06 | Pulang Bareng

1211 Words
“SANDYYYY!!” teriak Denta, sambil melambai-lambaikan tangannya pada sosok jangkung Sandy yang sedang berdiskusi dengan seorang siswa di koridor lantai dua. Kepala Sandy mengadah ketika mendapati Denta berjalan menghampirinya sekarang, “Hm, apa? Gimana tadi?” tanya Sandy sambil melirik cewek itu sekilas. Kening Denta mengerut, “Apaan? Ngomong tuh yang jelas. Ambigu tau nggak?” “Seh, yang habis di cium king sok-sok an lupa. Gimana tuh tadi rasanya Nta? Jantung lo apa kabar? Pasti jedag-jedug, ye kan?” Sandy terkekeh geli. Denta spontan menjambak rambut Sandy bringas, “Najis! Udah lah, nggak usah di bahas. Temen lo itu emang nggak waras tau nggak.” “Terus, elo nyamperin gue bakal apaan?” “Pulang entar, gue nebeng elo ya. Soalnya Vero nggak bisa jemput. Ada kerja kelompok katanya.” Sandy mendecak, “Halah, tugas kelompok apaan. Palingan juga adek lo itu ngetem di GottaGo Caffe sama ceweknya.” “Bodo, bukan urusan gue. Yang penting, entar gue nebeng elo ya!” “Hmm, tapi gue masih ada rapat OSIS sampek jam lima. Lo mau nungguin?” “Oke deh, gampang. Thanks kakak sepupu!” “Cih, kalau ada mau nya aja baru nganggep gue kakak sepupu,” Sandy mencibir, sementara Denta terkekeh lalu ngacir pergi. "Dia yang bikin kantin heboh tadi, kan?" tanya Vian membuat Sandy menoleh. Sandy manggut-manggut, "Hm, Gasta naksir dia." Dia masih memandangi punggung gadis itu yang kini sudah menjauh. Hingga sebuah pencerahan muncul di kepalanya. Dia pun merogoh ponsel dari dalam saku, dengan senyum mengembang. Sandy : Gas, lo sama anak-anak jadi ke basecamp entar? Tak lama, balasan cowok itu terima. Gasta : Jadi, lo ikut juga? Sandy : Gue nggak ikut, ada rapat OSIS. Lo kalau berangkat agak sorean aja, gimana? Gasta : Knp? Sandy : Anterin Denta balik, mau? Gasta : Knp gue? Sandy : Gue masih rapat, tapi dia mau nebeng. Kasian kalau nungguin lama-lama. Gasta : -_- Sandy : Bacot, gue tau elo mau. Jemput dia ke kelasnya ya! Gasta : Y Sandy mengumpat kasar seketika. Gondok bukan main, dengan temannya yang irit ngetik dan irit bicara itu. *** Ivon yang berdiri di ambang pintu kelas, kembali menoleh ke arah Denta yang masih sibuk merapikan alat tulisnya, "Nta, cepetan! Udah mendung nih!" pekiknya nyaring. Denta melirik ke arah luar, "Mau gue cepet juga tetep balik telat Von. Gue nebeng Sandy soalnya heheh,” balasnya sambil nyengir. "Sandy emang mau ngapain?" tanya Ivon. "Mau rapat OSIS katanya." "Lah, tumben? Lo nggak bawa mobil, Nta?" Dira yang sibuk menghapus papan karena terjadwal piket, langsung menyahut. "Kalau gitu, gue duluan ya!" teriak Ivon langsung ngacir pergi. Dira mendelik, "Pon, gimana sih kok gue di tinggal? Gue mau ke kos lo dulu nih." Dira buru-buru mengambil tas, dan berlari menyusul cewek itu, "Duluan ya Nta!" pekik Dira, sesaat sudah di ambang pintu kelas. "Nta, nggak balik?" tanya Panji—ketua kelasnya. Denta menoleh, "Iya, habis ini kok,” balasnya dengan ramah. Panji mengangguk, "Kalau gitu, gue balik duluan ya!" pamit Panji menepuk pundak Denta, lalu berjalan keluar menyusul yang lain. Kelas 11 IPS 5 hanya menyisakan beberapa orang sekarang. Denta melirik, diam-diam takut juga kalau di tinggal sendirian. Cewek itu langsung bangkit, berniat menyusul Sandy di ruang OSIS. "Denta, di cariin Gasta nih!" Suara Panji terdengar keras dari luar. Denta langsung melongo, "Hah, gue? Kok?" Cewek itu memajukan tubuhnya untuk melihat ke arah luar. Matanya seperkian detik di buat melebar, melihat punggung tegap seorang pemuda membelakanginya sekarang, “Dih, mau ngapain tuh anak?” celotehnya bingung sendiri. Denta segera meraih tasnya, buru-buru keluar dari dalam kelas, "Apaan?" tanya Denta to the point. Masih gondok karena pemuda ini menciumnya tadi. "Lo mau ngapain? Mau cari ribut sama gue? Eh, gue masih berbaik hati ya buat nggak colok mata lo, karena udah berani nyium gue di kantin," kata Denta langsung menggulung lengan seragamnya penuh emosi. Gasta hanya melirik, dengan gaya nya yang tetap stay cool, "Cek hp lo!" “Dih, buat apa?” Kening Denta mengerut. “Cek aja!” suruh Gasta, tanpa fikir panjang langsung merogoh ponselnya. Mengecek notifikasi yang masuk. Sandy : Gasta udah jemput lo di kelas, kan? Sandy : Nta, lo ikut dia aja ya! Gue rapat OSIS sampai malem kayaknya. "Sejak kapan ada rapat OSIS sampai malem? Dih, emang ter-bangkai nih bocah," Denta bermonolog sendiri. "Ck, ayo!" Denta mengangkat wajah, melihat Gasta yang nampak jengah, "Lo ikhlas beneran nggak, nih?" tanya Denta sensi. "Hmm." "Apanya yang hm?" "H dan M." Denta mendelik, siap menggaruk wajah Gasta, "Ah, lama lo!" umpat Gasta langsung menarik lengan Denta dengan tidak sabaran. "Woi, lo nggak bisa apa lembutan dikit sama cewek? Sakit ege," Denta meronta minta di lepas. "Lo cewek?" tanya Gasta dengan ekspresi kelewat santai. Denta langsung gondok sendiri. Meski begitu, dia tetap mengikuti Gasta dari belakang. Sesekali, Denta akan mengangguk saat beberapa murid menyapa mereka. Beda halnya dengan Gasta, yang tetap lurus lempeng di jalurnya. Tak terusik sama sekali. Tidak jarang, Denta langsung meringis geli ketika banyak pasang menatap keduanya seolah penuh tanya. Namun, tidak ada yang berani memberikan tatapan tajam untuk Denta. Sekilas, Gasta nampak melirik langit yang gelap dan perlahan jatuh tetesan air. "Yah, gerimis Gas," kata Denta sambil memperbaiki letak ranselnya, "Lo bawa motor apa mobil?" tanyanya. "Mobil." "Syukur, selamet gue." Denta kembali mendongak menatap gerimis yang berubah menjadi hujan deras sekarang. "Mampus dong, hujan. Mana parkiran mobil jauh banget." Gasta mendecak, melepas jaket kulit yang di kenakannya, "Lo sih lama tadi!" omel Gasta, membuat Denta jadi mendelik. Cowok itu merentangkan jaket untuk menutupi dirinya. Jantung Denta jadi mencelos begitu saja, saat melihat cowok itu seakan tidak peduli. "Gue nya nggak di ajak? Gue nggak bawa jaket loh ini," Denta langsung berseru. Gasta melirik, "Lo siapa?" tanya Gasta tak santai. Denta sampai mendecih. "Cih, belagak lo Gas. Bodo ah, lagian juga cuma hujan air, gue berani kok. Beda lagi kalau hujan bola api," kata cewek itu pedas. Denta berlari, melangkah lebih dulu meninggalkan Gasta. Namun, gadis itu terkejut ketika tubuh Gasta merapat padanya. Merentangkan jaket, di atas kepala mereka berdua. "Najis, ngapain sih lo mepet-mepetin gue? Awas loh ya, kalau kayak tadi di kantin!" ancam Denta. "Cepetan, udah deres!" kata Gasta mulai berlari, yang membuat Denta mau tak mau mengikuti. Dengan payung jaket hitam pemuda itu, kedua remaja dengan postur sama -sama tinggi itu, berlari kecil menyusuri hujan. Beberapa murid yang masih berada di sekolah, di buat melongo seketika. Tak sedikit dari mereka yang menjerit histeris melihatnya. "Ihh, gue berasa di drama korea. Lucu deh,” kata Denta. Tepat saat Denta menoleh pada pemuda itu, ternyata Gasta tengah melihat ke arahnya sekarang. Cowok itu menyeringai tipis. Denta jadi agak tersentak, memandang wajah Gasta dari dekat. Rambutnya agak basah, terkena air hujan. Membuatnya terlihat sangat tampan. Denta terpana seketika itu juga. Tangan Denta terulur menampol pipi cowok itu, "Jangan lihatin gue kayak gitu, berapa sih? Kalau gue baper gimana?" "Bagus!" "Apanya yang bagus?" "Jadi, gue nggak harus baper sendirian," kata Gasta sangat santai. Dan sial, wajah Denta langsung panas setelahnya. Di iringi degup jantung yang menggila tidak tau diri. Gadis itu lantas membuang muka, malu bukan main. Sedang Gasta, menampilkan senyum tipisnya. "Temenin gue makan!" ajak Gasta, saat mereka sudah tiba di dalam mobil. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD