Waktu yang Dinanti

1153 Words
Waktu menunjukkan pukul 19.00 malam. Evan baru pulang, sementara Lola akan pergi. Ada sesuatu yang menarik perhatian Lola, ketika ia melihat Evan pulang dengan membawa beberapa ponsel baru. Lola heran mengapa Evan membeli ponsel sebanyak itu padahal sebelumnya ia juga sudah membeli handphone baru. “Kakak mau bisnis jual beli smartphone?” tanya Lola. “Enggak,” jawab Evan sembari menaruh ponselnya di meja. “Terus ngapain beli hape sebanyak itu? Padahal kemarin kan kakak juga udah beli hape baru,” ucap Lola. “Hape yang kemarin buat bisnis kakak. Nah kalau 3 ponsel baru yang kakak beli ini buat nyimpen nomer pacar-pacar kakak biar gak ketuker. Kalau kakak simpen nomer semuanya dalam satu kontak dan satu ponsel, takutnya nanti mereka curiga. Kalau kayak gini kan aman,” ucap Evan. “Tunggu-tunggu.. Tadi kakak bilang 3? Bukannya pacar kakak itu kak Sela sama kak Dinda? Terus yang satunya lagi siapa?” tanya Lola. Selama menjalani pendekatan dengan Mayang, Evan sama sekali tidak memberitahukannya pada Lola. Oleh sebab itu, Lola tak tahu jika selama beberapa bulan ini Evan mendekati Mayang, polwan cantik yang mereka temui saat tahun baru malam itu. Jika seandainya Lola tahu pasti ia akan melarang Evan mendekati Mayang. “Mayang,” ucap Evan. “Siapa lagi tuh cewek? Kok aku gak tahu,” ucap Lola. “Masa kamu lupa? Kan kamu yang mempertemukan kakak sama dia,” ucap Evan. “Maksud kakak polisi wanita yang nilang aku pas tahun baru waktu itu?” tanya Lola dan Evan menganggukan kepala. “Kak Evan emang keterlaluan ya! Apa kakak masih belum puas punya pacar kayak kak Dinda dan kak Sela? Sadar dong kak, jangan nambah pacar terus. Aku tuh gak enak sama mereka kalau kelakukan kakak kayak gini,” ucap Lola. “Kamu gak usah ngurusin kakak, urus aja diri kamu sendiri. Apa yang kakak lakukan juga demi kebaikan kakak dan masa depan kakak,” ucap Evan. “Kakak emang egois dan gak punya perasaan,” ucap Lola kemudian bergegas pergi meninggalkan Evan. Di Rumah Malam ini Lola diajak makan malam bersama Viko di sebuah restoran. Meskipun sempat dibuat kesal dan marah oleh sikap Evan tadi di rumah, kini Lola harus berusaha menunjukkan sikap tenangnya saat bertemu Viko. Lola harus terlihat cantik, anggun, dan tenang saat di hadapan Viko. Ketika sampai di restoran, Lola langsung menempati sebuah meja dan tempat duduk yang telah dipesan oleh Viko sebelumnya. Viko mengatakan akan datang pukul 19.30 malam tetapi sampai pukul 20.00 malam, belum tampak juga batang hidungnya. Lola menunggu kedatangan Viko sembari menengok ke kanan dan ke kiri. “Viko mana sih? Udah jam segini kok gak dateng-dateng. Janjian jam setengah delapan tapi sampai jam delapan malam gak muncul-muncul juga orangnya,” ucap Lola. Beberapa saat kemudian, Viko akhirnya datang dengan membawa sebuah buket mawar dan juga didampingi oleh pengiring musik. Viko kemudian memberikan bunga tersebut Lola dan berbicara serius pada Lola dengan iringan musik romantis. Setelah perkenalan mereka yang cukup lama, Viko akhirnya mengutarakan perasaannya pada Lola. Saat ini, Viko benar-benar ingin menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman dengan Lola. Apalagi setelah Viko tahu bahwa Lola berasal dari keluarga konglomerat dan bergelimang harta, Viko tak mau menunda-nunda waktu lagi untuk memiliki Lola. “Buat kamu,” ucap Viko memberikan buket mawar itu pada Lola. “Makasih ya Vik,” ucap Lola senang ketika menerima buket mawar dari Viko. Viko memegang kedua tangan Lola, kemudian ia mengatakan apa yang saat ini ia rasakan “La, kamu pasti udah paham kan apa maksud dan tujuanku ngajak kamu makan malam di restoran ini?” “Kita kan udah kenal lama, aku tahu semua tentang kamu dan kamu juga tahu semua tentang aku, intinya kita sama-sama udah saling tahu satu sama lain. Jujur, aku bersyukur bisa kenal kamu dan dekat sama kamu. Aku gak bisa berkata apa-apa selain aku bahagia saat aku bersama kamu,” imbuhnya. “Sebenarnya maksud kamu apa sih Vik? Langsung to the point aja gak apa-apa,” ucap Lola. “Aku cinta sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?” tanya Viko. Tentu saja Lola tak menolak, “Iya aku mau.” Lola tak pernah menyangka waktu yang ia nanti benar-benar terjadi. Lelaki yang ia idam-idamkan selama ini akhirnya menyatakan cinta juga pada dirinya. Lola tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya malam ini karena ia bisa berpacaran dengan pria yang selama ini ia cintai dalam diam. “Vik, aku boleh tanya gak?” tanya Lola. “Boleh dong. Apapun yang kamu tanyakan pasti aku jawab,” ucap Viko. “Kamu serius suka sama aku?” tanya Lola yang masih tak percaya. “Serius dong. Kalau aku gak suka sama kamu, ngapain aku nembak kamu? Selama beberapa bulan ini aku pedekate sama kamu, aku lihat kamu orang yang baik, dan kamu tipe aku banget. Aku yakin kamu adalah wanita yang selama ini aku cari,” ucap Viko. “Aku janji akan bikin kamu bahagia sebagaimana kamu bikin aku bahagia setiap aku dekat sama kamu,” imbuhnya. “Makasih ya,” ucap Lola. Evan dan Lola pun menikmati malam itu bersama dengan penuh kebahagiaan. Setelah waktu semakin larut, Lola pun mengajak Viko pulang. Ketika mereka hendak pulang, ada seorang pelayan yang memberikan bill restoran. Awalnya Viko hendak membayar tagihan tersebut tetapi dompetnya malah ketinggalan. Jadi mau tidak mau, Lola yang harus membayar tagihan restoran tersebut. Bagi Lola, tak masalah jika harus membayar tagihan tersebut, apalagi kini mereka sudah resmi berpacaran sehingga tak ada lagi rasa malu atau tidak enak. “Permisi mas mbak. Ini billnya,” ucap pelayan restoran tersebut. “Aduh..,” ucap Viko. “Kenapa Vik?” tanya Lola. “Dompetku ketinggalan nih La. Duh gimana ya,” ucap Viko. “Udah santai aja Vik. Aku bawa dompet kok. Biar aku yang bayar ya,” ucap Lola kemudian mengeluarkan dompetnya dari tas. “Kamu serius La? Aku bener-bener gak enak nih sama kamu kalau kamu yang bayar,” ucap Viko. “Santai aja Vik. Mau kamu yang bayar atau aku yang bayar kan sama aja. Gak usah mikirin siapa yang bayar yang penting kita bahagia malam ini,” ucap Lola tersenyum kemudian membayar tagihan tersebut dengan kartu debit. “Ada kredit card mbak?” tanya pelayan. “Gak ada mbak. Saya cuma punya kartu debit. Jadi saya bayarnya pakai debit aja ya mbak,” ucap Lola. “Baik mbak,” ucap pelayan. Saat Lola membayar transaksi tersebut, Viko memperhatikan beberapa kartu debit di dalam dompetnya. Rupanya ia tak salah memilih Lola karena Lola benar-benar berasal dari keluarga berada. Selain rumah megah dan mobil mewah, Lola juga memiliki beberapa kartu debit dan Viko yakin saldonya pasti banyak. “Wah.. Gila debitnya banyak banget. Gak salah deh aku pilih Lola. Meskipun dia cuma bocah ingusan tapi duitnya pasti banyak,” batin Viko  Setelah makan di restoran tersebut, Viko dan Lola pulang. Lola tak pernah menyangka ternyata malam ini adalah malam terindah bagi dirinya dan Viko. Kini mereka sudah resmi berpacaran dan menjadi sepasang kekasih yang bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD