Keesokan harinya, Lola menceritakan pada Vava bahwa semalam ia baru saja ditembak oleh Viko. Sebagai sahabat yang baik, Vava ikut senang ketika Lola sudah bersama orang yang dia cinta. Vava berharap hubungan mereka langgeng bahkan bisa sampai ke jenjang yang lebih serius lagi.
“Va, tau gak?”
“Mana aku tahu kamu kan belum cerita,” ucap Vava.
Lola berkata, “Va, aku habis ditembak sama Viko semalam di restoran.”
“Terus kamu terima?” tanya Vava.
“Terima dong, mana mungkin aku nolak cowok seganteng Viko. Gak cuma ganteng dia juga baik banget sama aku,” ucap Lola.
“Aku ikut seneng deh kalau kamu juga seneng. Semoga hubungan kalian langgeng ya,” ucap Vava.
“Aamiin.. Makasih ya Va. Aku juga doain semoga kamu cepet-cepet dapat pacar,” ucap Lola.
“Jangan pacar dong tapi calon suami aja. Aku pengen nikah tanpa pacaran biar gak dosa,” ucap Vava.
“Iya deh. Aku doain yang terbaik buat kamu,” ucap Lola.
Entah sedih atau senang ketika Zen mengetahui Lola sudah berpacaran dengan Viko. Sebenarnya, Zen sudah lama memendam rasa pada Lola. Namun, ia tak pernah berani mengatakannya. Hal ini karena selama ini, Lola hanya menganggapnya sahabat dan tidak lebih.
Apalagi Lola juga pernah mengatakan bahwa ia tidak mau berpacaran atau bahkan menikah dengan sahabatnya sendiri. Zen pernah mencoba mendekati Lola dengan baik-baik, sayangnya yang terjadi malah sebaliknya. Zen dan Lola justru semakin sering bertengkar bahkan hanya karena masalah kecil sekalipun.
Sejak saat itu, Zen bingung harus bagaimana menunjukan bahwa ia memiliki rasa pada Lola. Setiap kali mereka bertemu, yang terjadi hanyalah pertengkaran. Zen merasa sudah bukan sahabat Lola lagi, melainkan seolah sudah menjadi musuhnya. Meski begitu, bukan berarti Zen ingin menjauh.
Zen akan tetap dekat dengan Lola dan terus mengawasinya agar dia terhindar dari laki-laki yang tidak baik. Meskipun sering bertengkar dengannya, tetapi sebenarnya Zen sangat menyayanginya.
“Jadi lo beneran pacaran sama cowok itu?” tanya Zen.
“Bukan urusan lo,” ucap Lola.
“Gue cuma mau lo berhati-hati sama dia. Lo gak boleh seratus persen percaya sama omongan dia,” ucap Zen.
“Gak usah fitnah orang,” ucap Lola.
“Gue ngomong kenyataan. Cowok yang namanya Viko itu gak beneran cinta sama kamu. Dia jadian sama kamu cuma buat morotin kamu aja. Tujuan dia deketin kamu itu demi uang bukan cinta,” ucap Zen.
Mendengar itu, Lola marah bahkan menampar Zen “Jaga mulut lo! Gue yang lebih kenal Viko dan gue tahu Viko orangnya gimana. Viko gak mungkin punya niat sebusuk itu sama aku. Apa yang kamu omongin itu sama sekali gak berdasar.”
“Lo nampar gue cuma buat belain si cowok b******k itu? Gue sahabat lo La dan gue yang lebih lama kenal sama lo. Gue ngasih tahu lo karena gue peduli sama lo. Gue gak mau akhirnya nanti lo sakit hati dan kecewa,” ucap Zen.
“Tau apa lo soal gue? Lo gak perlu ikut campur sama urusan gue. Asal lo tahu ya Viko itu orang kaya, hidupnya sudah mapan, dan dia punya banyak aset. Jadi gue yakin dia gak mungkin punya niat seperti apa yang lo tuduhkan ke dia,” ucap Lola.
“La, lo harus percaya sama gue. Buka mata hati lo!” ucap Zen.
“Cukup Zen! Kalau lo gak mau persahabatan kita hancur, berhenti ikut campur urusan gue. Selama ini, gue gak pernah ngurusin hidup lo kan? Jadi gue mohon banget lo juga gak perlu mencampuri urusan gue,” ucap Lola.
“Sorry Zen. Gue gak bisa bantu lo. Lo gak punya pilihan lain selain membiarkan Lola pacaran sama Viko,” ucap Vava.
“Vava! Ayo kita pergi,” ucap Lola yang sudah berjalan beberapa langkah dari tempat itu.
Setelah berdebat dengan Zen, Lola mengajak Vava pergi meninggalkan Zen di taman kampus. Kali ini, Lola benar-benar marah pada Zen karena ia sudah menuduh kekasihnya yang bukan-bukan.
Di Kantor
Sementara itu, Evan sedang rapat bersama dengan Haykal dan Andre. Bukan membahas tentang bisnisnya, Evan malah membahas seputar hubungan asmaranya. Evan ingin kedua sahabatnya itu membantunya agar hubungannya dengan ketiga pacarnya tetap berjalan dengan baik.
Evan ingin hubungannya dengan pacar-pacarnya bisa langgeng sampai ia memutuskan wanita mana yang akan ia pilih untuk menjadi pendamping hidupnya. Awalnya, Haykal dan Andre sempat menolak. Namun, akhirnya keduanya mau membantu Evan karena tak mau kehilangan pekerjaannya.
“Ada apa Van?” tanya Andre.
“Hari ini ada rapat penting,” ucap Evan.
Haykal bertanya, “Kok cuma kita bertiga aja? Biasanya kalau rapat penting, semua karyawan lo kumpulin.”
Evan menjawab,“Kalau rapat bisnis gue kumpulin semuanya tapi kalau rapat non-bisnis, lo berdua aja udah cukup kok.”
“Rapat non bisnis? Emangnya rapat apaan?” tanya Andre.
Evan mengeluarkan foto pacar-pacarnya yaitu Mayang, Sela, dan Dinda. “Sekarang gue punya 3 pacar dan kalian pasti tahu soal itu. Cuma lo berdua dan adek gue yang mereka kenal. Karena itu, gue mau kalian jaga rahasia ini sekaligus bantuin gue supaya hubungan gue sama mereka langgeng.”
“Duh.. gimana ya Van. Bukannya kita gak mau bantu lo tapi kita takut dosa,” ucap Haykal.
“Gak usah sok alim deh lo. Lo berdua kan juga punya pacar, lo pikir pacaran gak dosa? Udahlah gak usah cari-cari alasan yang gak bisa gue terima,” ucap Evan.
“Tapi kita berdua setia sama pacar kita masing-masing dan kita juga udah komitmen mau nikah sama pasangan kita. Kalau lo kan selingkuh,” ucap Haykal.
“Eh.. Siapa yang selingkuh? Gue cuma memilih mana yang paling tepat buat gue. Lo berdua kan udah tahu soal itu dan gue juga udah sering cerita ke kalian kan,” ucap Evan.
Andre berkata, “Iya sih Van tapi gue sama Haykal gak tega sama pacar-pacar lo. Ketiganya cewek yang baik Van. Rasanya mereka gak pantas lo bikin kayak gini. Kalau lo udah punya satu pilihan, ya udah pilih aja terus putusin dua pacar lo lainnya.”
“Gue setuju sama Andre,” ucap Haykal.
“Intinya kalian mau gak bantuin gue?” tanya Evan tetapi Haykal dan Andre kompak menolak.
“Oke. Kalau kalian gak mau bantuin gue, kalian gue pecat sekarang juga. Masih banyak kok orang yang mau kerja sama gue,” ucap Evan.
Mendengar itu, Haikal dan Andre menarik ucapannya. Akhirnya, keduanya mau membantu Evan asalkan mereka tidak dipecat. Mencari pekerjaan di jaman sekarang sangat susah, sehingga mereka tak kehilangan pekerjaan mereka. Oleh sebab itu, mereka terpaksa membantu Evan, meskipun mereka tahu bahwa Evan salah.
“Jangan dong Van. Kalau kita dipecat, mau makan apa kita? Kita juga punya tanggungan yang harus dibiayai,” ucap Andre.
“Betul tuh. Aku juga lagi proses nabung buat tabungan pernikahanku dengan pacarku nanti,” ucap Haykal.
Evan “Kalau kalian masih mau kerja sama gue, kalian harus nurutin apapun yang gue mau.”
“Iya-iya. Kita mau kok bantuin lo, yang penting jangan pecat kita. Kita gak mau kehilangan pekerjaan kita saat ini,” ucap Andre.
Evan berkata, “Bagus! Berhubung kalian udah sepakat mau bantuin gue, berarti gue gak jadi mecat kalian. Lo berdua tenang aja, selama kalian bantuin gue, gue bakal naikkan gaji kalian.”
“Nah gitu dong. Kalau dari awal lo ngomong bakal menaikkan gaji kita, kita pasti langsung mau kok. Kita butuh duit yang banyak,” ucap Andre.
“Beres! Sama gue semuanya pasti beres,” ucap Evan.
“Terus kita harus melakukan apa?” tanya Haykal.
“Nanti kalau gue perlu bantuan, gue bakal hubungi kalian. Dan kalian berkewajiban untuk bantu gue,” ucap Evan.
“Iya-iya pasti kita bantuin,” ucap Andre.