14 | Hujan Dan Kamu

1061 Words
Ruang olahraga ternyata sangat ramai. Para murid yang tergabung ke-lima ekskul tadi, saling berdesak-desakan seperti di pasar. Tak jarang, aksi saling sikut dan ingin mendahului pun terjadi. Denta mengumpat. Beberapa kali dia tertubruk, karena ada siswa bar-bar yang berlari dengan sangat nafsu sekali. Gadis itu sampai tersudut dan terjepit di antara beberapa siswa yang menggerombol di kanan-kirinya. Tak jarang, mereka dengan sengaja mendempet pada Denta. Cewek itu jadi menggerutu karena terpisah dari Gista, yang notabene nya anak cheerliders. Gista sih enak badannya kecil. Nyempil di tengah juga muat. Nah gue? "Woy ah, pada bisa nyantai dikit nggak sih?" seru Denta, tapi tetap saja suaranya masih kalah, karena ruang olahraga sangat ramai. "Loh-loh, temen gue Denta mana?" Gista memekik kebingungan, "Heh, lo lihat Denta nggak?" tanyanya pada seorang siswi. "Gista, gue nyangkut di sini!" Tangan Denta melambai-lambai ke atas. Gista jadi mendelik, "Lo ngapain nyai, nyempil di situ?" Cewek mungil itu langsung menepuk jidatnya. "WOI, MINGGIR!! PADA BUTA? CEWEK GUE KEJEBAK!!” Bentakan nyaring seorang siswa, membuat suasana aula mendadak hening. Denta yang tersentak jadi menoleh dan melihat tubuh jangkung Gasta yang melindunginya dari belakang. "KASIH JALAN!” Tidak ingin mencari masalah dengan Gasta--bosgeng sekolah, dengan takut-takut mereka semua menepi, memberi jalan untuk Denta agar cewek itu lewat. "Makasih ya!" kata Denta pelan, di angguki oleh Gasta. Kemudian pergi cepat. "Aduh, meleleh hati eneng. Elo yang di selamatin, kenapa jantung gue yang jedug-jedug ya Nta? Ihh, gue jadi pengen deh," Gista heboh sendiri. "Mana Gasta kurang ajar banget gantengnya," oceh Gista lagi. Bukan menyahut, Denta justru melirik Gasta yang kini sudah duduk di samping Alex dan Nugraha. Mereka nampak berbincang sambil sesekali berbisik. Tanpa sadar, Denta jadi cengengesan. Cewek itu tersipu malu. *** Denta melangkah keluar dari ruang olahraga, setelah hampir se-jam lamanya dia terdampar di tempat pengap itu, untuk membahas turnamen RIPU Cup, yang akan di gelar dua minggu lagi. Turnamen rutin tahunan, gabungan antara SMA swasta se-Jakarta Selatan. Kebetulan, turnamen tahun ini, Dharma Wijaya yang akan menjadi tuan rumahnya. Cewek cantik bermata bening itu, melangkah malas di koridor lantai satu. Kemudian berhenti di gazebo sekolah, bergabung bersama satu anak lain yang terjebak hujan. "Denta, duluan ya!" pamit seorang siswi--teman satu ekskulnya. "Oh, iya. Hati-hati!" sahut Denta. Perempuan itu menggosok-gosokan kedua tangannya bersamaan, berharap supaya badannya lebih hangat, "Cowoknya si Fafa, beuh perhatian bener. Sampai belain jemput, pakek bawa payung sama ngasih jaket," oceh Denta, "Lah, kalau cowok gue? Najis, boro- boro kek gitu. Dia mastiin gue masih napas aja udah syukur. Kadang gue heran, Gasta itu naksir gue beneran nggak, sih?" gerutunya dongkol. JDUAR!!! "Allahuakbar, kaget gue anjir!" katanya sambil ngurut d**a dan langsung marah-marah sendiri. Gadis itu mendecak sebal, saat hujan bukannya berhenti, tapi semakin menjadi-jadi. Bahkan, cewek itu tidak menyadari jika ranting pada pohon besar di depannya, sudah akan roboh sebentar lagi. Beruntung, ada seseorang yang menariknya ke belakang, sehingga terhindar dari hal membahayakan. KRAKK!! BRUKK!! "Lah??" Denta cengo, lalu menoleh, dan terkejut, "G-gasta? Elo di—“ "Nggak papa, kan?" tanya Gasta sambil memegangi bahu Denta, "Luka nggak?" lanjutnya memastikan tubuh Denta dari atas sampai bawah. Denta menegak ludah, mengerjap-ngerjap lucu, "Eng-enggak kok, makasih ya Gasta!” "Sama-sama!" Gasta menyunggingkan senyum tipis, membuat Denta gugup seketika. Dih, begeter dong jantung gue!! "Nunggu Sandy?" tanya Gasta. "Bukan, Sandy udah balik duluan,” balasnya sambil tersenyum. "Gue anterin, mau?" Denta nyengir kemudian, "Gue males basa-basi atau sok jual mahal. Jadi, gue iya in dengan senang hati." Gasta tersenyum sekilas, mengusap puncak kepala Denta, "Dasar." Sementara Denta, melongo dengan detak jantung yang menggila. Gue ambyar dong, setan!! *** Sudah hampir empat puluh lima menit, tapi kedua remaja itu belum juga beranjak dari Gazebo. Hujan belum juga reda, padahal hari sudah menjelang petang. Sebenarnya, bisa saja mereka menerobos hujan seperti waktu itu. Sayangnya, Gasta membawa motor hari ini. Dan kebetulan, Denta itu sayang badan. Dia tidak mau sakit. Denta meruntuk kecil. Melirik Gasta kemudian, yang masih berdiri di sebelahnya, mengamati hujan deras yang membasahi halaman depan sekolah mereka. Pelan, Denta mengambil satu langkah mendekati cowok itu. Diam-diam, pipi cewek itu bersemu merah, karena malu. Lalu, dia melemparkan senyum manis saat Gasta tepat melihatnya. "Apa?" tanya Gasta dengan alis terangkat sebelah. "Lo nggak ada niat pinjemin jaket lo ke gue gitu? Tadi, si Fafa di bawain payung dan jaket sama cowoknya tau. Masa lo enggak gitu?" Dalam hati, Denta sudah cengengesan. Berseru heboh berhasil mengatakannya. "Enggak,” sahutnya jutek. "Kenapa?" protes Denta. Memang ya manusia seperti Gasta adalah makhluk terdingin dan terjutek di muka bumi ini. Mimpi apa dia bisa jadi pacarnya sekarang. "Males,” ketusnya. "Kok males, gue kan pacar lo?!" kata Denta memprotes keras dan melotot padanya. "Terus?" balas Gasta sok tak tau. "Ya kalau gue pacar lo, berarti lo harus siap siaga lindungin gue, kayak cowok lain,” kata Denta menjelaskan. "Harus?" balas Gasta sengit. Denta mendelik dan makin ternganga, "Ya iya lah, harus. Emang, lo nggak khawatir gitu kalau gue sampai sakit??" "Enggak." Senyum Denta mendadak luntur seketika. Dengan perasaan dongkol, cewek cantik itu mendorong kuat tubuh Gasta keluar dari dalam gazebo, membuat seragamnya sampai basah. Begitu berbalik, dia melihat Denta sedang menyilangkan kedua tangan di depan d**a, sambil membuang muka, ceritanya ngambek. "Lo!" geram Gasta. Tidak terima dengan kelakuan Denta, Gasta menarik cewek itu. Sekarang, bukan hanya Gasta, tapi Denta juga ikut basah karena guyuran hujan. Cewek itu sontak melotot. Denta berusaha kabur. Dia pun meronta-ronta nyaris melepaskan diri. Tapi, lagi-lagi Gasta menangkapnya. Cowok itu merengkuh Denta dan mereka saling berhadapan. Tubuh Denta seakan melayang karena Gasta bukan hanya merengkuh, tapi juga mengangkatnya. Denta terkesiap. Detak jantungnya berpacu cepat. Tidak sadarkah Gasta, kalau ini sama saja dengan dia memeluk Denta?? "Gasta, lo gila? Turunin gue!!" teriak cewek itu merengek, "Baju gue basah ini! Percuma dong dari tadi neduh, setan!" umpat Denta mukul-mukulin Gasta. "Gasta gila, turunin gue! Gue mau turun!" teriak Denta lagi. Gasta malah terkekeh melihat reaksi Denta. Dalam hitungan detik, cowok itu langsung menurunkannya. "Makanya jangan iseng!" Cowok itu menyentil pelipis Denta kuat sekali. "Ya abis lo ngeselin. Lo suka gue nggak sih?" tanyanya menuntut. "Suka." Denta langsung salah tingkah. Cewek itu tersenyum malu-malu. "Beneran?" tanyanya dengan mata berbinar. "Enggak." Denta langsung kesal pun, menaboki Gasta dengan kencang. Tak mau tubuhnya sakit percuma, Gasta terpaksa berlari menghindari amukan si macan IPS itu. Gasta tertawa, melihat Denta yang terus mengejarnya di sekitaran sana. Lucu sekali, melihat wajah Denta bersungut sebal seperti itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD