanya elo? Mantan pembantu ya? Unknow Number : Iya sih, muka dia emang cocok jadi pembokat, hohoho Gasta : Bct Unknow Number : Ciye, di bacotin ^___^ Mimin jadi baper euy Gasta : y Unknow Number : Gas, menurut lo Denta itu cocoknya jadi apa di hidup lo, hihihi. Gasta : Sopir Unknow Number : Bangs*t!!! Bac*t juga kamu yaa Gasta : Oh Unknow Number : Aduh setan, kamu itu jangan cuek dong, kan jadi gemes Gasta : Lo setannya Unknow Number : Lo tau gak nama lengkap Denta? Denta yang kapten voly!! Gasta : Tuh ada namanya pas gue buka profil lo. Unknow Number : Lah, iya ya??:((( Unknow Number : Aaaaaa nggak seru kalau udah tau :(((( Tawa Gasta menyembur kemudian. Sedikit ternganga melihat kegoblokan kekasihnya sendiri. Cowok itu lantas mengatupkan bibir, melihat chat Denta yang baru masuk lagi. Unknow Number : Simpen ya nomor gue!! Unknow Number : Eh, lo sibuk gak? Anterin gue ke sekolah dong :(( Gasta : Ngapain? Unknow Number : Buku gue ketinggalan. Mana besok ada ulangan. Gue belajar pakai apa dong!! Jemput di rumah!! Gue takut sendirian, malam2 begini. Anterin :((( Gasta : Mls, gue sibuk! Unknow Number : Cih, ya udah sih putus aja kalau gitu, nggak guna banget lo jadi cowok gue. Gasta mendecak, langsung bangkit dari tidurnya. Sumpah ya??? Denta itu ada masalah apa hidupnya??? Kok seneng banget ngusik kehidupan Gasta. *** Wajah Denta langsung ceria, ketika suara deru mesin motor terdengar di depan rumahnya. Gadis ber-hoodie maroon itu, segera melesat keluar menghampiri cowok yang di tunggu sejak tadi. Tiba di depan Gasta, Denta langsung menarik tangan cowok itu, memaksanya ikut dengannya. "Eh?" "Ikut gue dulu, bentar! Bokap mumpung di rumah, pengen kenalan sama lo,” ucap Denta dengan tanpa dosa, membuat Gasta mendelik seakan mau protes. "Nta—“ "Udah deh, nurut aja kenapa sih?" kata Denta jadi sewot. Denta melepaskan genggamannya di pergelangan tangan Gasta, saat kedua remaja itu sudah sampai di hadapan Rio--papa Denta, yang tengah duduk di sofa ruang keluarga. "Wuihh, kayaknya udah ganti yang baru nih," ledek Vero sambil mencomot brownies. "Siapa, Nta?" tanya Rio, pria dewasa itu terlihat penasaran. Bahkan sampai menutup koran yang di bacanya. "Pacar Denta, pa!" sahut Denta mantap. Mendengar itu, Rio dan Gasta sama- sama melihat Denta dengan tatapan tidak percaya. "Pacar?" ulang Rio, takut salah dengar. Denta mengangguk, "Iya pa. Namanya Gasta. Satu sekolah sama aku juga hehe." Cewek ikut menyikut Gasta memberi kode, "Gas, kenalin ini bokap gue. Dan yang itu, dia adek gue, Vero,” katanya dengan manis. Rio tersenyum ramah, lantas menjulurkan tangannya ke arah Gasta. Mau tidak mau, Gasta menerima uluran tangan Rio, dan keduanya saling berjabat tangan. "Loh, ada Az--eh, kirain mama, Azka yang ke sini." Wanita cantik tiba-tiba keluar dari dalam dapur, membawa secangkir kopi panas. Denta melirik, "Apa-apaan sih ma, kok Azka terus? Kan, udah putus." Anggia tersenyum, "Iya, soalnya sore tadi dia habis ke rumah. Tapi kamu nya yang belum pulang," tutur sang mama, "Eh, ini siapa? Pacar kamu?" tanyanya menebak. "Iya, ma. Namanya Gasta. Ganteng, kan?" katanya dengan bangga. Tanpa di minta, Gasta langsung menjabat tangan mama Denta. Meski dengan ekspresi tenang bin datar. "Aku sama Gasta jalan dulu ya!" pamitnya. "Mau kemana? Kok buru-buru? Gasta aja belum di kasih minum." "Mau ambil buku ke sekolah. Takut kemaleman." Denta langsung menarik tangan Gasta, menyeret cowok itu membawanya pergi. *** Denta duduk di jox bagian belakang, melingkarkan kedua tangannya di perut Gasta. Dengan sangat tenang meletakkan dagunya pada pundak kanan cowok itu. Denta tersenyum iseng sekilas. "Gas!" panggilnya sok lembut. "Hm?" Gasta melirik kaca spion sebentar. Denta mencuatkan bibir sekilas, "Malem-malem begini, masih ada yang jual bakpow nggak ya?" tanyanya terdengar polos. "Bakpow?" ulang Gasta bertanya. "Iya, bentuknya hampir mirip kayak roti isi gitu loh. Gue lagi pengen makan itu." "Nyusahin!" hardik Gasta. Ngomongnya mau ambil buku, sekarang nyari bakpow. Maunya apa coba nih cewek? Di celatuki seperti itu, Denta jadi manyun, "Tapi beneran lagi pengen. Entar nyari di deket sekolah ya, biasanya banyak yang jual." "Iya." Gasta pasrah saja, toh Cuma bakpow, nggak minta di beliin mobil. "Gasta, gue cantik nggak, sih? Kata orang-orang, gue itu cantik. Lo pasti bangga ya punya cewek gue?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alis songong. Gasta mendelik sekilas, "Nggak." "Apanya yang nggak? Gue nggak cantik? Atau lo nggak bangga punya cewek gue?" "Dua-duanya." Reflek, Denta menabok helm cowok itu, "Huuu, bilang aja lo malu buat ngakuin,” katanya seakan bangga. "Enggak." "Ah, masa?" tanya Denta tidak percaya. "..." "Gasta!?" panggilnya lagi. "Ya?" sahut Gasta kalem. "Hal yang lo suka apa sih?" tanya Denta penasaran. "Tawuran." Denta manggut-manggut, "Oke, kalau gitu gue nggak bakal larang lo tawuran." "..." "Lo tanya dong, kenapa gue bolehin lo tawuran, di saat cewek lain bakal mencak-mencak kalau cowoknya tawuran!" katanya memprotes keras, heboh minta di tanyai. "Kenapa?" Gasta melirik cewek itu dari kaca spion. Wajah Denta terlihat serius sekali. "Soalnya, pacaran itu soal perasaan. Bukan mengekang, bukan menguasai juga. Gue nggak mau lo terkekang pacaran sama gue. Biasanya cowok tuh bakal risih. Eak-eak-eak, keren banget dah kata-kata gue," katanya jadi terkikik geli. "Oh,” balas Gasta cuek, membuat Denta menggeram sebal. "Gasta!" panggilnya belum lelah untuk nyerocos. "Ya?" Gasta melirik kaca spion lagi. "Lo suka apalagi? Basket ya? Kalau itu sih, gue malah dengan senang hati, nggak akan larang lo." "Hmm." "Lo nggak nanya, kenapa gue nggak bakal larang lo?" tanyanya jadi sewot. "Hm?" Denta tersenyum riang kemudian, "Soalnya, kalau anak cowok jago main basket itu keren tau. Eh, Gas-Gas gue mau cerita deh." "Apa?" tanya Gasta tetap fokus menyetir. "Pas lo nembak gue, gue tuh agak gondok sebenarnya. Tapi, agak bangga juga sih gue, di tembak mascot nya sekolah. Gue yakin, anak-anak di sekolah banyak yang iri deh sama gue. Soalnya, gue ngerebut idola mereka hihihi." Denta begitu riang dan lantang mengatakannya. Gasta menarik senyum tipis, di balik helm fullface nya. Denta menumpukkan dagunya pada pundak Gasta, "Gue percaya kok, nggak semua cowok itu jahat." Denta terdiam sebentar, semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Gasta, "Lo nggak b******k kayak Azka kan, Gas? Karena mulai hari ini, gue mau nyoba buat sayang sama lo," tanya cewek itu sungguh-sungguh, membuat Gasta mengatupkan bibir. Kali ini tangannya bergerak mengusap lembut tangan Denta yang ada di perutnya. *** "Loncat!" perintah Gasta sambil melotot sewot. Denta mendelik, "Tapi tinggi Gas. Nggak mau ah, pasti sakit. Lo mau ya, gue patah kaki?” ujar Denta gemetar sendiri. "Cepet!" suruh Gasta lebih ngotot. Denta menarik nafasnya dalam- dalam. Mengumpulkan keberanian sekuat tenaga, ia pun loncat dari atas pagar sambil memejamkan matanya. BRUK "Anjrit!" umpat Denta spontan. Gilak, tumit gue langsung ngilu, coy!!! Setelah memastikan kalau Denta sudah masuk, kini giliran untuk Gasta yang memanjat pagar, dan menjatuhkan tubuhnya di samping kanan Denta. Lihai sekali, memang skill malingnya tidak bisa di ragukan. "Lo nggak nanya dulu ini kaki gue sakit apa enggak? Emang setan lo ya, malah pergi gitu aja," omel Denta ketika melihat Gasta sudah bangkit duluan. "Ayo!" Bilangnya ayo, tapi ninggalin, nggak nolongin bangun. Kan, setan! Meski kesal setengah mati, Denta akhirnya bangkit sendiri tanpa di bantu oleh Gasta. Gapapa, gue cewek strong!! Keduanya berjalan beriringan memasuki area sekolah. Cahaya mulai semakin meremang- remang, seiring langkah keduanya semakin ke dalam gedung sekolah. Gila sih ini serem banget. Denta menatap Gasta yang berjalan di sebelahnya, tubuhnya dengan sengaja dia dekatkan pada tubuh jangkung cowok itu. Sementara tangannya tak ketinggalan, mencengkram jaket Gasta. "Kenapa sih?" kesal Gasta dari tadi di tarik-tarik mulu. "Menurut lo?” sinis Denta, “Ini serem banget gila. Jangan jauh-jauh dari gue pokoknya!" perintahnya sok tegas. Gasta mendecak kemudian menggelengkan kepalanya. Inisiatif, dia menggenggam tangan Denta. Raut wajahnya masih tenang, beda hal nya dengan Denta yang langsung kaget. Meski begitu, dia tetap menurut saja tidak protes. Daripada di tinggalin. "Ini sekolah kita Gas? Sepi banget ya? Biasanya tiap siang, bakal kedengeran suara gue paling kenceng di koridor sana," komentar Denta melihat-lihat sekitaran. "Lo nggak tau?" tanya Gasta dengan suara rendah. "Nggak tau apa?" "Dulu—“ "D-dulu apa? Ha, apa? Cepetan!" heboh Denta bertanya karena penasaran bukan main. "Yakin?" Gasta menahan senyum seakan meledek. "Iya, gue kepo lo mau ngomong apaan!" kata Denta jado ngotot pengen tau. "Jangan nyesel!" kata Gasta datar, dengan ekspresi stay cool. "Enggak lah, apaan sih?" Denta semakin kepo. "Pas angkatan bokap gue, ada yang gantung diri," sahutnya tenang. "GASTAAAA!!!" jerit Denta tiba-tiba, jantung cewek itu hampir saja copot. "Lo tau, gantung dirinya dimana?" Denta sudah menegak ludahnya susah payah, ketakutan setengah mati, "Tepat di depan lo!" ujar Gasta santai. "AAAA!!!!" jerit Denta, malah loncat-loncat, habis itu menaboki Gasta sekuat tenaga. "Brisik!" tukas Gasta tajam. "Ya elo sih rese,” ketus Denta. "Sana masuk!" ujar Gasta sambil bersender pada tembok samping pintu kelas Denta. "Lo tetep di sini gitu?" tanya Denta kaget. "Iya." Denta mendelik tak percaya. Dia sudah takut setengah mati, tapi Gasta justru menyuruhnya masuk kelas sendiri? Marvelous. "Lo kan tau gue penakut, kenapa nggak lo anter gue ke dalem sekalian?" tanya Denta dengan ekspresi menahan kesal. "Males." Denta menghentakkan kakinya dengan sangat sebal, udah kayak anak lagi paskibraka. Kemudian berbalik menghampiri pintu kelas. Dengan ragu-ragu, dia membuka knop nya. Ceklek Bunyi pintu terbuka menggema di pendengarannya. Aura gelap langsung menyambutnya. Fix, persis kayak di film horor suasananya. Denta kembali menatap Gasta, kali ini tatapannya memelas, "Gas!!" panggil cewek itu pelan. "Masuk!" ketus Gasta tak mau ambil pusing. Dengan tangan dan kaki yang gemetar, serta jantung yang berdegup tidak karuan, dia mengambil ancang- ancang untuk berlari ke bangkunya yang ada di belakang. Demi Tuhan gue nyesel, kenapa bangku gue harus mojok begitu sih? Setelah sampai di bangkunya, cewek itu membungkukkan tubuh, tangan kanannya meraba ke kolong meja mencari buku sejarahnya. Dan...dapat!!! Sedikit lega saat mendapat apa yang dia dapat. BRAK "AAAA GASTAAAA!!!" jeritnya histeris, sambil menutup kedua telinga dan memejamkan matanya rapat-rapat. Suara derap langkah kaki yang memburu masuk ke dalam telinga Denta sekalipun sudah di tutup. "Heh, kenapa?" tanya Gasta sambil memegang lengan Denta yang gemetar. Grep Denta langsung memeluk sosok tersebut. Sangat erat sekali, sampai membuat Gasta sadar jika gadis yang memeluknya ini gemetar ketakutan. Jangan lupakan, isakan kecil cewek itu juga terdengar. Gasta menghela nafas, membalas memeluk cewek itu, "Kenapa?" "S-sapunya gerak sendiri tadi," katanya masih gemetaran, "E-elo sih nggak anterin gue masuk." Gasta terkekeh kecil di buatnya, “Nggak ada apa-apa Nta.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD