Setahun kemudian....
Kelas sebelas semester 1....
Sebuah mobil sport SLK warna putih keluaran terbaru perusahaan mobil mewah Merchedes Benz, melaju angkuh di sepanjang jalan masuk SMA Dharma Wijaya. Di susul di belakangnya, mobil tak kalah mewah nya, all new Sivic Turbo warna hitam, sedan City warna silver, honda HRV warna putih dan sebuah mobil dakar fortuner, yang membuat para siswi memekik kegirangan melihat mereka.
Siapa lagi kalau bukan geng-an Gasta yang di sebut kelima inti Arvata. Kumpulan badboy yang jago bikin kaum hawa menggila. Mereka bukan hanya kumpulan badboy yang suka damprat adek kelas, tapi juga geng motor yang terkenal akan kehebatannya dalam bela diri, strategi p*********n, penuh intimidasi dan tak terkalahkan. Geng yang terkenal seantero sekolah dan luar sekolah. Bahkan satu Jakarta pasti tau mereka, terlebih ke-lima intinya.
Parkiran mobil yang luas membuktikan betapa hebatnya gerombolan pemuda tampan yang mengenakan seragam kebanggaan SMA Dharma Wijaya. Atasan kemeja putih yang di balut rompi V-neck warna maroon dan bawahan cream. Tentu saja mereka berpengaruh penting di sana. Terlebih orang tua mereka yang berperan cukup andil, menjadi donatur besar di sekolah. Memiliki banyak koneksi di luar, karena nama orang tua di belakang nama mereka. Mereka tipe pacar-able banget, bagi remaja perempuan khususnya.
Di mulai dari Gasta Nismara Alvredo. Satu-satunya pemuda di antara mereka yang sengaja tidak memakai rompi kebanggaan Dharma Wijaya dan membiarkan kemeja putih yang keluar dari celana creamnya keluar. Bahkan, cowok itu juga sengaja sekali membuka dua kancing teratasnya, memperlihatkan kaos putih polos di dalamnya.
Dia adalah si icon, bosgeng utama sekolah. Cassanova-nya Dharma Wijaya. Dalam artian, dia juga pentolan di antara kelima-nya. Pemuda pemegang tahta tertinggi di Dharma Wijaya yang sering di juluki the king senior high school.Sebagian murid menyebutnya iblis kematian berwujud dewa dalam mitologi Yunani. Paling tampan, paling populer, paling dingin, datar dan juga arogan. Kaptan basket idaman SMA Dharma Wijaya. Dia tidak pernah bicara pada orang lain, kecuali orang yang memiliki urusan dengannya. Bibirnya sering tertarik salah satu, membentuk seringai iblis yang mematikan.
Dia benar-benar ciptaan Tuhan tanpa cela, yang nyaris menyerupai garis keturunan angel. Belum cukup di situ, Gasta juga memiliki orang tua yang kaya raya. Daffa Xixin Alvredo—papanya adalah seorang pembisnis properti sukses. Sementara Rita Augreli—mamanya adalah pemilik butik dan restoran terkenal.
Beralih pada Leo Sanjaya. Dia kalem dan wajahnya ganteng dengan kulit paling putih di antara ke empatnya. Sering di sebut-sebut sebagai cowok ter-cool seangkatan. Padahal mah apa, itu hanya untuk pencitraan saja. Leo Sanjaya itu sebenarnya humoris, jahil, meski tak se-ekspresif Alex atau Nugraha. Dia hanya belagak sok cool ketika ada degem imut atau cewek cantik yang lewat. Meski begitu, dia bukan fuckboy, karena hati Leo sudah di huni gadis cantik muslimah bernama Aria Marwah—teman satu kelasnya. Cowok keturunan China ini memiliki ayah yang bekerja sebagai seorang pengusaha softwere, sementara mamanya adalah dosen di perguruan tinggi di Jakarta.
Nugraha Arega—katanya sih playboy kelas kakap. Padahal mah dia sadboy sejati karena sering di tolak oleh para cewek. Padahal, dia sebenarnya itu tampan dengan aksen imut dan gigi kelincinya yang membuat pemuda itu semakin menggemaskan. Banyak kok yang menyukainya. Dia memiliki karisma, namun tetap saja karisma Nugraha tetap bisa di tolak. Sifatnya tengil dan sangat usil. Dan dia jomblo. Ayahnya seorang Jaksa.
Alex Samudera. Memiliki porsi tubuh tidak terlalu jangkung dan prawakan nya lumayan kurus. Selain ganteng khas asia, pemuda berdarah Thailand ini memiliki wajah yang bisa di bilang babyface. Sifatnya tengil, tidak jauh bobroknya dengan Nugraha. Di antara ke limanya, hanya Alex yang memiliki pacar. Namanya Dira--anak 11 IPS 5. Gadis berambut bob yang mencuri perhatiannya di awal semester dua, saat kelas sepuluh.
Dan terakhir, Sandy Arkana. Meski mainnya sama berandal sekolah, tapi dia tidak ketularan bandel. Walau beberapa kali sempat ikutan di hukum karna ulah bandel temannya, tapi dia tetap murid teladan dan ketua OSIS panutan di SMA Dharma Wijaya. Sifatnya tegas dan tidak suka di bantah. Tidak jauh berbeda dengan Gasta. No rokok, no minum, kalau tawuran dan bolos, kadang-kadang dia masih ikutan. Tidak jarang, Sandy suka sekali berfikir, mengapa dia bisa terdampar, gabung sama geng berandal ini?????
Mereka berlima keluar dengan gaya masing-masing. Gasta yang melangkah keluar dari SLK sport-nya, dengan wajah tanpa senyuman sambil mengunyah permen karet, di ikuti Sandy yang memasang ekspresi senormal mungkin, Alex dan Nugraha yang menggoda dan mengedipkan matanya genit saat keluar dari dalam mobil yang membuat cewe-cewek histeris. Berbeda dengan Leo yang memasang ekspresi belagak sok cool, membuat para murid jadi makin gemes dengan pemuda keturunan China ini.
Mereka berlima mulai melangkahkan kaki memasuki gedung sekolah dengan formasi Gasta di barisan terdepan, di ekori oleh Alex dan Sandy—yang kini terlihat merunduk fokus menatap layar ponsel. Lalu di barisan paling belakang, ada Leo dan Nugraha yang tengah berebut snack kacang yang di bawa Nugraha dari rumah. Lorong sekolah terlihat ramai ketika gerombolan inti Arvata yang merupakan geng besar di SMA Dharma Wijaya, berjalan bersama di koridor.
Tubuh tinggi, tegap dan proporsional yang membuat kesan gagah, sehingga para siswi menahan nafas ketika melihatnya. Wajah tampan mereka itu loh, membuat mereka meleleh dan betah berlama-lama berdiri di koridor sekolah.
“Gas-Gas, Alesia tuh!” pekik Alex heboh dari belakang.
Alesia—kapten cheerliders SMA Dharma Wijaya, yang merupakan ketua geng para ciwi-ciwi medusa angkatan kelas sebelas. Gadis itu sendiri adalah mantan kekasih Gasta, yang baru putus beberapa minggu lalu, dengan dalih Gasta sudah bosan. Meskipun tidak di juluki fuckboy seperti Nugraha, tapi mantan Gasta di sekolah ini ada banyak sekali. Dan kebetulan mantan terakhirnya adalah Alesia. Gadis itu tengah sibuk latihan cheerliders di tengah lapangan sana, untuk persiapan turnamen sebentar lagi.
“Buset dah, Alesia nggak takut kesleo apa jumpalitan begitu?” cerocos Nugraha tak habis fikir.
“Cantik ya nyet. Kenapa lo putusin sih? Sayang banget itu. Mau gue sepik, tapi udah ada Marwah yang lebih cantik,” kata Leo menyelatuk.
“Anak cheerliders tumben latihan pagi. Mau ada turnamen?” tanya Sandy yang memang dasarnya tidak tau apa-apa karena bukan anak olahraga.
“Iya, minggu depan.”
“Gas, ajak balikan sono!”
“Apaan sih Lex?” sembur Gasta langsung galak.
“Udah sih Lex, Gasta mah emang dari awal nggak naksir Alesia, tapi Denta,” balas Sandy menyambar.
“Bac*t!!” kata Gasta dengan suaranya yang b***k dan serak.
“Ciye, masih suka Denta,” goda Nugraha yang di ikuti siulan teman-temannya.
“Nggak!” balas Gasta singkat.
“Alah, gue tau lagi. Pas di kantin aja, lo masih sering lirikin Denta. Udah sih, gas aja doi. Lagian dia sama Azka udah putus dari lama, kan?”
“Doi jomblo nyet,” sambar Alex.
“Eh-eh, Denta tuh!” tunjuk Leo heboh ketika Denta terlihat menuruni tangga menuju lantai satu dengan buru-buru, membuat Gasta jadi memperhatikannya.
“Cantik banget astaga,” kata Nugraha setengah berbisik.
“Gasta mah beraninya jadi pengagum rahasia, nggak berani ngegas. Atau mau gue aja nih yang ngegas in?” Kata Leo sambil menaik turunkan alisnya.
“Setan lo!” umpat Gasta.
“CIYEE, CEMBURU!!”
“DENTA, GASTA NAKSIR ELO NIH!!” teriak Leo, membuat si empunya nama menoleh saat itu juga dengan kening mengerut.
Sedangkan Gasta menghembuskan nafasnya berat dan mengusap wajahnya kasar. Harusnya Gasta memilih diam saja tadi, tidak usah membalas ocehan Leo yang mau nyepik Denta. Suara siulan menggoda seantero sekolah yang mendengarnya, membuat Gasta mendecak pelan, dan bertepatan dengan itu, matanya tidak sengaja melihat Denta yang tersenyum sekilas ke arahnya, kemudian membuang muka, melanjutkan langkah.
Gasta akui, gadis itu memang cantik dan sampai sekarang Gasta masih tertarik padanya. Hari ini gadis itu tampil berbeda dengan mengikat rambutnya menjadi satu tinggi-tinggi dan di curly. Gasta mendesah berat, memilih melangkah lebih dulu meninggalkan teman-temannya yang masih tertawa puas meledekinya
***
Denta Kalla Nayyira memiliki segalanya. Tak heran jika semua orang menjuluki dirinya ratu sekolah.
“Denta Kalla Nayyira, gue suka sama lo. Please balikan sama gue!” Suara laki-laki terdengar sangat keras dari lapangan basket. Membuat anak-anak yang berada di kelas langsung berlari keluar kelas melihat sang pemilik suara. Termasuk semua anak 11 IPS 5.
“Itu Arkan, kan? Mereka jadi putus?” Suara-suara terdengar dari mulut pada siswi yang memilih untuk melihat dari lantai dua atau tiga. Bahkan anak-anak cheerliders yang tengah berlatih terpaksa menghentikan latihan mereka.
“Gila, di ajak balikan coyyy!!!”
“Arkan sweet banget sumpah, jadi pengen!!” kata siswi merengek envy.
“Ihh, pasti di tolak sama Denta. Kemarin aja kak Theo nembak dia di tolak.”
“Denta mah aneh, semua cowok ganteng di tolak sama dia.”
“Loh, elo belum tau kabarnya? Denger dia kan belum bisa move on dari mantannya yang anak Cendrawasih. Namanya Azka.”
“Anjaayyy, Azka anak basket? Gue baru tau kalau dia mantannya Denta.”
Celotehan-celotehan dari setiap siswi yang berada di sana, baik di pinggiran lapangan atau koridor lantai dua dan tiga yang mengarah ke arah lapangan terdengar. Sementara siswi yang menjadi sumber kehebohan utama sekolah, malah justru asyik duduk di kelas sambil menikmati kebab mini dengan mulut yang penuh, membuat pipinya seakan tumpah. Dan fokus pandangnya mengarah pada n****+ bergenre fiksi remaja yang baru di belinya kemarin sore di gramedia nusantara. Kedua sisi telinganya bahkan sudah tersumpal hansed putih melantunkan lagu Beautiful In White milik Shane Filan.
Di sebelahnya sudah ada gadis berprawakan macho tengah sibuk menyalin tugas milik Panji si ketua kelas, karena lupa.
“DENTAAAA!!” teriak seorang gadis bertubuh jangkung dengan potongan rambut bob yang membuatnya terlihat imut.
“Apasih?” Yang di panggil langsung melepas hansed-nya, sedangkan Ivon yang di sebelah Denta langsung mengumpat sebal mendengar teriakan itu.
“Belum ada dua hari putus, Arkan ngajak lo balikan. Terima aja deh Nta, kasihan!”
Sama sekali tidak merasa terkejut, Denta hanya menaikkan sebelah alisnya. Melirik ke arah luar dan benar saja, semua teman-temannya sudah bergerombol melihat ke arah lapangan dari lantai dua. Denta pun beranjak dari bangku, melangkahkan kakinya di antara kerumunan di lantai dua. Dan benar saja, Arkan memang berdiri di sana. Di belakang Arkan sudah ada ketiga teman-temannya yang sudah di formasi masing-masing. Ada yang memegang bunga, boneka besar, bahkan membawa gitar entah untuk apa
Denta mendecak malas, ketika tatapan keduanya bertemu. Gadis itu buru-buru mengalihkan wajah dan beranjak dari sana. Dalam langkahnya yang anggun dan agak buru-buru menuju lapangan outdoor, di susul oleh Dira di belakangnya. Denta tersenyum miring ketika kehadirannya di antara setiap anak, membuat mereka membuka jalan untuk gadis itu. Denta bisa melihat Arkan yang memandangnya seolah memohon, membuat Denta langsung menyilangkan kedua tangannya dengan dagu terangkat angkuh.
“Please, jadi cewek gue lagi!”
Selanjutnya kebisingan dari setiap anak menyuruhnya menerima cowok itu, membuat Denta semakin geram di buatnya. Apalagi Dira mendorong-dorong bahunya seolah menyuruhnya segera memberi jawaban. Gadis itu melengos. Kemudian mengalihkan pandangan ke arah Arkan lagi. Senyum sinis tercetak di bibirnya. Dia membenci berada di situasi ini. Satu sisi merasa kasihan, di satu sisi pula dia memang tidak menyukai Arkan. Mau bagaimana kagi?
“Gue nggak mau.” Tolak Denta langsung berbalik meninggalkan Arkan yang masih mematung di tempatnya. Seketika nada penuh kekecewaan menghiasi tempat itu. Lagi-lagi Denta menolak cowok di SMA Dharma Wijaya. Ini bukan kali yang pertama, sudah nyaris puluhan siswa yang menyatakan cinta dan berakhir di tolak. Padahal, kali ini banyak siswa yang berharap Denta menerima Arkan mengingat keduanya sempat pacaran walau tidak lama dan harus kandas karena permintaan Denta.
“Denta!!” seruan Arkan membuat langkahnya terhenti dan menoleh sekilas.
“Ini semua karena Azka, kan? Karena di hati lo masih nama Azka yang jadi pemiliknya.
What the fu*k, dia tau?
Denta bungkam dengan mata melebar. Jantungnya bertalunan cepat sekarang. Sedang ratusan murid yang sejak tadi jadi penonton terlihat kebingungan bukan main.
“Azka siapa?”
“Bukan anak sekolah sini ya?”
“Eh siapa lagi sih tu?”
“Ayo jawab gue!” desak Arkan dengan mata nanar.
Tangan Denta terkepal di kedua sisi rok kotak-kotak merah pendeknya yang sengaja di ketatkan. Cewek itu menunduk dengan mata yang mulai memanas. Namun sebisa mungkin menahan diri untuk mengusai ekspresi.
Iya Ar iya, karena dia.
“Bukan urusan lo!” katanya tegas, kemudian melangkah cepat meninggalkan lapangan, di susul oleh Dira segera.
Denta Kalla Nayyira, cewek 11 IPS 5 yang terbilang sangat cantik. Primadona SMA Dharma Wijaya. Masuk sebagai jajaran most wanted girl sekolah dan dia jomblo, setelah sempat sebelumnya menerima Arkan, namun hubungan keduanya kandas di tengah jalan, padahal belum sampai sebulan. Kenapa? Karena Azka—masa lalunya. Pemuda yang belum bisa dia lupakan sampai sekarang. Hatinya sudah bersikeras untuk melupakan, tapi nyatanya sampai detik ini belum bisa.
Azka Ramadhan masih menjadi pemilik hatinya, entah sampai kapan akan begini. Move on? Bagi Denta move on adalah dua kata dengan sejuta cara. Mengatakannya memang mudah, tapi saat mencoba hatinya terus memberontak. Azka cinta pertamanya. Dan rasanya sulit sekali menjalani beberapa bulan ini tanpa pemuda yang memberikan luka paling baik untuknya, nyaris sulit sekali untuk menemukan obatnya.
***