Kali ini yang terkekeh geli adalah Alma, “Kau mulai berani menentang keputusanku, Laila? Sejak kapan? Apa sejak kau hamil dan bisa menggunakan anak itu sebagai bahan untuk memeras kami?” “Ibu!” Pras mengerem marah. “Apa kau pikir bisa melakukannya? Jangan berharap! Karena kalau kau berani melakukan hal itu, maka jangan harap kau bisa di terima sepenuhnya di keluarga ini,” ujar Alma dengan senyum yang sinis pada Laila, “Kecuali anak itu saja.” “Alma jangan seperti itu,” ujar Sifa tak suka. “Ibu, ingat janji ibu, kalau kami berdua sudah menikah maka ...” ucap Sarah. “Jangan membelanya Sarah,” ujar Alma menatap Laila tajam. “Itu benar Sarah, kau tak perlu berpura-pura membelaku,” ujar Laila membalas tatapan Alma tanpa takut walaupun matanya mulai mengembun. “Laila aku tidak pura-pura m