"Papa!" teriak Aga tiba-tiba. Sontak Aga terbangun dari tidurnya yang tidak lebih dari 30 menit, tetapi terasa sangat lama itu. Ia mengatur napas dan teringat kembali akan mimpi buruknya barusan. Ia langsung menatap Aditya yang masih terbaring dengan alat-alat medis itu. Ia menepuk pipinya kali ini, terasa menyakitkan. Ternyata semua itu hanya mimpi semata dan bukan benar-benar kenyataan. Mungkin londisi buruk yang terjadi satunjam lali membuat Aga mematri dalam alam bawah sadar. Ia menghela napas lagi dan lantas menelungkupkan kedua tangannya di wajah, memungkiri semua kejadian di mimpinya. Enggak, Papa nggak boleh pergi, batin Aga. Ia lantas menoleh kembali ke arah papanya dan melirik ke arah layar kontrol di sebelah bed pasien sang ayah, di mana menunjukkan masih normalnya gerakan de