10 | H+1 Pacaran

2275 Words
"Kiw, cewek! Set dah, cakep bener neng. Jadi, pengen halal in," celatuk Nugraha sampai di parkiran, tanpa sengaja seorang siswi lewat. "Udah sore, woy!" tegur Sandy tak habis fikir. Gasta menyikut perut Sandy, "Rukyah sono!" ujarnya malas. "CINTAAAA!!" pekik Nugraha lantang. "Nah, kan!" Gasta mendelik gondok. "Lo kenal tu cewek, Nu?" Leo bergumam. Gadis bernama Chinta, siswi 11 IPS 2 yang sedang berjalan beriringan dengan dua temannya yang lain pun menoleh spontan pada pemuda bergigi kelinci itu. "CINTA BAGIKU EMPEDU, PAHIT MERESAP KE TUBUH," Nugraha justru malah bernyanyi lagu dangdut, membuat siswi bernama Chinta itu malu setengah mati. "Gadis manis berambut pirang, ngapain berhenti? Mau ikutan nyanyi bareng abang juga?" Nugraha menaik turunkan alisnya. "Setan, gue kira manggil gue tadi. Ayo pulang. Di sini orang gila semua." Chinta langsung beranjak dari sana menarik teman- temannya pergi. Leo terbahak, "Itu anak kabur, cuy. Malu kali dia. Emang nggak ada otak lo Nu. Pantes sih, satu sekolah ngatain lo playboy. Atau fakboy malah, kata orang zaman jigeun." "Biasa lah, orang cakep." "Emang ya, otak kalau dapetnya dari giveaway jadi begini," cibir Sandy sensi. "Sore Nugraha!" sapa seorang gadis berambut panjang lurus, sambil tersenyum malu-malu menghampiri Nugraha. Gadis itu nampak mengibas- ngibaskan rambutnya. Nugraha menoleh, lantas mengulum senyum selebar mungkin, "Sore kembali Vivi," sahut cowok berambut spike tersebut, "Habis di rebonding ya rambutnya?" tanya Nugraha. "Iya nih, menurut kamu cantik nggak kalau begini?" gadis itu menjawabnya dengan malu-malu. "Cih, semua aja Nu lo ratain!" umpat Leo sepet. "Cantik kok cantik. Cantik banget malah." "Beneran?" Mata Vivi nampak berbinar senang. "Iya, dong!" Gapapa lah, bohong dikit. Bikin hati orang seneng, kan pahala. "Hai Gasta!" Kali ini Vivi beralih pada Gasta si bosgeng. Cowok yang tengah bermain ponsel itu jadi mendongak, "Nggak papa kok, cuma pengen nyapa aja, heheh." Alis Gasta bertaut, tidak menggubris lagi. Sementara Nugraha sudah mengumpat, karena di tertawai habis-habisan oleh Leo dan Sandy. "Gasta, duluan ya! Udah di jemput papi," pamit Vivi malu-malu, sedang Nugraha jadi gondok, "Gasta, telfon gue entar malam angkat ya!!" teriak Vivi dari jauh. "Berat Nu kalau saingannya udah sama Gasta mah," Leo terbahak. "Lo mah di samping Gasta cuma butiran debu," Sandy menimpali. "Cih." Nugraha hanya mendecih, "Gas, habis ini jadi latian basket?" tanya pemuda itu. "Jadi, kayak biasa." "Oke. Berarti langsung di sini aja ya, nggak usah balik." Pertanyaannya di angguki ringan oleh Gasta. "Eh, Alex mana sih anjer? Di tungguin nggak dateng-dateng," Nugraha ngedumel. "Gas!" panggil Leo tiba-tiba hingga membuat cowok itu menoleh, "Itu bukannya Denta--cewek lo ya?" Leo menunjuk pada gadis yang tengah berjalan malas di belakang Alex dan Dira. Sesekali terlihat mengumpat bersiap untuk menampol keduanya walau tidak jadi. "Sayang, kata orang-orang aku jelek tau. Emang bener ya?" tanya Dira sambil bergelayutan manja di lengan Alex. Alex yang gemas, langsung menguyel-uyel pipi chubby cewek itu, "Enggak kok. Kamu tuh cantik kayak bidadari. Denta yang primadona sekolah aja kalah cantiknya sama kamu." "Gue masih denger ya setan!" tukas Denta di belakang keduanya, gondok. "Ihh, lepas dong Panda! Pipi aku sakit, ini masih di sekolah tau," erang Dira. "Password-nya dulu dong!" kata Alex gemas. "Bundasayangpanda123!" jawab Dira. Fix, Denta mau muntah. "Norak lo berdua, norak!" Geram, Denta langsung melewati keduanya dengan sewot. Sumpah deh, kok ada gitu dua manusia menjijikkan seperti mereka berdua? "Syirik aja lo. Sono ajak Gasta uyel- uyel pipi! Tapi inget ya, password nya jangan samaan," semprot Alex. "Najis!" umpat Denta. Gasta yang melihat ekspresi kesal gadis itu dari jarak lima belas meter, lantas tersenyum miring. "SANDY PRADIPTA!!!!" teriak Denta. Sandy yang sedang menegak teh kotak langsung tersedak saking kagetnya, teh yang di minum langsung menyebur keluar. "Kenapa lagi?" sahut Sandy. Denta sempat melirik Gasta yang tengah duduk di atas motornya sambil memainkan ponselnya. Lalu, beralih pada Sandy lagi. "Pakai nanya lagi lo. Ayo kita pulang!" "Sono San, ibu negara udah ngamuk tuh, minta pulang," ledek Nugraha. "Lah, gimana sih? Kok nggak bilang gue dulu tadi?" protes Sandy. "Ihh, emangnya kenapa?" tanya Denta bingung. "Gue mau kencan habis ini sama Alika, ler. Anaknya masih di ruang guru sekarang." Denta mendecih, "Anterin gue balik dulu, dong! Lo sepupu gue bukan?" katanya. "Besok aja ya, kalau mau nebeng gue." "Ya terus, gue sekarang pulangnya naik apa dong???" Cewek itu sudah mencak-mencak tidak karuan. Sandy mendengus, "Gue pesenin gojek deh, gue yang bayarin." Denta melipat kedua tangan di depan d**a, lantas membuang muka, "Nggak mau. Bahaya tau." Pandangannya beralih pada Leo, cowok di samping Sandy, "Le, balik sama siapa?" "Sama Marwah, tuh anaknya baru keluar,” balasnya. Denta mendecak, "Nunu, balik sendirian kan? Anterin gue balik ya!" "Yah Nta, gue ada latihan basket habis ini di lapangan." Nugraha membalas. Denta menggerutu sebal, "Lex, lo balik sama Dira?" Alex mengangguk, "Iya, tapi masih nanti baliknya. Gue mau latihan basket, Dira nemenin." Dira kelihatan nyengir. "IHHH, TERUS GUE BALIKNYA SAMA SIAPA DONG???" Mata Denta berputar ke sekeliling. "Ya udah, gue anterin mau?" Gasta memasukkan ponselnya ke dalam saku seragam. "Gas teroosss!!!" pekik Sandy kencang. "Ngeeeenggg!!!" celatuk Leo mulai memakai helm nya. "Uwuu, di anterin cogan," Nugraha heboh sendiri. Sedangkan Dira sudah menyenggol Denta memberi tanda. Gadis cantik itu nampak mendecak, kemudian melengos, "Udah lah, gue mau naik gojek aja," katanya langsung pergi. "Lah, tadi katanya nggak mau?" gerutu Sandy. "Eh, Nta!" tahan Gasta, cowok itu mendekat ke arah gadis tinggi yang mulai agak jauh darinya, Denta berbalik, "Apa?" sembur cewek itu galak. "Balik sama gue!" katanya tegas, Denta jadi mendelik, "Tunggu sini, gue ambil motor dulu!" Gasta sudah berniat untuk berbalik. "Nggak mau!" "Kenapa?" Denta mendengus, "Gimana sih, kata Nugraha ada latihan basket. Lo kan anak basket juga. Entar lo telat dong kalau anterin gue dulu." "Oh." "Apanya yang oh?" "Nggak." "Dih, tuh kan aneh." Denta langsung berbalik berniat pulang saja. Lagi-lagi Gasta menahannya, "Ikut gue latihan dulu kalau gitu." "Loh-loh, heh gimana sih?" Dan percuma, cowok itu sudah menariknya lebih dulu. *** Terdampar di lapangan indoor sekolah. Denta duduk di kursi tribun sebagai penonton bayaran, bersama dengan Dira disebelahnya. Walaupun bayarannya cuma air mineral dingin, dan snack pilus kacang garuda. Behh mana itu rasa airnya tawar lagi. Itupun milik Gasta yang dia palak tadi. Boro-boro cowok itu sukarela bagi-bagi. Tadinya, Denta masih sempat ngeyel mau pulang. Kegabutan yang haqiqi, katanya. Ponselnya mati. Dia tidak ada hiburan. Sedangkan Dira malah asyik streaming youtube, nggak ajak- ajak. Tapi Gasta, dengan segala kebaikan bak pacar idaman, dengan suka hati meminjamkan ponselnya, lalu kembali ke lapangan. "Mari kita lihat, seberapa banyak chat Gasta sama para chili yang dia modusin.” Di mulai dari w******p Gasta. Denta men-scrool mulai yang paling atas sampai ke bawah. Banyak sekali chat modus dari para cewek yang bertebaran. Tapi, tidak ada satupun yang di balas oleh Gasta, "Cih, sombong amat." Tatapan Denta jatuh pada kontak yang di beri nama Alesia. Cewek itu mendelik, baru sadar ternyata Alesia gatelnya bukan main. Alesia Pagi Gasta. Good Morning Miss u :* Kok nggak di bales? PPPP Gasta, balikan yuk J Gas, aku masih sayang kamu loh "Najis banget sih ini cewek," kata Denta gondok. Lalu beralih pada i********:. Cewek itu pergi ke DM. Dan sama, banyak sekali ciwi-ciwi yang mendekati Gasta. Dan tidak ada yang di respon sama sekali. Sok jual mahal banget anjerrr. Gitu kok ngatain gue kemarin, cih. Selesai. Urusannya tuntas menjadi mata-mata ponsel Gasta, Denta beralih pada kamera. Cewek itu mulai selfie dengan sangat lebay sekali. "Nta, itu beneran HP Gasta yang lo bawa? Seh mantep, jadian beneran ternyata?" kata Dira tiba-tiba. Denta nyengir, "Gue mah kalem Dir. Ada cowok ganteng yang nembak, ya gue iyain. Kalau kata nyokap gue, harus mensyukuri. Nikmati alurnya aja." "Minsyikiri, halah tayi. Kemarin aja lo ngotot nggak mau." "Kaget dong anjir guenya. Dia aja tiba-tiba dateng, langsung gedor begitu," sahut Denta sewot, “Untung gue nggak mabokan orangnya.” "Iya juga sih, ya. Gue kalau jadi elo juga pasti kaget banget. Eh, tapi kenapa ya Gasta tiba-tiba nembak elo? Kalian kan baru kenal juga." Denta mengibaskan tangannya seolah tidak peduli, "Posthink aja, kali aja dia jodoh gue di masa depan." "Terus, Azka gimana, Nta?" Denta langsung mencuatkan bibir, "Nggak tau, kan nggak satu sekolah." "Maksudnya, lo masih sayang dia?" "Lumayan, sih." "Tapi gantengan Gasta tau. Azka mah, menang putih doang." Denta terkekeh saja. Kemudian beralih pada lapangan basket. Dimana pertandingan antar grub tengah berlangsung. "Si cabe lihat deh, Nta. Sok cantik banget, mana centil, najis," umpat Dira bermaksud pada Alesia yang sedang menjadi pemandu sorak anak basket. "GASTA??? WAAAAA!!!" sorak Alesia menyemangati Gasta. "NUGRAHA??? WUUUUU!!" sambung anak cheerliders, berikutnya tertawa sumbang saat Nugraha mengumpat. "GASTA??? SEMANGAT!!" pekik Alesia bersamaan dengan yang lain. "NUGRAHA?? BALIK KAMPUNG SONO!!!" sambung mereka lagi. "Woi, lo pada belum pernah lihat pemain basket berantem sama penonton, kan? SINI LO MAJU SEMUANYA, GUE BACOKIN!!" Nugraha langsung mengamuk, pada sekumpulan anak cheerliders di lapangan. Denta dan Dira terbahak di samping lapangan. Tapi, Denta langsung melirik sensi saat Alesia dengan centil menyerukan nama Gasta terus. ‘Bukan cemburu gue, najis. Cuma kalau urusannya udah sama Alesia, gue bawannya emosi terus!!!’ Gitu kata Denta dalam hatinya. "GASTA, MASUKIN BOLANYA KE RING, DONG! FOKUS WOI, JANGAN MIKIRIN GUE TERUS!!!" teriak Denta saat melihat Gasta gagal memasukkan bola ke ring. Gasta mendelik kaget. Denta kesurupan ya? Kok mendadak senyum manis begitu? Gasta sampai merinding. Tapi, cowok itu langsung jadi faham saat Alesia menyoraki cewek itu, dan Denta membalas tak kalah sewot. "WUUUUU, KAYAK PUNYA LAKI SENDIRI AJA LO, NAJIS!!" teriak Alesia pedas langsung nyinyir, dari lapangan indoor. "YA KETIMBANG LO, NERIAKIN COWOK ORANG, DASAR CABE!" sahut Denta sewot, dari tribun, “HAHAHA, NGGAK LAKU YA MBAK?” sindirnya. “MATA LO TUH NGGAK LAKU. GUE TUH LAKU, CUMA GUE PEMILIH,” sarkas Alesia tak mau kalah. "CARI COWOK SANA LE, JANGAN COWOK GUE LO GATELIN! MAU GUE GARUK MUKA LO?" ancam Denta, seperti meledek sebenarnya. Alesia langsung melotot, berniat untuk menghampiri Denta di tribun, tapi di tahan yang lain. Tidak peduli, Denta kembali melihat ke arah lapangan, "GASTA MASUKIN BOLANYA DEMI CINTA ELO KE GUE YA!!!" katanya riang. Gasta menarik bibir tipis. Menahan untuk tidak menyemburkan tawa, saat melihat Denta loncat-loncat bersama Dira. Tak habis fikir dengan cewek itu. Padahal, tadi badmood habis. Tidak ingin terlalu memikirkan, Gasta kembali melanjutkan pertandingan. *** Gasta duduk di kursi tribun, samping Denta, memperhatikan anak buahnya yang sedang berlatih keras di lapangan. Tadi, setelah bermain selama lima belas menit, cowok itu langsung keluar memberikan kesempatan yang lain untuk bermain. Jabatan sebagai kapten basket, membuatnya bisa santai kapan saja, dan akan menjadi manusia paling bawel jika turnamen tiba. Meski kini hanya memperhatikan, dia tetap rusuh dari tempatnya. "SHOT BOLANYA NJ*NG!!" "OPER-OPER!! AR, DRIBLE YANG BENER!!!" "LO NGAPA DIEM AJA BANGS*T. KEJAR BOLANYA!!" Denta melengos tidak peduli. Dia malah asyik bikin siaran langsung di i********:-nya Gasta. Bodo amat bakal di serbu fans nya Gasta. Toh, di siaran kali ini nyaris semua fans cowok itu yang bergabung, dan sudah banyak komentar. Siapa yang berani sama gue haa? "Gas, sapa penggemar lo, dong! Pada nyuruh lo senyum ini." Denta menoel-noel lengan Gasta agar memperhatikan ponsel cowok itu yang di bawanya, "Males!" Gasta tetap lurus menatap lapangan, tanpa menoleh. "Dih, sok ganteng banget, anjir. Nyapa bentaran doang, kok. Nggak lama!" omel Denta memaksa. "Ogah,” tolak Gasta mentah-mentah. "Gas, ada yang nanyain nih, lo kemana aja? Kok chat dia nggak lo bales," kata Denta tetap melihat ke arah ponselnya. "Terus, ini juga ada yang nanya, lo putus sama Alesia kenapa?" kata Denta. "Mantan lo berapa? Ada yang nanyain juga nih,” ocehnya lagi. "Eh-eh, ada lagi, lo naksir Denta kenapa? Dia cantik ya?" Denta terkekeh sendiri. "Gasta, woy!! Nyahut kek!" seru Denta gondok.Tetap tidak ada respon. "Gasta!!" kesal Denta menoel-noel lengan pemuda itu. "Hm?" "Gue minta putus nih ya!" ancamnya melotot galak. "Ck, ya udah iya, apa??" Gasta langsung ngegas, Denta jadi nyengir. "Senyum!" kata Denta mengarahkan ponselnya pada Gasta. Gasta mendecak, "Gue nggak biasa, malu." "Muka lo itu ganteng ya, apanya yang mesti di maluin?" Denta nampak jengah. "Gas! Gas! Yang nomor punggung 05 siapa? Kok ganteng?" seru Denta tiba-tiba. "Ihhh, yang baru masukin bola juga manis. Anak IPA ya?" katanya lagi. "Gasta, sampingnya Nugraha itu siapa namanya? Cute banget,” tanyanya heboh. Gasta melengos, enggan menanggapi. Cowok itu bangkit, "Gue ganti baju dulu!" "Eh, gue tunggu sini?" "Hm." "Nanti lo ke sini lagi, kan?" "Iya." "Kalau ketemu Dira di toilet, bilangin suruh cepet ya!" "Ok." "Lo nggak nanya kenapa, Gas?" "Kenapa?" "Kepo." Denta tertawa puas melihat Gasta kesal. Syukurin, siapa suruh maksa gue jadi cewek lo. Namun, Denta langsung berhenti tertawa saat Alesia menghampiri Gasta sambil membawa handuk kecil dan air minum, "Hadeh, caper banget." "Gue bawain Gasta air minum sama handuk kering, loh!! Ceweknya kok enggak?" pancing Alesia yang berdiri di depan Gasta, Denta langsung melirik jengah. "NTA, TIKUNGAN TAJAM, TUH!" seru Nugraha dari lapangan. "Awas lo!" kata Gasta malas, tapi Alesia kekeuh menahan. "Ihh, bentar dulu dong. Gue lap in keringet lo ya!" Alesia melirik Denta lagi, "Gue perhatian banget kan Nta, jadi cewek?" pancing Alesia lagi, "Kayaknya Gasta bakal nyesel deh, pacaran sama lo. Dan balik ke gue." Alesia sambil tersenyum, mengelap keringat Gasta dengan telaten, padahal cowok itu sudah menepis berulang kali. "Gasta!!" Denta melangkah mendekat pada keduanya. Menyikut lengan Alesia agar minggir. Cewek cantik itu sampai mengumpat karena hampir terjungkal. Lalu, Denta mengikis jarak pada Gasta. Dan... Cup Cewek itu nekat mencium Gasta di depan Alesia. Senyum puas tercetak di wajah cantik cewek itu. Apalagi ketika mata Alesia melotot tidak terima. Sedangkan Gasta, cowok itu tetap stay cool, dengan hanya menarik kedua alisnya ke atas secara bersamaan. "YANG LAIN NGONTRAK!!" kelakar Nugraha dan Alex heboh dari arah lapangan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD