Bagian 18

2147 Words
London. Weekend, River dan Mommy Ra memutuskan untuk berbelanja ke supermarket. Dulu, seminggu sekali River selalu menemani Mommy nya berbelanja, setelah itu mereka berdua akan mampir di salah satu tempat makan yang terkenal enaknya, River selalu nyaman saat jalan berdua dengan Mommy, entahlah. Pernah sekali dia di ejek oleh teman SMP nya lantaran jalan berdua dengan tante-tante, teman nya itu tidak tau kalau tante yang dimaksud adalah Mommy Ra. Tapi cowok bermata sipit itu tidak begitu peduli dengan apa kata orang lain, selagi dia nyaman, maka River akan melakukannya. “Oh ya, Ma. Gimana kabar nya Om Zee” Mommy Ra menoleh, wanita itu mengacak-acak rambut River di barengi dengan senyum lebar “Kenapa? kamu kangen sama Om Zee?” “Maybe, kalo ada Om Zee, River ngerasa punya Daddy” Wanita yang tengah memilih sayuran itu terdiam, dia tidak menoleh. Jantungnya berdetak lebih cepat, kenapa River tiba-tiba membahas soal Daddy? Semenjak pindah ke London, baru sekarang cowok itu menyinggung soal Daddy lagi. River yang tau kekagetan Mommy nya kini dia berdehem “River ke sana dulu, Mom. Mau cari snack” Tanpa menunggu jawaban dari Mommy Ra, River langsung melesat. Oh iya, kalau kalian penasaran siapa Zee, dia atasan Mommy Ra. Duda juga, istrinya meninggal beberapa tahun yang lalu, meskipun duda, Zee masih terlihat kinclong. Dengan tubuh atletis, kumis tipis dan jambang yang di cukur habis. Wajahnya tampan dan dewasa, bahkan teman kerja Mommy Ra pun banyak yang suka melirik-lirik ke arah atasannya itu. Mommy Ra dekat dengan Zee tanpa sepengetahuan orang-orang kantor, bisa di ledek habis-habisan dia lantaran Mommy Ra selalu bilang kalau Zee bukanlah type pria idaman dia. Ponsel Mommy Ra bergetar, nama Zee terpampang disana, sialan. Kenapa di saat seperti ini laki-laki itu malah menelfonnya? Tak kunjung diangkat membuat sambungan telepon terputus, tak lama sebuah pesan masuk. > "Where are you?"-Zee "Supermarket, with River"-Mommy Ra "Wait, I’m going there now"-Zee Mommy Ra memasukan ponselnya kedalam tas, alasan kenapa wanita itu tidak melarang karena tadi River bertanya soal Zee, jadi Mommy Ra simpulkan anaknya itu tengah rindu dengan Daddy kw nya. Mommy Ra mendorong troli mendekati anak nya yang berdiri tak jauh dari dia “River” cowok yang tengah memilih snack itu menoleh, dan mendapati Mommy Ra sudah berdiri di belakang nya. “Bentar lagi Om Zee kesini” beritahu Mommy Ra, River langsung mengembangkan senyumnya. Dia senang lantaran sudah lama sekali tidak bertemu dengan Zee, lengkungan manis timbul bukan hanya di bibir melainkan di mata juga, indah dipandang seperti biasa. “Really?” tanya River memastikan. “Yes” Mereka berdua meneruskan belanja sembari menunggu laki-laki yang saat ini sudah on the way naik ke lantai 3 tempat dimana River dan Mommy Ra berada. Saat mereka berdua sibuk memilih keperluan dapur mendadak Mommy Ra memekik kaget “Eh?!” River menoleh, dia menatap Mommy Ra yang matanya tengah ditutup oleh kedua tangan laki-laki yang sangat River kenali yaitu Om Zee. Senyum di wajah cowok itu langsung timbul, dia senang saat melihat Om Zee dan Mommy nya sedekat itu. “Hai, Om” “Hello, River. Long time no see and you look so handsome”  jawab pria itu, Mommy Ra masih meronta-ronta di tempatnya, tangan pria sialan itu tak kunjung enyah dari matanya“Please, dude. Let go or I’ll kick you” River tertawa, dua orang dewasa yang saat ini berdiri di depannya itu memang kerap kali bertengkar. Zee melepaskan tangannya yang sedari tadi menutupi mata Mommy Ra. “Cih, annoying” gerutu Mommy Ra super sebal. Kalau bukan karena River maka wanita itu akan menolak kedatangan Zee. Zee tertawa, laki-laki itu merangkul River dengan akrab, cowok dengan netra sipit itu juga tidak menghindar, justru dia senang diperlakukan seperti ini oleh Zee “Em, gimana kalau kita makan sesuatu yang enak hari ini?” tanya Zee pada River, yang langsung di angguki oleh cowok yang masih punya julukan si  perfect smile lips and eyes itu. “Hei! apa kalian akan membiarkan wanita ini mendorong troli sendirian?” teriak Mommy Ra saat Zee dan River malah berjalan duluan meninggalkan nya dengan troli belanjaan yang teronggok bisu, mereka berdua saling tatap lantas sama-sama menyemburkan tawa. Zee dan River adalah kombinasi yang sempurna untuk membuat tensi darah Mommy Ra naik. Kelakuan mereka berdua kalau sudah ketemu, selalu senang menggoda Mommy Ra. “Ayolah, Nona. Jangan marah-marah terus, apa kamu lagi banyak pekerjaan di kantor? kalau begitu besok aku akan mengurangi pekerjaanmu, bagaimana?” “Tidak usah, terima kasih” Wanita itu berjalan mendahului, dia melewati Zee dan menabrak bahu kokoh milik laki-laki yang jelas sekali begitu tertarik padanya “Mom, jalan nya kesana, bukan kesitu” teriak River membuat Mommy nya malu sendiri “Lain kali Mommy nggak akan ikut kalian pergi” Mommy Ra masih menggerutu sebal. (^_^)(^_^) “See you, River”  Zee melambai ke arah River, cowok itu membalas lambaian tangan Zee dengan senang hati. London selalu menjadi kota yang membahagiakan untuk River, ada Mommy dan calon Daddy nya, ups, jangan sampai ucapan River tadi terdengar di telinga Mommy Ra karena akan membuat wanita itu uring-uringan sepanjang waktu. “See you, uncle Zee. Thank you for today” “You’re welcome, my future child!!” “Heh!!” Mommy Ra menegur, sayangnya Zee sudah melesat dengan mobil nya ke jalan raya “Kenapa masih cengengesan disini? nggak mau pulang?” River menaikan alisnya, sedari tadi Mommy Ra begitu sensi, padahal Zee dan River sangat kompak. Mereka berdua sudah terlihat seperti Dad and son, River segera masuk ke dalam mobil sebelum dia benar-benar di tinggal oleh Mommy Ra. Saat di dalam mobil cowok ber netra sipit itu menoleh kesamping, dimana Mommy Ra tengah mengemudi “Mommy, kenapa sih? masa Om Zee di galakin mulu. Padahal dia kan atasannya Mommy” “Atasan kalo lagi di kantor, tapi kalo lagi nggak di kantor Mommy males nyebut manusia menyebalkan itu sebagai atasan” Diam-diam River mengulum senyum, dia penasaran satu hal “Apa dulu Mommy sama Daddy juga gitu? sering berantem-berantem nggak jelas. Kayaknya lucu kalo River bisa melihat itu semua” Spontan Mommy Ra menginjak rem, membuat mobil yang dia kendarai langsung berhenti mendadak di tengah jalan, mereka berdua sedikit terpental dari seat, untung saja ada sabuk pengaman yang membuat mereka tidak jadi kejedot dasbor maupun setir mobil, dan untung saja jalanan tidak terlalu ramai. Mommy Ra kembali menjalankan mobilnya, wanita itu menjawab pertanyaan River barusan. “Jangan ngomong yang aneh-aneh, River.” “Aneh? apa River terlihat aneh saat membicarakan Daddy sendiri?” tanya cowok itu “Ah ya, River kan nggak pernah lihat wajah Daddy, mungkin karena itu jadi terlihat aneh” Ada sedikit rasa sakit di hati River saat pancingannya tidak berhasil, Mommy Ra memilih untuk diam dan tidak menanggapi ucapan anaknya tadi. Mungkin River sedikit merasa sakit hati, tapi luka lama yang Mommy Ra  pendam dalam-dalam kini perlahan retak. “Jangan membicarakan soal Daddy di depan Mommy, River. Someday, when it’s time Mommy herself will tell you everything” River tak menjawab. Tak lama setelah perjalanan akhirnya mereka sampai di depan rumah, cowok itu turun dan membantu Mommy nya mengangkat barang belanjaan, saat tiba di depan pintu River  di kagetkan dengan seseorang yang tengah berdiri dengan jaket tebal berwarna hitam. Dia menggosok-gosokan tangan untuk mengusir rasa dingin yang menusuk tulang, saat netra cowok itu menoleh dia mendapati River yang berdiri di depannya. Senyum miliknya mengembang lebar, meski bibirnya pucat lantaran kedinginan. “Regan?” panggil River, kaget tentu saja. Bagaimana bisa Regan sampai di London? padahal kemarin saat ditawari untuk ikut cowok dengan wajah tampan itu menolak. Mommy Ra menatap River dengan bingung “Who is he, River?” tanya sang Mommy, wanita itu bingung lantaran merasa belum pernah melihat teman River satu ini. “He’s my friend from Indonesia” jawab River. Cowok itu menatap Regan kembali yang masih diam, “My Mom” ucap River singkat mengenalkan Mommy nya pada Regan, cowok dengan rambut coklat itu sedikit membungkuk dan tersenyum yang langsung dibalas oleh Mommy Ra juga dengan senyuman yang sangat manis. “Ayo masuk, di luar dingin” ajak Mommy Ra, menggunakan bahasa Indonesia seperti biasa. Langkah kaki wanita itu diikuti oleh Regan dan River di belakangnya. Setelah melepaskan jaket tebal yang membalut tubuh nya Regan di ajak oleh River untuk duduk di depan perapian agar sahabatnya itu bisa menghangatkan badan “Lo udah lama nunggu di luar? dapet alamat gue dari mana?” Regan menoleh, lantas tersenyum tipis “Firstly, sori banget kesini nggak bilang-bilang sama lo. I have a little problem sama Mama” jawab Regan santai, netra cowok itu menatap kearah perapian “Second, gue dapet alamat lo dari Oma. Third, gue nunggu di luar sekitar satu jam-an. But it’s okay, selama gue belum jadi frozen” Mommy Ra datang dengan dua gelas coklat hangat “Minum dulu” kata wanita itu, lantas ikut bergabung dengan keduanya “Nama kamu siapa tadi?” “Regan, Tante” Wanita dengan wajah cantik itu mengangguk “Jadi, Regan temen nya River di Indo ya? salam kenal, saya Mommy nya River. Panggil aja Tante Ra” “Lo bakal nginep disini?” tanya River lagi, Regan mengangguk “Hm, boleh kan, Tante?” “Why not? rumah ini selalu terbuka buat siapapun” jawab  Mommy Ra sembari mengelus rambut Regan dengan sayang. Wajah Regan juga mengingatkan wanita itu dengan seseorang, tapi siapa? Mommy Ra sedikit lupa. Regan yang diperlakukan dengan selembut itu langsung merasa nyaman, tanpa berpikir dua kali cowok itu langsung memeluk Mommy Ra membuat wanita itu dan juga River terkejut. “Maaf, Tante. Sebentar saja, Regan cuma pengen ngerasain di peluk Mama” Netra Mommy Ra menatap River yang langsung mengangguk, dengan kaku wanita berambut panjang itu balas memeluk Regan “What happen with you, Regan?” “Aku lagi ada masalah sama Mama, Tan. Makanya kabur kesini” “Masalah bukan untuk dihindari, tapi untuk dihadapi. Kalau kamu kabur, nanti Mama sama Papa kamu bakal khawatir” Regan menggeleng “Nggak, Regan udah kasih pesan ke mereka kalau Regan pengen nenangin diri dulu” jawab cowok itu, dia memang meninggalkan pesan seperti itu kepada kedua orang tuanya. Malam itu Regan pergi diam-diam, sekitar pukul 1 dini hari cowok itu kabur dari rumah menggunakan taxi online menuju bandara. “Yasudah, kalian ke kamar ya. River, ajak Regan ke kamar tamu. Mommy mau masak buat makan malam” ujar Mommy Ra, wanita itu berdiri lantas mengelus puncak kepala kedua remaja itu. Entahlah, suasana ini tampak begitu lucu. River merasa punya saudara sekarang. Cowok itu mengembangkan senyum membuat matanya melengkung manis “Yuk, lo pasti capek” “Thanks ya, Ver. Lo sama Tante Ra udah baik banget sama gue” River ber decih “Tenang aja, gue bisa berbagi Mommy kok.” “Bisa aja lo” Mereka berdua berjalan menaiki tangga “Rumah lo di kota, tapi interiornya klasik banget. Pantes aja lo milih kesini buat nenangin diri” Cowok yang saat ini memakai sweeter abu itu mengangguk “Hm, selera Mommy gue emang bagus sih” jawab River merasa bangga, mereka memasuki kamar tamu “Masalah yang lo hadapi kayaknya nggak kecil mengingat lo sampe kabur kesini” Regan menoleh menatap River yang tengah bersandar di pintu “Mungkin” (^_^)(^_^) Pagi-pagi Papa Rido dan Mama Safa sudah di buat naik pitam lantaran Regan yang pergi diam-diam dan hanya meninggalkan surat. London??? Papa Rido sudah tau kemana perginya Regan kalau negara yang dituju adalah London. Tapi laki-laki itu tidak pernah menyangka kalau Regan akan nekat pergi, padahal semua masalah bisa diselesaikan baik-baik. Papa Rido juga merasa pusing dengan tingkah Mama Safa yang sepagi ini udah ngoceh-ngoceh tak karuan “Lagian kenapa harus ke London sih? terus gimana kita mau jemput dia kalau sekarang Regan ada di rumahnya Radista, Pa?” tanya Mama Safa. “Kita nggak akan menjemput Regan, biarkan dia menenangkan diri sekaligus liburan. Anak itu terlalu stuck sama belajar dan game” Wanita yang saat ini mengenakan blazer abu-abu itu terkekeh sinis “Mama nggak nyangka Regan berani nekat kayak gini, sekali-kali emang harus diberi pelajaran biar kapok” “Ma!” tegur Papa Rido, emosi istrinya saat ini sedang naik dan susah untuk dikendalikan. Tapi hidup dengan Mama Safa hampir 21 tahun jadi Papa Rido sudah kebal dengan semua itu “Tolong jangan buat suasana makin memburuk, disini Papa nggak belain siapapun. Papa tau Mama nggak ingin Regan tau keseluruhan masa lalu kita, tapi dia juga berhak tau secara garis besarnya saja” Mama Safa menatap suaminya dengan kesal, “Tapi yang ditanyakan Regan bukan tentang masa lalu kita, Pa. Dia lebih penasaran sama masa lalu keluarga nya River, Mama cuma nggak pengen hidup Regan jadi nggak tenang gara-gara terlalu masuk ke dalam masalah mereka” “Papa ngerti, Ma” kali ini Papa Rido berbicara lebih lembut sebari menggenggam tangan Mama Safa “Biarkan Papa yang bicara sama Regan kalau dia sudah pulang, sekarang biarin dia dirumah Radista untuk sementara. Mama jangan banyak pikiran ya, sekarang kita sarapan. Hari ini Mama juga nggak usah kerja, istirahat saja dirumah” Akhirnya pasangan suami istri itu memutuskan untuk sarapan, Papa Rido juga melarang Mama Safa untuk berangkat kerja lantaran takut istrinya itu membabat habis bawahan nya dengan kata-kata pedas lantaran mood Mama Safa yang memburuk dan melampiaskan nya pada mereka. “Papa nanti nggak lembur kan?” tanya Mama Safa. Pria yang saat ini sudah rapi dengan setelan kemeja itu menggeleng sembari tersenyum “Enggak, kenapa?” “Nggak papa” “Yakiinnn?” tanya Papa Rido sedikit menggoda membuat pipi Mama Safa kian memerah “Bukannya Mama pengen ngelanjutin proyek ganda putra yang sempat tertunda semalem?” Mama Safa memukul bahu suaminya “Ih! nggak usah nge goda Mama ya. Mending Papa habisin sarapannya terus berangkat kerja” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD