12 | HUT Sekolah

2684 Words
Sudah menjadi hal yang lumrah, jika lapangan outdoor SMA Dharma Wijaya selalu ramai setiap pagi, oleh para siswa yang bertanding basket, untuk sekedar hobby dan bersenang-senang. Seperti sekarang ini, Leo yang bukan anak basket, tapi kali ini justru bergabung bersama Gasta dan anak-anak basket lain, ikut bermain. Namun, kali ini ada yang terlihat berbeda. Jika biasanya para siswa akan menggunakan semua lapangan basket untuk bermain, tapi hari ini tidak. Mereka hanya menggunakan separoh lapangan, di bagian selatan. Sementara sebelah utara, lapangan sudah di hias sedemikian rupa untuk acara HUT Dharma Wijaya yang jatuh pada hari ini. Ada panggung cukup besar, sound system untuk pensi nanti. Bahkan, terlihat ada Sandy--si ketua OSIS sudah paling sok sibuk hari ini. Rusuh sejak tadi pagi. Ngomel sana-sini. "Leo! Oper ke gue bolanya!" teriak Gasta sembari mengangkat kedua tangannya. Dan dengan sigap, Leo melempar bola tersebut kepada Gasta. Setelah menerima bola dari Leo, Gasta tanpa basa-basi menggiringnya sampai ke bawah ring basket. "Gasta! Gasta! Gasta!" Teriakan penuh semangat itu, berasal dari para siswi yang memenuhi pinggiran lapangan. Brak Suara bola yang masuk ke dalam ring terdengar, membuat puluhan siswi menjerit heboh dan bertepuk tangan. Tak jarang, beberapa siswi mengabadikan momen cukup langka ini, menggunakan kamera ponsel masing-masing. Gasta memang sangat populer. Selain karena petingginya para berandal sekolah, Gasta itu luar biasa tampan. Yang lebih utama, Gasta itu ganteng khas asia. Tidak ada tampang bule dari wajahnya. "Whoaaa!! Gasta ku!!" Aksi ber-high five ria antara Gasta dan teman satu timnya, termasuk Leo pun tak ketinggalan. Lalu, ada adegan dimana Gasta menyisir rambut hitamnya ke belakang, menggunakan tangan. Hal itu sontak membuat banyak siswi semakin menggila. Belum lagi keringat yang bercucuran dari leher putih Gasta, menjadi nilai tambahan bahwa pemuda itu. "Aduh, anjir nggak tahan dong gue lihat Gasta ganteng banget gitu." "Subhanallah, bosgeng idamanku!" "Iman gue goyah, lihat Gasta." "Kenapa tu cowok bisa cool abis begitu, sih?" "Le, lo beneran nggak minat gabung di tim basket sekolah?" tanya Gasta, sambil menyodorkan air mineral dingin pada cowok itu, "Lo itu jago. Power lo tuh dapet. Pak Ryan juga bakal seneng kalau elo gabung." Leo mengambil, menegaknya sampai tandas, "Yang lebih jago kan banyak. Gue cuma suka main, nggak minat masuk ekskul." Leo bahkan lebih tertarik untuk di ajak baku hantam. "Fikirin aja dulu!" Pernyataan Gasta di angguki oleh Leo. "Muka lo kenapa dah? Asem begitu? Di kejar-kejar depkolektor?" Kali ini Zelo yang bertanya pada Leo. "Iya anjir, gue juga merhatiin. Heran juga biasanya ini anak jarang banget mau main, sekarang ngotot pengen ikut. Lo kenapa ler-uler?" Timpal yang lain. Leo yang tadinya menunduk, kini mengangkat wajahnya yang masam. Cowok itu mendecak pelan. "Gue putus!" "Sama Marwah? Lah, baru juga jadian." Zelo cengo. "Menurut lo, cewek gue berapa haa?" sengitnya. "Kenapa putus?" Kali ini Gasta angkat suara. "Bokap dia tau, dia pacaran sama gue, terus di marahin abis-abisan gue semalem sama bapaknya," sahut Leo dengan mimik wajah serius. "Ya iyalah anjir, orang kalian LDR. Boro-boro cuma beda kota, lah ini enggak, tapi beda keyakinan," sembur Zelo langsung, semakin membuat wajah Leo muram. *** Denta Kalla Nayyira—gadis tinggi pemilik tubuh ideal itu, melangkah ringan memasuki SMA Dharma Wijaya. Sekolah dengan gedung tiga lantai, dan dominan warna cream itu sudah ramai di hari Senin. Sesekali dia menyapa beberapa siswa, dan memberikan senyum terbaiknya selama perjalanan. Hingga di belokan koridor, kepalanya menoleh ke sisi kiri. Memandangi sekumpulan murid, memadati mading depan ruang tata usaha dengan sangat rusuh. Tak jarang, ada aksi dorong-dorongan, dan lempar nyinyiran terjadi. Cewek itu sudah menduga, bahwa jadwal kegiatan untuk hari ini sudah di umumkan. Seperti yang kita semua tau, bahwa hari ini adalah perayaan untuk hari jadi sekolahnya. Denta mulai menarik rambutnya ke belakang telinga, mengibaskan pelan rambut panjangnya. Wajahnya anggun bak permaisuri, melangkah tenang mendekati mading. “Misi ya, misi!” Cewek itu mulai agak menyeruak. Beberapa siswa yang sadar menyempatkan untuk melirik, terpana begitu saja. “Yes, karaoke nomor dua habis sambutan kepsek,” gumamnya, dengan mata berbinar. "Apanih, cheerliders tampil juga? Cih, bakal gue sorakin sama anak-anak biar pada down nanti," katanya sensi, mengingat kapten di tim cheerleaders adalah musuhnya. "DENTAAAAA!!” Denta terperanjat kaget. “MANTUUULL, ENTAR KARAOKEAN KITA.” Heboh gadis tinggi bertubuh langsing, langsung menyeruak di sebelah Denta. Di ikuti gadis mungil berwajah baby face yang ikut mendekat dengan agak kesusahan. “WOOO DENTA MY BRO! ARKAN TAMPIL NGEBAND NANTI!” teriak si mungil Gista dan langsung berisik. “Yaelah ini sancawati, Arkan lagi-Arkan lagi. Gue enek ya Gis, lo nih Arkan-Arkan mulu,” gerutu Denta, jelas dia bercanda. Cewek itu mulai melangkahkan kakinya menyusuri koridor menuju lantai dua, di ikuti oleh Gista dan juga Dira. "Ini ngapain coba, lo pakai acara lompat-lompat segala?" Dira mendecak, melihat Gista seperti cacing kepanasan, tidak bisa diam. "Kayak kodok lo, berhenti kek! Punya malu dikit, kek," umpat Denta. "Image Gis, image, udah senior juga. Banyak adek kelas bat b*****t!" Dira menyahut. Gista mendelik dan langsung melotot sebal, "Hey-hey, jaga lisanmu wahai anak muda. Mana ada kodok secantik sahabatmu ini?" "Najis!" umpat Denta dan Dira kompak, membuat Gista tidak tahan untuk tidak menabok kepala keduanya. "Cih, masih mending juga gue, cuma loncat-loncat kek kodok. Nimbang elo berdua, cakar-cakaran sama Alesia CS di depan gerbang." Tidak terima, Denta dan Dira menabok kepala Gista. Akhirnya, aksi tabok-tabokan pun tak terhindarkan, selama perjalanan menuju lift utama. Hingga tubuh Denta nyaris terpental saat sebuah seseorang menabraknya. Untung tidak sampai jatuh. "Eh, sorry-sorry, Nta. Gue nggak sengaja." "Hadeh, mood gue jadi makin anjlok gara-gara ketemu lo," Denta melewati Arkan begitu saja. Cowok itu hanya melongo begitu saja. Sementara Dira dan Gista justru dengan centilnya melambaikan tangan, menyapa Arkan, dan di jawab senyum kecil cowok itu. "Sumpah Nta, jaga image dikit lah anjrit. Galak bener lo kayak anjing harder. Sayang banget tayi, cogan tadi yang lo cuek in. Gue kalau nggak inget masih punya Alex, udah gue pepet deh Arkan tadi," seloroh Dira panjang lebar. "Woy-woy, udah punya gue. Jangan nikung temen!" Gista memekik nyaring. "Apa deh, nyamber aja," dengus Denta. "Eh, rumor-rumornya nih ya, Arkan bakal jadi kandidat ketua ekskul fotografi tahun ini. Gantiin kak Mars yang mau lengser." Dira berseru ikutan bangga. "Mau kandidat ketua ekskul fotografi kek, rohis kek, atau ketua pramuka sekalipun, emang pentingnya buat gue apa?" Gista jadi mendelik seketika, "Gue jadi kasihan sama Arkan tadi. Niatnya minta maaf, tapi malah lo sembur pagi-pagi." "Kenapa ya, orang secakep Arkan naksirnya sama buntelan tempe kayak Denta?" Dira seolah tidak terima. "Heh, dia udah nggak suka gue. Nggak usah sotoy, deh. Dia kan lagi pedekate an sama Gista." Gista nyengir saja mendengar Denta berkata seperti itu. Hingga lift terbuka, ketiganya bergegas untuk masuk. Mereka sedikit mundur, saat Mars--ketua fotografi datang bersama rombongan. Mereka terdiri dari lima orang. Memang, hanya ekskul fotografi yang masih di ketuai oleh anak kelas dua belas. Selebihnya, sudah lengser jabatan sejak awal semester, di gantikan anak kelas sebelas. Dira langsung menyikut Denta dan Gista, memberi isyarat dua temannya untuk melihat Mars. "Pacar orang!" bisik Denta pelan. Gista terkekeh pelan, "Eh, tapi lumayan loh buat cuci mata pagi-pagi." Dira mendelik, "Lah, kak Mars udah putus njir sama anak sekolah depan. Lihat deh, ganteng banget, kan? Cocok nggak Nta, kalau sama gue?" Denta berdecih pelan, "Alex buat gue aja kalau gitu." Dira langsung melotot dan menabok temannya itu. Tepat ketika lift berhenti dan terbuka di lantai dua, dengan sewot Denta menyerobot keluar di ikuti yang lain. Mars dan teman-temannya saja sampai mengumpat saat kena sikut adik kelasnya itu. Belum ada sampai lima langkah ia keluar dari lift, cewek itu terkejut luar biasa saat seseorang menyapanya. "Good morning Dentaaa!!!" sapa Nugraha, sambil menyeringai lebar dengan riang. "Apa?" sahut Denta jutek. "Buset, masih pagi woy, udah jutek aja. Nggak kangen gue lo? Kemarin kan libur hari Minggu. Nggak ketemu jadinya." "Lo mau manggung dimana ege, pakai kaca mata item segede itu?" Dira geleng-geleng mengomentari Nugraha yang memang mengenakan kaca mata hitam. "Temen lo tuh Gis, nggak pernah jelas hidupnya," sindir Denta. "Gimana, ganteng nggak gue? Biar Dentaku terpesona, makanya gue pakek ini," canda Nugraha, sambil merangkul pundak Denta. Mereka memang se-akrab itu. "Apa sih Nu, bac*t banget," umpat Denta, "Hus-hus pergi!" usirnya kasar. Cewek itu merenggut, berniat untuk pergi. Tapi, langkahnya kembali terhenti, saat Alex datang bersama Alfan. "Nta, entar joget di bawah panggung bareng gue ya!" pekik Alfan nyaring, di samping Nugraha. "Nta, Dir nggak mau tau, nanti lo berdua harus bareng gue jogetnya!” ujar Alex. "Domba-domba nakal yang lain mana?" tanya Gista. "Gasta di lapangan, Leo juga. Kita bertiga di suruh ke kelas duluan," Alex membalas. "Denta mau ke lapangan, nengokin abang pacar?" "Taik." "Denta, jangan ngomong kasar gitu dong. Abang Nunu nggak suka." Bibir Nugraha langsung manyun setelah mengatakannya. Denta sampai tidak tahan untuk tidak menjambak rambutnya. "Nggak usah sok imut deh, Nu. Lo mah kalau udah cabe ya cabe aja!" ketus Denta, membuat Nugraha jadi mendelik. "Denta tuh cantik ya, Nu. Tapi mulutnya pedes banget gilak, kayak boncabe," celatuk Alex entah itu memuji atau menghina. "Masih mending mulut Denta kayak boncabe. Dari pada muka lo pahit, kayak pare." Bibir nyinyir Dira berseru, membuat Alex memelototi cewek tinggi itu. Dira sengaja mengatakan hal itu tadi, meski dia akui Alex itu tampan. Tapi dia masih gondok lantaran semalem di bohongi cowok itu. Ngomongnya ke rumah Gasta main PS, nggak taunya ikut balapan liar. "Gasta chat gue nih. Dia udah jalan ke sini katanya," Nugraha memberi tahu. "Serem anjeerr, temenan sama bosgeng," celatuk Gista tiba-tiba. "Kalau bosgeng nya ganteng, gue nggak masalah kok Gis," Dira berseru. "Nah kan mulai, jiwa chili nya meronta-ronta," sindir Alex pada kekasihnya. "Ehh, jangan gitu. Gasta itu baik tau. Lo aja pada belum kenal." Sementara itu di sudut lain, seorang pemuda berahang tirus dengan kulit sawo matangnya, melangkah santai di koridor. Matanya mengitari sekitar, memandangi koridor yang sudah sangat ramai. Sesekali, dia akan mengangguk dengan ekspresi sama--datar, saat beberapa siswi centil menyapanya sepanjang koridor. Gasta, merogoh ponsel dari dalam saku, lalu mengotak-atiknya. Berniat untuk menanyakan posisi teman-temannya. Namun, langkah cowok tiba-tiba saja terhenti, saat melihat temannya di koridor. Alisnya terangkat sebelah, saat netra jatuh pada gadis cantik yang di rangkul Nugraha. Gasta pun mendekat. "Pada ngapain di sini?" Netra Gasta masih terfokus pada gadis di sebelah Nugraha. Wajah Denta langsung berbinar senang, "Gastaaa!!" Tangan Denta melambai riang, dan menghampiri Gasta. Gasta mendelik kaget di buatnya. Dia kenapa, sih? Denta tiba-tiba senyum manis begitu, padahal Minggu kemarin gondok gara-gara Gasta, dia jadi ikutan di kejar anak buah Karrel. Gasta tak pegangan apapun sekarang, kalau dia ambyar gimana? "Apa?" sahut Gasta datar. "Entar, lo mesti awasin gue pas ikut joget di bawah panggung." "Kenapa?" "Ya kan, lo cowok gue. Gimana, sih? Kalau ada cowok pepetin gue nanti, emangnya lo terima?" semprot Denta sewot. "Oh." "Jangan oh doang, lo harus jagain gue. Itu tugas lo sebagai pacar!" "Terserah." Cewek itu cekikikan, dan entah keberanian darimana langsung menarik tangan Gasta. Seakan masih kebingungan, Gasta pun hanya pasrah--menurut saja ketika Denta menariknya, membawanya pergi. Di susul Nugraha. Gista juga yang melangkah santai di samping Alfan, keduanya nampak mengobrol. Lalu Dira dan Alex di barisan paling belakang, terlibat aksi sikut-sikutan. Suara Leo--tiba-tiba muncul, berlari bergabung dengan mereka. *** Grup band dengan aliran musik Pop Rock yang sedang naik daun, sengaja di datangkan sekolah untuk menjadi mengisi acara perayaan ulang tahun Dharma Wijaya. Membuat para murid beramai-ramai ke lapangan outdoor, mendekat ke arah panggung. Denta melompat-lompat kecil di antara kerumunan, bersama Dira, Ivon dan Gista di sebelahnya. Bahkan, seragam putih abu-abu mereka, sekarang sudah di ganti dengan kaos olahraga, dan trenning sekolah. Meski beberapa kali, dia akan terdorong kecil saat ada siswa yang mendosok ikut menyeruak. Kadang kala, dia akan protes keras dan memaki, saat ada murid berniat menggeser tempatnya. Tak peduli, cowok atau cewek. "Foto dulu, guys! Senyum!!!" Ivon segera bergabung, saat Denta mengacungkan kamera, berfoto dengan Dira dan Gista si ratu selfie. “Dir, cowok lo sama temen-temennya mana? Katanya mau ke sini?" tanya Denta. Dira melengos, "Palingan menelin degem imut dulu, di ujung sono. Tadi gue lihat ada Nugraha sama Leo di situ soalnya," sahut cewek cantik itu seadanya. "Cih, dasar crocodile." "WOI, ANAK 11 IPS 5 KUMPUL DI SINI AJA WOI, STRATEGIS!" teriak Panji dengan tangan melambai dari sebelah kanan panggung. Mata Denta berbinar cerah, saat suara Panji terdengar paling keras. Denta pun langsung segera menarik teman-temannya ke sana. Sekarang, kelas 11 IPS 5 berada di sisi kanan panggung. Seakan menguasai kelas itu, tempat yang lebar dan kosong di isi kerusuhan mereka yang bertotal 25 anak itu. Sudah seperti ruang rapat, 'yang berkepentingan di larang masuk', setiap kali ada siswa lain berniat menggeser tempat, mereka akan langsung mencak- mencak dengan sewot. "Santai ler, santai!" komando Denta, saat ada seorang siswa menyenggoli dirinya. "JAGA JARAK DONG WOI!! GESER WOI GESER!! TANGAN LO NYIKUT ANAK KELAS GUE NIH!!" omel Panji rusuh, saat ada kumpulan cogan dari 11 IPS 1, sengaja mendempet pada punggung Denta dan lainnya. "JANGAN RUSUH DI KELAS GUE! SONO MASIH BANYAK YANG KOSONG!!" Panji kembali mengomel. Denta langsung bergabung pada teman-temannya yang kini menari rusuh seperti orang gila. Denta sudah menari heboh, sambil bersenandung kecil, saat lagu cukup familiar di telinganya. Dira dan Gista juga melakukan hal serupa, sementara Ivon di peralat oleh ketiganya menjadi kameramen dadakan, untuk merekam aksi ketiganya. "Hallo Rakyatku!! Pangeran tampan sudah datang. Ayo-ayo, sungkem dulu sini!" pekik Nugraha dengan tampang tanpa dosa. "Najis Nu, najis!" umpat Denta. Tiba-tiba, Nugraha datang di sebelah Denta, di susul Alex dan Leo di belakangnya. Ketiganya mulai rusuh, dengan langsung bergabung dengan Denta, Dira dan Gista, ikutan berjoget gila. Menghentak-hentakkan lengan dan kaki sangat heboh. "RACUN!!! RACUN!!! RACUN!!" "MATI LAJA DARAHKU MEMANG KAU RACUN!!" Suara Denta dan Nugraha terdengar paling keras sendiri. "AMPUN! AMPUN! AMPUN!!!" "TAKLUK SUDAH HEBATKU!!" "TAKLUK SUDAH HEBATKU, MEMANG KAU RACUN!!" Lagu riang dengan hentakan keras itu membuat penonton jadi rusuh seakan lapangan sudah menjadi tempat dugem. Kini, para murid 11 IPS 5 sudah membentuk lingkaran dengan sangat antusias. Denta dan Nugraha berdiri di tengah- tengah. Menyanyi-nyanyi riang dan berjoget rusuh seakan sudah gila. Banyak murid dari kelas lain, yang justru ikutan antusias karena melihat si primadona joget-joget seperti itu. Tak terkecuali Gasta, berdiri agak jauh, memandang Denta dengan ekspresi kelewat datar. Lucunya. Ivon yang merekam ternganga- nganga melihat aksi Nugraha dan Denta. "PANJI, ANAK LO WOY, ANAK LO!" Nur langsung rusuh. "Males, yang ada gue di sembur dia nanti," kata Panji tak peduli, dia tetap berjoget. Dira tertawa, yang tadinya hanya joget di tempat, sekarang berniat maju ke tengah mengikuti Denta dan Nugraha. Kepalanya sudah bergerak lebih lincah dari sebelumnya. "Dir, mau ngapain?” omel Alex, “Jangan sesat Dir, please jangan!” Alex yang heboh, berusaha mengamankan pacarnya. Tapi Dira melengos tak peduli. Tetap menghentakkan kepala, kaki dan tangannya ikutan brutal seperti Denta. "GASTA!! CEWEK LO KANDANGIN DONG INI!!! DIA BAWA VIRUS BUAT CEWEK GUE!!" teriak Alex lalu mengumpat saat melihat Dira dan Denta goyang ngebor. Leo tertawa di sebelah Alex. Merasa tertarik melihat Denta yang begitu bebas menari begitu, Leo pun melangkah mendekati cewek itu di tengah. Menemani Denta, Nugraha dan Dira. Alex ternganga-nganga melihatnya. Apalagi, saat Denta di gendong Leo di pundaknya. "DIRA JANGAN SAMA NUGRAHA, SAMA GUE AJA!!" Alex segera berlari ke tengah, saat Dira berniat naik ke atas pundak Nugraha. Tentu saja tak terima ceweknya di gendong cowok lain. Dira nyengir kuda, lalu naik ke atas pundak Alex. Berjoget secara brutal seperti Denta. Sedangkan Alex dan Leo pun antusias menikmati. Gasta terkekeh pelan memandangi itu dari jauh. Bukannya cemburu, dia malah senang melihat Denta yang tampak bebas dan aktif begitu. Imut. "GASTA, GANTIAN ELO YANG GENDONG GUE DONG!!" teriak Denta menoleh ke arah Gasta. Ekspresi Gasta langsung datar kembali, "Males!" balasnya jutek "CIH! Sok banget anjir," Denta mendecih, langsung riang lagi saat musik berganti, dengan lagi favoritnya. Leo yang menggendong Denta, tidak merasa keberatan sama sekali. Meski Denta tinggi, tapi dia kurus. Tubuh cewek itu enteng. Tak lama, dia jadi mendelik, saat Marwah berdiri di pinggir lapangan, melihatnya tidak senang. "Le, ada cewek lo tuh. Parah sih anjir, entar gue di katain PHO!!" seru Denta dari atas tubuh Leo. "Hari ini nggak cinta-cintaan dulu Nta, ayo joget lagi!!" katanya riang. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD