Tissa keluar dari dalam mobil Arsen yang mengantarnya ke sekolah, oh iya ada kabar gembira pagi ini. Tissa sudah menerima ajakan Arsen untuk pacaran, jadi mulai sekarang mereka sudah resmi berganti status dari sahabat jadi pacar, semoga langgeng. Tapi baru saja kakinya menginjak aspal jalanan, netra Tissa sudah di manjakan oleh wajah kecut River dan Regan yang memasang wajah bingung di samping River, mereka bertiga saling tatap selama beberapa saat, sebelum akhirnya keduanya berjalan masuk ke dalam area sekolah. Tissa menghela nafas.
“Tiss!” Panggilan Arsen membuat atensi Tissa yang semula terpusat pada punggung kedua cowok yang mulai menjauh itu kini berpindah ke arah Arsen, Tissa sedikit menunduk untuk melihat wajah tampan pacar barunya.
Cieee!!
Uhuy!!
Senyum di wajah Arsen timbul, dia kelewat senang pagi ini. Akhirnya Tissa resmi menjadi pacarnya. “Semangat! gue duluan”
“Hm, lo hati-hati”
Arsen langsung menginjak gas nya, mobil brio hitam kembali melenggang ke jalanan menuju kampus tempatnya menuntut ilmu. Tissa berjalan masuk ke dalam area sekolahan dengan perasaan tak bisa di deskripsi kan, dia senang akhirnya bisa pacaran dengan Arsen tapi dia juga sedih lantaran River memusuhinya. Langkah kaki cewek itu terpaksa terhenti saat sepasang sepatu menghalangi jalan nya, Tissa mendongak dan mendapati kakak kelasnya tengah berdiri dengan tangan yang terlipat di depan d**a, tatapan nya sengak seperti tak takut pada siapapun.
Mita, nama yang berhasil Tissa baca dari nametag cewek itu. Berambut sebahu dan punya tindikan di hidung sebelah kanan, cewek dari kelas 12 yang di takuti semua siswi-siswi SMA Bina. Bahkan ada juga beberapa siswa yang takut pada cewek menyeramkan itu, penampilan nya mirip preman. Tissa meniup poni nya jengah, hey! Bukankah ini masih pagi? Kenapa ada yang mencari masalah pagi-pagi seperti ini?
“Jadi, elo yang namanya Tissa Berlian Senja?” tanya Mita sembari menatap Tissa, cewek berpipi itu mengangguk “Iya, Kak”
“Denger-denger lo pacaran sama Arsen?”
Kernyitan dahi Tissa semakin terlihat jelas, dia mengangguk sekali lagi “Iya”
“Mending lo putusin sekarang juga, lagi pula,..gue tertarik sama tuh cowok”
Tissa merapikan poni nya beberapa saat, cewek itu menarik sudut bibirnya dan menatap tanpa takut kearah kakak kelas yang barusan membuatnya kesal. “Emang nya kakak siapa nyuruh-nyuruh gue seenaknya?”
Plaak!!
Sebuah tamparan mulus meluncur mengenai pipi mulus Tissa, sakit, luar biasa sakitnya. Tissa masih menunduk, dia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Mita mendekatkan wajah dia ke wajah Tissa “Lo denger baik-baik ya, Bayi. Gue nggak akan segan-segan ngasih lo pelajaran kalo sekali lagi lo natap gue dengan pandangan nantang kayak tadi. Dan, seperti kata gue tadi. Putusin Arsen” setelah berucap seperti itu Mita melenggang pergi.
Nanar, Tissa menatap punggung Mita yang menjauh.
Diusapnya air mata yang hendak jatuh, lantas cewek itu meneruskan jalan nya. Bukan untuk ke kelas melainkan menuju toilet. Dia butuh untuk mencuci wajah agar tidak ada yang tau kalau dia habis kena tamparan. Tapi, kalaupun ada yang tau juga kenapa? Toh tidak ada yang peduli lagi padanya. Stop, Tissa tak ingin mengasihani diri sendiri sekarang. Sampai di dalam toilet Tissa buru-buru membasuh wajahnya, untung saja toilet lagi sepi.
“Lo nggak papa?”
Tissa menoleh kaget saat mendapati seseorang baru saja keluar dari kamar mandi, Amanda.
“Nggak” jawab cewek itu singkat.
Amanda berdiri di samping Tissa sembari mencuci tangan nya, cewek berambut sebahu itu berceletuk “Btw, selamat ya. Udah jadian kan sama Arsen?”
Tissa yang awalnya tak mengacuhkan keberadaan Amanda, kini mau tak mau dia harus menoleh lagi, dia masih ingat kalau Amanda adalah cewek cantik yang dulu pernah jalan dengan Arsen. Amanda juga satu-satunya cewek yang pernah ditolak oleh cowok berwajah tampan itu. Dengan pelan Tissa mengangguk, secepat ini berita dia jadian dengan Arsen menyebar lantaran cowok itu kemarin memposting foto bersama dengan Tissa dengan caption “Beloved”
Amanda selesai mencuci tangan, dia menatap Tissa, senyum nya mengembang. Meski dulu sempat kesal, tapi sekarang tidak lagi. Amanda sudah melupakan kejadian menyakitkan beberapa waktu yang lalu di mall, kini cewek itu lebih fokus approach dengan seseorang lagi. “Gue lihat lo tadi sama Kak Mita, lo ada masalah apa sama dia?”
“Kak Mita nyuruh gue buat putus in Arsen”
Jawab Tissa spontan, reflex saja sih. Biasanya cewek itu begitu enggan untuk bercerita tentang masalah pribadi kepada orang yang begitu dekat dengan nya. Tapi kali ini, Tissa tidak keberatan sama sekali menjawab pertanyaan yang Amanda ajukan tadi. Cewek cantik itu lagi-lagi mengembangkan senyum, mungkin dia sadar kalau senyum nya itu manis sekali “Ya, gue pesen lo supaya hati-hati aja sih. Kak Mita bahaya buat di jadiin musuh, gue tau lo pasti udah denger sepak terjang nya dia”
"Kak?" tanya Tissa bingung, Amanda dan Mita kan satu angkatan. Kenapa malah manggil kak? se-formal itukah?
Amanda kelimpungan, Tissa tau dari perubahan raut wajah cewek itu. "Emm, gue kan satu kelas sama dia. Jadi, yang lebih muda di suruh panggil Kak. Ya, karena gue nggak berani ngelawan, nurut sajalah"
“Oh gitu.."
Amanda menepuk pundak Tissa, membuat sang empu langsung menatap kearah pundaknya yang baru saja kena tepukan “Tenang aja, gue bakal lindungin lo dari Kak Mita. Lagian, lo masih punya 2 tuyul kan”
"Katanya kak Amanda takut sama Kak Mita, gimana cerita nya mau ngelindungin gue? Terus 2 tuyul maksudnya?"
“Hah?” lagi-lagi Amanda di skak mat oleh adik kelasnya. Cewek itu merutuki kebodohannya sendiri, Amanda tersenyum canggung lantas menggaruk rambutnya yang begitu smooth. "Lupain aja, 2 tuyul yang gue maksud si Regan sama River"
Tissa hanya ber-oh-ria, dia merasa Amanda menyimpan sesuatu dan sedari cewek itu keceplosan terus menerus.Amanda memilih untuk pergi meninggalkan Tissa dengan buru-buru sebelum dia salah bicara lagi dan lagi. Cewek berpipi chubby itu lantas menatap ke arah cermin, menata rambut yang sempat berantakan. Dia melangkahkan kaki keluar dari toilet, saat di koridor hendak ke kelas Tissa melihat River yang tengah berjalan ke arahnya.
Senyum cewek itu mengembang, “Riv—“ ucapan nya terhenti saat River hanya melewatinya begitu saja tanpa menoleh sama sekali membuat Tissa merasa kecewa. Helaan nafas kembali terdengar, ya, River tengah marah kepadanya.
(^_^)(^_^)
Regan anteng di bangku pojoknya, sedari tadi cowok itu senyam-senyum sendiri sambil bermain ponsel. Sebenarnya Regan tengah chattingan dengan Amanda. Cewek yang beberapa hari ini membuat kehidupan Regan perlahan menjadi berwarna, dulu memang dia menyuruh Amanda untuk tidak baper, tapi setelah di rasa-rasakan malah sekarang Regan yang sering baper. River tengah pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang kemarin di pinjam.
“Re!”
Panggilan itu membuat Regan mendongak, dia tersenyum manis mendapati Sisi yang berdiri di depan mejanya “Pagi-pagi udah senyum-senyum, chatingan sama gebetan ya?” tanya Sisi, tunggu, kenapa Regan merasa nada bicara Sisi jadi sedikit aneh, persis seperti orang yang,.. cemburu?
Cowok dengan bibir tipis yang manis itu mengembangkan senyumnya lebih lebar, dia mengacak-acak rambut Sisi membuat cewek yang tadinya sedikit kesal kini jadi tersipu malu. Memang Regan paling bisa kalau disuruh membuat cewek melting. “Suudzon mulu, gue kalo ada gebetan udah pasti ke posting di SG atau nggak di SW lah biar viral dan nggak lo katain jomblo mulu” jawab Regan membuat Sisi tertawa. Selain Amanda, Regan juga sering chatingan dengan cewek itu.
"Sa ae lo kaleng bebelac"
Obrolan mereka harus terhenti saat River datang dengan muka masam membuat Sisi buru-buru kabur dari hadapan Regan, saat cowok bermata sipit itu sudah duduk Regan menoleh ke samping “Kenapa sih? masam mulu perasaan” celetuk cowok tampan dengan rambut yang masih cokelat, Regan belum ada niatan untuk mengganti warna nya. Regan tau kalau sahabat nya itu baru kena tolakan dari Tissa, tadi River yang cerita sendiri. "Gue ngerasa bodoh banget, Re. Udah di tolak sama Tissa, tapi gue tetep nggak bisa benci sama dia. Justru rasa sayang gue makin nambah terus"
“Itu artinya lo emang tulus sayang sama dia. Lagian sayang nggak harus memiliki”
River menoleh dengan tatapan tajam menusuk. “Ck, dasar jomblo sok bijak lo”
“Yee, dibilangin juga” Regan terdiam beberapa saat, lantas kembali melanjutkan ucapan nya “Oh iya, kemaren lo bilang Opa Johan bakal bantu cari gadis panti, gimana perkembangannya?”
Ah, ya. Ternyata River sudah banyak bercerita kepada Regan, itu tandanya cowok ber netra sipit sudah mulai mempercayai Regan sebagai orang terdekatnya. “Bu Aisyah, kalo nggak salah namanya, gue lupa. Udah pensiun, sekarang yang ngurus panti anak nya, dan dia bilang gadis itu udah lama di adopsi sama seseorang"
Regan hanya ber-oh-ria, dia juga tak tau harus merespon seperti apa. Kehidupan sahabatnya bisa dibilang tragis di usia yang masih muda, percintaan River juga kacau. Diam beberapa saat, Regan menyapukan pandangan, teman-teman nya tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing, cowok itu menyenggol bahu River membuat sang empu menoleh. "Lo inget Amanda nggak? Cewek yang minta nomor ponsel gue kemaren"
River mengangguk, dia ingat cewek cantik yang menjadi kakak kelas nya itu "Inget, kenapa?"
"Kalo seandainya gue nembak dia, lo setuju nggak?"
Sontak River langsung menempelkan punggung tangan nya ke jidat Regan, anget. Cowok itu kembali menarik tangan nya, dia menatap intens wajah Regan yang begitu dekat dengan nya “Lo serius? Jangan jadiin Kak Amanda pelampiasan. Tapi, kalo lo emang serius ya malah bagus sih”
Kedua cowok dengan paras tampan itu saling pandang saat mendengar Sisi dan teman nya tengah membicarakan seseorang, lantas tanpa menunggu waktu lagi mereka langsung melesat. Di pintu guru yang hendak masuk ke dalam kelas menghentikan mereka “Regan, River! mau kemana kalian?!”
“Toilet, Bu! kebelet banget!” jawab Regan spontan dan asal-asalan, River tak menjawab dia langsung menarik tangan Regan untuk segera pergi. Bu Mawar yang hendak mencegah lagi pun sudah percuma lantaran kedua murid nya itu sudah menjauh.
Sampai di depan kelas seseorang River mengintip dari jendela, ternyata ada guru yang tengah mengajar. Cowok bermata sipit itu mengirim pesan ke target, tak kunjung mendapat balasan River lantas memutuskan untuk me-miscall nya. Tak lama seorang cewek berpipi chubby keluar, dia menoleh ke kanan dan kiri, tidak ada siapapun. “Tissa!” panggilan itu membuat Tissa menatap lurus ke arah depan dimana Regan dan River berada.
Dengan cepat Tissa melesat ke arah dimana River dan Regan tengah menunggunya, tadi dia kaget lantaran tiba-tiba saja River mengirim pesan di saat jam pelajaran tengah berlangsung “Kenapa lo miscall gue? lagi ada guru di kelas” ucap Tissa, cewek itu menatap River dan Regan yang terdiam. Tak ada angin tak ada hujan mereka berdua berjongkok membuat Tissa kehilangan kata-katanya.
“Sori ya, Tiss. Kita gagal jadi teman yang baik buat lo, kita nggak bisa jagain lo" kalian tau kalau Regan lah yang menyuarakan kata-kata tersebut. Regan yang biasanya selalu bersikap menyebalkan saat bersama Tissa, kini berubah jadi Regan yang soft. Di samping cowok itu, River diam masih berat untuk membuka mulut dan berbicara secara langsung kepada Tissa. Aneh, tadi dia begitu khawatir, tapi saat melihat Tissa baik-baik ngambek nya kambuh lagi.
Tissa mengerjap, tak menyangka kalau kedua cowok yang menjadi sahabat nya kini malah berlutut di hadapan dia. “Kalian ngapain sih pake berlutut segala, bangun. Ntar ada guru yang lihat dikiranya gue lagi bully kalian lagi”
Cowok bermata sipit itu langsung bangun, Tissa menatap River yang melengos begitu saja. Jujur melihat sikap River membuat Tissa sakit hati. Tapi inilah resiko yang memang harus ditanggung nya saat memutuskan untuk menolak River dan menerima Arsen.“Lo ada urusan apa sama, Kak Mita?” tanya Regan lagi. Yaps, mereka berdua tadi mendengar Sisi membicarakan soal Kak Mita yang menampar Tissa.
“Oh, nggak ada. Cuma ya,.. dia nyuruh gue buat putus sama Arsen—“
River tersenyum miring, kini cowok itu menatap cewek berpipi yang ada di depan nya “Pacaran sama Bang Arsen cuma bikin lo dapet masalah, sementara dia? malah seneng-seneng sama temen-temen nya sementara disini lo di benci sama Anak Bina”
Regan yang menyadari kalau ucapan River terlalu kejam untuk didengar oleh Tissa kini membungkam mulut sahabatnya itu agar tidak seenaknya kalau berbicara. Tissa menunduk membuat Regan menepuk pundak cewek itu, meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja. “Udah, lo nggak perlu dengerin ucapannya si River, rahang nya lagi nggak ada akhlak. Lagi pula, pas denger lo habis di tampar sama Kak Mita dia yang paling khawatir sampe panggilan Bu Mawar aja di cuekin”
“Apaan sih!”
Tissa menatap River “Sorry, tapi gue emang nggak bisa pacaran sama lo”
“Ya, gue tau. Dan nggak perlu diulang sampai seluruh dunia tau”
Setelah berkata seperti itu, River melenggang pergi meninggalkan Regan dan Tissa yang masih berdiri di tempat “Lo nggak perlu khawatir, River biar gue yang urus. Tiss, kalo ada apa-apa jangan sungkan buat minta tolong ke gue atau River. Apalagi sekarang Kak Mita lagi ngincer lo”
Tissa mengangguk.
“Yaudah, gue duluan”
Tissa mengangguk lagi.
Kepergian kedua sahabatnya membuat Tissa menghela nafas, semuanya jadi kacau. Tissa berharap keadaan ini cepat berlalu hingga dia bisa mengatakan dengan jujur alasan kenapa dia sampai menolak cowok itu padahal dia sendiri juga menyukai River. Dan soal kak Mita, Tissa tidak akan tinggal diam ketika dia di bully, dia akan mengambil tindakan. Apapun caranya, karena asal kalian tau, Tissa bukan cewek lemah, Tissa adalah cewek bar-bar, titik.