Beberapa Hari Kemudian…
Setelah Evan mengurus motor Andre, Evan tak langsung pulang. Seperti hari-hari kemarin, Evan menunggu Mayang. Evan tak mau pulang sebelum ia bertemu dengan Mayang. Tak berapa lama kemudian, Mayang keluar dari mobil polisi, sepertinya dia baru selesai menjalankan tugasnya.
Bukannya masuk ke dalam kantor, Mayang malah pergi keluar. Usut punya usut, ternyata Mayang hendak pergi ke warung terdekat untuk membeli makan siang. Sebenarnya di kantor sudah disediakan makanan tetapi hari ini Mayang ingin makanan makanan yang dia suka yaitu sayur lodeh di warung langganannya.
Saat hendak menyeberang, tali sepatu Mayang mayang, sehingga ia harus membenarkannya terlebih dahulu. Mayang berjongkok dan mengikat tali sepatunya di pinggir jalan. Tanpa disadari, ada mobil yang hendak masuk dan tak melihat keberadaan Mayang disana. Melihat itu, Evan langsung berlari ke arah Mayang dan menariknya.
“Kamu apaan sih!” ucap Mayang malah marah tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
“Kok kamu marah sih? Aku cuma mau nolongin kamu aja kok. Tadi ada mobil mau masuk dan hampir nabrak kamu karena kamu jongkok jadi mungkin dia gak lihat,” ucap Evan.
“Pasti cuma akal-akalan kamu aja kan biar kamu bisa megang-megang aku. Kamu pikir aku gak tahu maksud dan tujuan buruk mu itu? Dasar!” ucap Mayang.
“Udah ditolongin bukannya bilang makasih malah marah-marah, terus nuduh aku yang bukan-bukan lagi,” ucap Evan.
Beberapa saat kemudian, pengemudi mobil yang tadi hampir menabrak Mayang datang. Ia meminta maaf karena hampir saja mencelakai Mayang.
“Bu, maaf ya, tadi saya gak sengaja hampir nabrak ibu. Saya gak tahu ada ibu disitu karena ibu jongkok, jadi gak kelihatan dari mobil. Sekali lagi maaf ya bu. Tolong jangan tilang saya,” ucap pengemudi mobil itu.
“Iya Pak. Saya sudah memaafkan. Bapak tenang saja saya tidak akan menilang bapak, apalagi hanya karena kesalahan saya sendiri. Justru saya yang seharusnya minta maaf karena sudah mengikat tali sepatu di sembarang tempat dan tidak memperhatikan kondisi sekitar,” ucap Mayang.
“Baik baik. Saling memaafkan ya bu. Kalau begitu saya masuk dulu ya bu karena saya ada urusan disini.” ucap pria paruh baya itu.
Setelah pria itu pergi, Evan pun meminta Mayang berpikir bahwa apa yang terjadi pada dirinya bukan diada-adakan oleh Evan. Tak ada maksud lagi bagi Evan selain menolongnya yang hampir tertabrak mobil.
“Kamu denger sendiri kan apa kata bapak itu? Makannya jadi orang jangan ke-GR-an. Aku cuma niat nolongin kamu doang gak lebih!” ucap Evan.
Di Taman
Mayang hanya diam, kemudian ia duduk disebuah kursi yang terdapat di trotoar jalan. Ketika melihat Mayang duduk di kursi tersebut, Evan kemudian menyusulnya dan duduk disebelahnya. Evan lalu bertanya mengapa Mayang tampak sangat membencinya dan sebegitu tidak sukanya pada Evan.
“Sebenarnya aku salah apa sih sama kamu? Kenapa kamu kelihatannya benci banget sama aku!” ucap Evan pada Mayang.
“Aku kesel lihat muka kamu,” ucap Mayang.
“Apa wajahku sejelek itu sampai kamu benci sama aku?” tanya Evan.
“Siapa bilang kamu jelek? Aku gak bilang kamu jelek ya! Aku kesel sama kamu karena kamu ganteng!” ucap Mayang.
“HAH? Aku aku gak salah denger? Coba deh kasih alasan yang lebih logis lagi. Kalau aku punya salah sama kamu, aku minta maaf. Tolong jangan kayak gini terus sama aku,” ucap Evan.
“Kamu gak punya salah apa-apa kok sama aku tapi aku kesel aja lihat ada cowok ganteng yang mau kenalan sama aku, persis kayak yang sedang kamu lakukan selama beberapa waktu belakangan ini. Setiap kali aku lihat cowok ganteng yang mau kenalan sama aku, aku langsung inget mantan. Aku benci banget sama mantanku,” ucap Mayang.
“Dia ganteng tapi tukang selingkuh. Dia janji bilang kalau aku satu-satunya wanita di hati dia ternyata dia masih punya banyak simpenan wanita. Untung aja aku gak jadi nikah sama laki-laki kayak gitu!” imbuhnya.
“Mayang, aku boleh panggil nama kamu kan?” tanya Evan dan Mayang menganggukan kepala.
“Aku ngerti dan sangat memahami betapa kamu sakit hati sama mantan kamu, tapi bukan berarti semua laki-laki yang ingin dekat sama kamu, kamu perlakukan sama seperti kamu memperlakukan mantan kamu. Setiap orang berbeda dan gak semua orang juga seperti apa yang kamu pikirkan,” ucap Evan.
“Kamu harus bisa move on, melupakan mantan kamu, dan mulai membuka hati. Kalau kamu mengizinkan, aku ingin menyembuhkan luka hati kamu. Aku sadar kita baru kenal dan mungkin kita juga belum mengenal lebih dalam antara satu sama lain, tapi aku serius sama kamu. Aku ingin perkenalkan kita bukan untuk pertemanan tetapi untuk hubungan yang lebih dari sekedar teman,” imbuhnya.
“Maaf, aku gak bisa. Aku masih sakit hati sama mantan aku dan aku belum siap membuka hati untuk laki-laki manapun. Mau sekaya apapun dia, setampan apapun dia, dan sebaik apapun dia, aku tetep belum bisa. Aku ingin fokus dengan diriku dulu,” ucap Mayang.
“Kamu mau sampai kapan kayak gitu May? Kamu harus bisa move on! Air mata kamu terlalu berharga hanya untuk menangisi lelaki b******k seperti mantan kamu itu,” ucap Evan.
“Hati-hati kamu kalau ngomong. Aku sama sekali gak pernah menangisi dia, aku cuma benci kelakuannya. Gara-gara dia, aku trauma pacaran sama orang ganteng! Orang ganteng biasanya tukang selingkuh dan suka nyakitin perasaan wanita,” ucap Mayang.
“May, kamu ubah dong pikiran kamu. Gak semua orang ganteng itu playboy dan suka mainin perasaan wanita. Kalau kamu bertemu yang seperti itu, berarti dia bukan jodoh kamu. Percaya sama aku Tuhan pasti akan menghadirkan laki-laki yang jauh lebih baik dari mantan kamu,” ucap Evan.
“Beri aku kesempatan untuk dekat sama kamu dan aku janji aku akan membahagiakan kamu. Please May, buka hati kamu. Kamu gak seharusnya menutup pintu hati kamu karena masih terbayang-bayang dendam sama mantan kamu. Ini saatnya kamu bahagia tanpa ada bayangan mantan kamu lagi,” imbuhnya.
Mayang terdiam dan memikirkannya lagi, “Kamu bener, aku gak bisa terus-terusan kayak gini. Aku berhak bahagia tanpa ada rasa dendam di hati lagi.”
“Berarti kamu udah gak marah lagi sama aku dong?” tanya Evan.
“Iya enggak. Maaf ya kalau selama ini aku udah sering marah dan galak sama kamu. Aku salah udah marah sama orang yang gak salah. Maafin aku ya,” ucap Mayang.
Evan berkata, “Tanpa kamu minta maaf, aku pasti memaafkan. Aku cuma mau bilang makasih karena kamu udah kasih kesempatan aku buat kenalan lebih dekat sama kamu. Aku gak maksa kamu bilang iya sekarang, kamu bisa memikirkannya lagi karena aku tahu bukan hal yang mudah bagi kamu untuk menjalin hubungan baru lagi.”
“Aku pernah gagal dan aku gak mau gagal untuk kedua kalinya. Untuk saat ini, aku belum bisa menjawabnya. Aku butuh waktu lebih lama untuk mengenal kamu, kepribadian kamu, dan sikap kamu. Setelah aku tahu semua tentang kamu, aku baru bisa memutuskan bagaimana hubungan kita, apakah menjadi teman biasa atau lebih dari itu. Aku harap kamu mengerti ya,” ucap Mayang.
“Its okay! Aku ngerti kok dan aku siap menerima jawaban kamu kapanpun kamu siap mengatakannya padaku,” ucap Evan.
3 Bulan Kemudian
Bisa dibilang perkenalan Evan dengan Mayang cukup lama, dibanding saat perkenalannya dengan Dinda atau Sela. Mayang sangat sulit didekati dan butuh waktu yang tidak sebentar bagi Evan untuk meyakinkan Mayang serta membuktikan bahwa dia adalah laki-laki yang baik untuk Mayang.
Setelah 3 bulan berlalu, Evan akhirnya akan segera mendapatkan jawaban dari Mayang. Siapa sangka ternyata Mayang mau menerima Evan karena menurutnya, Evan sangat baik dan berbeda dari sang mantan. Selama mengenal Evan, Mayang juga merasa lebih bahagia dari sebelumnya.
Mayang pun mengajak Evan bertemu di dekat kantor polisi, tepatnya di kursi yang terdapat di trotoar serta menjadi tempat mereka bertemu. Mereka bertemu saat jam istirahat, sehingga tidak mengganggu pekerjaan mereka masing-masing. Disanalah Mayang akan memberikan jawabannya pada Evan.
“Setelah perkenalan kita selama 3 bulan belakangan ini, aku baru bisa memberi jawaban sama kamu. Setelah melihat sikap kamu, kepribadian kamu, dan semua hal baik tentang kamu, aku memutuskan untuk bilang iya. Aku mau jadi pacar kamu,” ucap Mayang tersenyum.
“Serius? Aku gak salah denger kan?” tanya Evan dan Mayang mengatakan tidak.
“Gak kok. Kamu gak salah denger. Aku udah mempertimbangkannya dan memikirkannya lagi, ternyata kamu emang pria yang baik buat aku. Aku bersyukur bisa kenal kamu sekaligus menjadi bagian dari hidup kamu,” ucap Mayang.
“Makasih ya. Pokoknya aku janji aku akan membuat kamu bahagia dan aku gak akan pernah mengecewakan kamu. Jika mantan kamu adalah racun bagi kamu, maka biarkan aku jadi madu buat kamu. Aku akan selalu ada buat kamu,” ucap Evan.
Begitulah kiranya kisah singkat Evan dan Mayang. Namun, bukan berarti selesai disini saja. Justru setelah mendapatkan cinta Mayang, Evan akan semakin bingung karena dihadapkan oleh 3 wanita yang saat ini ada di hidupnya. Namun, Evan sadar bahwa ia tak bisa memiliki semuanya.
Evan harus memilih salah satu dari mereka dan bukan hal mudah bagi Evan untuk menentukan. Apalagi ketiganya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga semakin sulit baginya untuk memilih. Oleh sebab itu, Evan akan tetap menjalin hubungan dengan ketiganya sampai ia benar-benar bisa memilih salah satu dari mereka.