Bagian 19

2508 Words
Tissa menutupi wajahnya dengan kedua tangan, dia sedang sebal hari ini. Kemarin dia mengetahui kalau River tidak masuk sekolah, dan sekarang dia juga mendapati Regan melakukan hal yang serupa, tidak masuk sekolah. Kemana perginya dua manusia menyebalkan itu? Kenapa mereka pergi tanpa mengajak dia? Semarah itukah mereka berdua kepada Tissa? Berbagai pertanyaan berputar di benak Tissa, dia merasa kesepian tanpa adanya Regan dan River. Cewek berpipi cubby itu menurunkan tangan nya, menatap lurus kedepan dengan jengkel. “Hih! Sebel banget gue sama mereka! Awas aja kalo kalian muncul lagi, nggak bakal gue kasih ampun!" masih sembari misuh-misuh sendiri Tissa mencoba menghubungi ponsel River, masih tetap sama seperti tadi pagi, tidak aktif. Akhirnya cewek itu mencoba menghubungi Regan, meskipun terdengar nada sambung tapi panggilan Tissa tak kunjung mendapatkan jawaban. Ketukan pintu membuat atensi Tissa teralihkan, wajah Amanda muncul setelah pintu ruang kelas terbuka. Cewek itu tersenyum sembari berjalan menuju kearah Tissa "Sendirian aja, nggak ke kantin?" tanya cewek berambut sebahu itu dengan lembut. Kalau di ingat-ingat dulu Tissa pernah tidak menyukai sosok Amanda lantaran cewek itu pernah dekat dengan Arsen. Tapi akhir-akhir ini, dia merasa Amanda bukan cewek yang menyebalkan, justru sebaliknya, dia cewek yang baik.  “Males, Kak. Sepi nggak ada Regan sama River” Amanda mengangguk, benar apa kata Tissa. Rasanya sekolah terlalu sepi tanpa adanya dua manusia tampan itu. Kalian mau tau sesuatu? Amanda mendatangi Tissa lantaran di suruh oleh Regan. Jadi, tadi kan Tissa menelpon Regan, tapi cowok itu tidak mengangkatnya lantaran ada River. Akhirnya Regan mengirim pesan ke Amanda agar cewek itu menemani Tissa yang memang tidak punya teman sama sekali. Regan, meskipun masih kesal dengan Tissa tapi tak menampik kalau cowok itu juga perhatian dan sayang dengan sahabat cewek satu-satunya, Regan ingin menjaga Tissa. Apalagi dia tau kalau Tissa adalah kerabatnya. “Kak Manda, gue boleh tanya sesuatu nggak?" tanya Tissa mendadak, Amanda mengangguk. "Kakak tau kemana perginya Regan? Yah, secara kan Kak Amanda kayaknya lagi deket sama cowok gulali nenek" “Hah?” beo Amanda bingung, tidak paham dengan ucapan Tissa barusan. “Ituloh, Regan. Dulu gue ketemu dia pas masih rambut pink, jadi kayak gulali nenek gitu” Amanda mengangguk, paham. Cewek itu menaruh dua roti dan satu botol minuman di depan Tissa “Gue cuma bawain lo roti, habisnya tadi mendadak sih mau kesini” Tissa menerima roti pemberian Amanda, cewek itu langsung membuka bungkus dan memakan isinya.  “Kak Amanda belum jawab pertanyaan gue tadi, kakak tau dimana Regan?” Cewek cantik itu terdiam, dia sebenarnya tau dimana Regan dan juga River berada, tapi cewek itu sudah di wanti-wanti agar tidak memberitahukan siapapun soal keberadaan mereka. Jadi, dengan sangat terpaksa Amanda menggeleng, membuat Tissa menghentikan kegiatan makan nya. Menunduk lesu. “Gue emang deket sama Regan, Tiss. Tapi gue nggak tau kemana perginya mereka, lagipula kenapa lo tiba-tiba nanyain soal Regan?" Amanda melemparkan pertanyaan. "Sebenernya gue penasaran sama River juga, Kak. Kemarin dia nggak masuk sekolah, dan sekarang Regan juga" "Kenapa lo nggak tanya ke Arsen aja? Dia pasti tau kan kemana perginya mereka berdua" “Udah, tapi Arsen nggak mau ngaku. Sekarang gue sama Arsen lagi berantem juga gara-gara itu” Amanda tersenyum tipis, cewek itu menarik pelan dagu Tissa membuat adik kelasnya terpaksa mendongak dan mereka saling bertatapan “Tiss, jangan libatkan hubungan lo sama masalah ini. Kasihan Arsen, lo udah mutusin buat pacaran sama dia setidaknya hargai juga perasaannya.” Tissa mengerjap beberapa saat, Amanda melepaskan tangan nya dari dagu Tissa "Maksud kak Amanda apa?" tanya cewek berambut bob itu bingung, dia tidak pernah merasa mempermainkan perasaan Arsen, dia juga menghargai perasaan cowok tersebut. Buktinya, Tissa menerima Arsen meski yang dia sukai adalah River. “Gini loh, lo sama Arsen kan udah pacaran. Tapi lo marah-marah sama dia gara-gara lo lagi ada masalah sama cowok lain, ya meskipun cowok itu cuma sahabat,  tapi tetep aja nggak adil buat Arsen. Paham?” Dengan pelan Tissa mengangguk, jadi selama ini dia salah langkah? “Terus gue harus gimana, Kak? Regan sama River juga belum maafin gue, sedih tau, nggak punya temen di sekolah” “Lo kan punya gue sekarang” “Kak Amanda mau jadi temen Tissa?” (^_^)(^_^) London. Mommy Ra menatap dua anak remaja yang tengah menghabiskan sarapan mereka masing-masing dengan tenang dan terlihat begitu menikmati. Melihat River dan Regan, senyum di wajah wanita yang usianya sudah memasuki kepala empat itu mengembang. Hari ini dia memutuskan untuk cuti kerja dan rela di semprot oleh Zee k*****t! dasar laki-laki sialan, kalau sudah di kantor pria itu akan berubah jadi atasan yang galak dan dingin kepada bawahan nya, lain hal nya kalau sudah di luar kantor maka manusia bunglon itu akan jadi pria yang aneh plus bucin pada Mommy Ra. “Mom, kalo Mommy gitu terus piringnya bisa pecah” Lamunan Mommy Ra ter buyarkan saat ucapan River menyela, tidak sadar jika tangannya mencengkram kuat garpu yang diketuk-ketukan pada piring membuat suara berdenting dari tadi. “Iya, Tante kayaknya lagi mikirin sesuatu sampe kelihatan kesel gitu” tambah Regan membuat Mommy Ra semakin tersudut. “Jangan-jangan Mommy lagi mikirin Om Zee, hayo ngaku??” “River!” tegur Mommy Ra yang justru membuat cowok itu tergelak, beda dengan Regan yang masih diam di tempat lantaran tak mengerti apa yang dikatakan oleh River, melihat kebingungan sahabatnya River menoleh “Om Zee tuh atasannya Mommy, duda tapi masih keren. Bucin banget sama Mommy” Wanita itu melemparkan tatapan penuh ancaman kepada River “Tau nggak, Mommy juga udah pernah dilamar sama Om Zee, eh malah di tolak. Padahal kalau diterima kan, gue jadi punya Daddy” Kedua orang yang ada bersama River terdiam, Mommy Ra speechless lantaran akhir-akhir ini River sering sekali menyinggung soal Daddy dan Daddy membuat wanita itu diam-diam merasa khawatir. Lagipula, apa yang diucapkan River emang bener kok, kalau Zee sudah pernah melamar, tapi mau bagaimana lagi kalau Mommy Ra masih belum yakin dengan perasaannya? dia juga tidak bisa egois dengan menempatkan posisi Zee disaat hatinya masih terjaga hanya untuk mantan suami. Tapi sayang nya, mantan suaminya sudah meninggal. Regan terdiam, dia jadi teringat ucapan Tissa kemarin tentang rencana cewek itu yang menargetkan River. Melihat binar di mata sahabatnya saat membahas soal Daddy membuat Regan tau kalau sebenarnya River memang menginginkan sosok laki-laki yang menjadi figur kepala rumah tangga itu. Tak mau berlarut-larut dalam pembahasan yang sedikit sensitif itu Regan berdehem untuk mengalihkan perhatian  “Ehem, hari ini Tante jadi cutinya?" Regan mengalihkan topik dengan sangat sopan dan halus. Mommy Ra tersenyum, lantas mengangguk “Jadi dong, Tante udah izin ke atasan. Hari ini adalah harinya kalian dan Mommy. Kita akan liburan keliling London, hehe" River dan Regan saling melemparkan tatapan geli melihat kelakukan wanita yang ada di depan mereka saat ini. Wanita yang usianya sudah bisa di panggil tante-tante, tapi kelakuan nya masih seperti remaja abg. Yah, itu jadi salah satu hal yang patut disyukuri sebenarnya, lantaran dengan sifat seperti itu River jadi  nyaman bercerita apapun kepada sang Mommy. Kecuali satu hal sih, Daddy. Mommy Ra tidak pernah mau mendengar soal River yang curhat masalah Daddy karena satu hal yang mereka ketahui kalau Daddy River sudah meninggal. Jadi, tidak perlu dibahas lagi. “Kalian hari ini juga nggak usah mikirin masalah apapun, kita akan seneng-seneng. Gimana?” “SETUJUUU!!!” Gelak tawa dari ketiganya terdengar, Regan menatap River dan Mommy Ra dengan perasaan tenang. Dia merasa punya keluarga baru yang membuatnya merasa diterima dan dihargai, Regan sampai lupa tentang kesedihannya dan bagaimana nasib dia setelah pulang dari London nanti. Ponsel Mommy Ra menginterupsi acara sarapan mereka “Mommy tinggal dulu ya?” Wanita itu berjalan menjauh sembari mengangkat telfon, samar-sama River mendengar nama Zee di sebut. Ah, mungkin saja Mommy nya tengah menerima telepon dari duda keren itu haha. “Mommy lo asik ya, nggak kayak Mama gue yang workaholic” “Nggak bisa di samain dong, cara pandang setiap orang kan beda. Mommy juga workaholic sih sebenernya, tapi Mommy selalu punya  caranya sendiri biar bisa dekat sama gue dan berusaha selalu ada di saat gue butuh” “Dan gue suka sama Mommy lo” River spontan memukul pundak Regan membuat sang empu mengaduh “Lo apa-apaan sih?!” tanya Regan merasa ternistakan padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun “Main pukul orang sembarangan aja” Si perfect smile lip and eye itu  itu menatap Regan tajam “Gini ya, Regan. Gue tau Mommy itu cantik dan kelihatan masih muda, tapi bukan berarti gue terima kalo lo suka sama Mommy gue. Lagian nggak lucu sama sekali, beneran deh” “Gak jelas lo!” seloroh Regan, tak paham dengan pemikiran River “Gue suka sama sifat Tante Ra yang meskipun sibuk tetap jadi ibu yang baik, bahkan gue pengen jadi anaknya. Bukan suka yang lo maksud tadi” (^_^)(^_^) Mommy Ra, Regan dan River hari ini benar-benar liburan dengan tenang dan senang. Mereka tertawa dan membicarakan banyak hal sepanjang perjalanan, bahkan Regan kagum dengan Mommy Ra lantaran wanita itu tidak seperti tante-tante, Mommy Ra berubah menjadi seperti remaja yang punya wajah dewasa. Tapi di samping itu Mommy Ra benar-benar asik, bahkan Regan sampai pengen jadi anaknya, pasti seru. Setelah berkunjung ke tempat-tempat wisata terkenal seperti Big Ben, Tower Bridge, dan terakhir Hyde Park sebelum ke Sungai Thames dan Southbank London plus London Eye. Itulah rencana mereka bertiga, saat ini mereka masih berada di Hyde Park “Waah, Mommy udah jarang banget liburan meski tinggalnya di London” ucap wanita itu sembari duduk di salah satu bangku, sementara Regan dan River asik berfoto. Oh iya, mereka juga mematikan ponsel lantaran panggilan dari Tissa tidak ada berhentinya membuat River dan Regan kembali tidak tenang. “Kan, ada Om Zee, Mom. Bisa tuh di ajak jalan-jalan, pasti dia mau banget” celetuk River. Mommy Ra menatap anak semata wayangnya dengan kening yang berkerut “Kamu ada konspirasi apa sih sama Zee? Di kasih apa kamu sama dia, hm?” Mata sipit itu melengkung membentuk bulan sabit, River meringis memamerkan deretan gigi nya yang rapi. “Hehe, nggak ada kok, Mom” jawab River lantas menoleh kembali ke arah Regan yang hanya ikut tersenyum. Disaat keduanya sibuk, ponsel Mommy Ra bergetar, Zee lagi Zee lagi, kenapa sih pria itu selalu mengganggu Mommy Ra? dengan kesal wanita beranak satu itu mengangkat telepon. “Where are you?” tanya Zee “Hyde Park. Please stop it, I just wanna holiday, just one day” jawab Mommy Ra, terdengar kekehan di sebrang membuat wanita itu semakin sebal. Dia diam saat Zee tak kunjung menjawab, apa perkatan nya tadi terlalu kasar untuk diucapkan oleh seorang bawahan kepada atasannya? Ah tidak, lagi pula Mommy Ra tidak ada di kantor, jadi dia bukan bawahan seorang atasan bernama Zeeico.  Suara Zee kembali terdengar “I will pick you up, wait there because this is important and sorry to disturb your holiday” ucap Zee lantas mematikan sambungan telepon, Mommy Ra mendengus, pekerjaan apa yang memaksanya untuk pergi ke kantor disaat dia tengah cuti? tidak bisakah atasannya itu mengerti sekali saja kalau Mommy Ra butuh liburan apalagi sekarang River tengah berkunjung ke London. Ah, terlalu banyak menggerutu di dalam hati juga percuma karena pria sialan itu tidak akan pernah bisa mendengar dan bahkan mengerti “River, Regan” panggil Mommy Ra membuat kedua remaja itu menoleh “Mommy nggak bisa nemenin kalian ke tujuan selanjutnya, atasan Mommy maksa buat Mommy pergi ke kantor sekarang” Terdengar desahan dari keduanya “Yah mau gimana lagi, calon Daddy keburu kangen sama Mommy” “Be quite, my son!” Regan dan River tertawa, Mommy Ra menghampiri keduanya. Wanita itu mencium kening River dan Regan bergantian “Take care and have fun, Mommy tunggu di rumah” setelah itu dia berjalan meninggalkan dua remaja yang masih menatap punggung Mommy Ra yang mulai menjauh. “Ver, Mommy lo nggak ada niatan buat adopsi anak lagi gitu? gue mau daftar” River mendengus “Sialan!” cowok itu lantas duduk di bangku yang tadi di duduki oleh Mommy Ra “Oh ya, Re. Lo udah aktifin ponsel belum?” tanya River, Regan ikut duduk di samping cowok itu. Dia menggeleng “Belum” “Gimana kalo kita aktifin sekarang? gue malah kepikiran terus sama Tissa” “Boleh, eh, tapi lo udah move ôn kan sama dia?” tanya Regan sembari menyipitkan mata. River terkekeh “Tenang aja, gue bisa hendle” Akhirnya kedua remaja itu kompak mengaktifkan ponsel mereka masing-masing, berondongan miss call dari Tissa langsung masuk membuat River dan Regan kompak tertawa. “Gila! dia bener-bener nelfonin kita sebanyak ini” celetuk River. Tapi Regan masih diam, dia menatap satu pesan yang membuatnya langsung speechless. > “Re!” River menyenggol bahu Regan lantaran cowok itu malah melamun, sementara Regan langsung mematikan layar ponsel agar River tidak tau tentang pesan itu. Memang dia belum memberitahu River soal telepon maupun pesan yang baru saja dia terima. “Eh, i-iya. Kayaknya dia hopeless banget nggak ada kita” jawab Regan seadanya. “Ver, lo rencana mau disini sampe kapan?” tanya Regan, setelah mendapatkan pesan itu dia ingin cepat-cepat pulang ke Indonesia dan bertemu dengan Ira, gadisnya. Bahkan cowok itu langsung  melupakan keberadaan Amanda yang akhir-akhir ini memberi warna pada kehidupannya yang abu-abu. Yah, mau bagaimana lagi. Memang hati Regan kan masih berlabuh sepenuhnya pada Ira. “Belum tau, mungkin sehari dua hari lagi” jawab River, cowok itu berdiri “Cari makan kuy, habis itu baru ke sungai thames” Regan mengangguk saja, sembari berjalan mereka membicarakan banyak hal “Dulu, gue pengen banget tinggal di London. Tapi Mama sama Papa nggak setuju” “Sayang banget kan, kalo lo tinggal di London kemungkinan kita bisa ketemu lebih awal” gurau River mengundang kekehan mereka berdua “Lo tau nggak, Re. Dulu, waktu pertama kali gue pindah kesini cuma satu yang gue pikirin, dimana Daddy.” lanjut River “Pas gue tanya ke Mommy jawaban nya cuma satu, meninggal” “Apa itu juga alasan kenapa selama ini lo nggak pernah menyinggung soal Daddy?” River tersenyum singkat lantas mengangguk “Correct.  Sebenernya gue merasa udah ngelupain sesuatu soal Daddy, dan sampai sekarang belum inget. Mungkin pas gue kecil gue pernah pergi ke makam Daddy, dan sekarang gue pengen kesana lagi, tapi Mommy selalu ngelarang gue buat bertanya soal Daddy" “Tapi aneh aja sih, kalo Daddy lo beneran meninggal bukankah seharusnya nggak ada masalah yang harus ditutup-tutupin sampe lo nggak boleh tanya soal Daddy lo lagi" Cowok itu, entah kenapa terkesan memancing. Regan sepertinya tau sesuatu, tapi dia masih ragu untuk mengatakan nya pada River. "Kenapa lo nggak maksa tante Ra buat speak up alasan kenapa beliau nggak suka lo ngomongin soal Daddy" “Come on, bro. Gue kira kita udah temenan lama, nyatanya lo belum kenal gue.” jawab River sembari menepuk pundak Regan, keduanya sampai di halte dan menunggu bus merah bertingkat datang “Gue bukan tipikal orang yang suka menuntut lebih jelas, kalo Mommy bilang Daddy meninggal, yaudah selesai. But it’s just cover, dalam hati gue selalu bertanya-tanya banyak hal dan penasaran akan banyak hal juga” Bus merah bertingkat datang, Regan dan River langsung naik dan memilih tempat duduk “Lo aneh tau nggak” “Gue akan lebih aneh kalo mulai membahas soal Daddy, jadi sekian dulu informasinya” Kedua remaja yang tengah menikmati usia belasan itu tertawa, mengalihkan pembicaraan yang berat ke pembicaraan yang lebih funny. River juga banyak bercerita tentang London dan bagaimana dia di sekolah lamanya. Sebenarnya juga di dekat Hyde Park ada tempat makan, tapi Regan tidak bisa makan lantaran itu bukan makanan yang halal untuk dia. Kebanyakan mengandung pork. “Untung nya gue tau restoran yang halal di dekat sungai thames” celetuk River. “Yah, thanks banget pokoknya. Gue bisa liburan dadakan berkat lo dan Tante Ra, sampe gue ngelupain masalah yang ada di rumah, entah bagaimana nasib gue setelah sampai di Indo nanti”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD